Senin, 31 Agustus 2009

SELASA, 01 SEPTEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tes.5:1-6.9-11; Mzm.27:1.4.13-14; Luk.4:31-37.



Hari ini ada Peringatan S.Maria Margareta Redi. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, melanjutkan injil kemarin. Dari Nazaret, Yesus terus ke Kapernaum. Kalau di Nazaret Yesus ditolak, di Kapernaum Yesus diterima dengan senang hati. Orang-orang di Kapernaum mendengarkan perkataan Yesus yang penuh daya kuasa. Di sinilah Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan di rumah ibadat. Yang menarik perhatian ialah bahwa sebelum ada adegan pengusiran, terlebih dahulu ada pernyataan dari setan mengenai identitas Yesus. Tetapi Yesus tidak mempedulikan hal itu. Ia tetap mengusir setan tersebut agar meninggalkan orang tadi. Dan ternyata, setan itu keluar. Ia taat kepada perintah Tuhan. Ketika melihat tanda ajaib itu, muncullah reaksi kedua. Reaksi pertama tadi, adalah reaksi terhadap pengajaran Yesus. Reaksi kedua, adalah reaksi terhadap karya mukjizat Yesus. Keduanya sama: memuji dan mengagumi perkataan (pengajaran) dan perbuatan Yesus. Perkataan penuh daya kuasa, dan perbuatan ajaib itulah yang menjadi bentara bagi Yesus. Perkataan dan perbuatan itu seakan-akan mempunyai daya kekuatan magis untuk mewartakan tentang Yesus. Itulah memang daya kekuatan kata-kata dan perbuatan: mampu mewartakan secara sangat efektif mengenai siapa yang mengucapkan kata itu. Dan bagaimana sikap atau reaksi kita? Semoga kita termasuk orang yang percaya dan menerima Sabda yang diwartakan kepada kita secara turun temurun dari waktu ke waktu.

SENIN, 31 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tes.4:13-17a; Mzm.96:1.3.4-5.11-12.13; Luk.4:16-30.


Hari ini hari biasa. Tetapi Injil hari ini, sangat terkenal, sebab di sini dipentaskan salah satu adegan penting dalam hidup Yesus. Adegan penting yang dimaksud ialah fakta bahwa Yesus ditolak di Nazaret. Tetapi mengapa Ia ditolak? Yesus ditolak karena perkataanNya dianggap menyinggung perasaan orang-orang Nazaret. Bagaimana pun juga orang Nazaret itu juga adalah orang-orang Yahudi. Tetapi justru tentang orang Yahudi itulah Yesus bercerita tentang dua peristiwa yang terjadi di dalam perjanjian lama. Peristiwa pertama, mukjizat yang terjadi pada diri janda di Sarfat itu. Tuhan mengutus Elia ke sana, padahal di Israel sendiri ada banyak juga janda yang memerlukan pertolongan. Dan di sana, dengan pertolongan Tuhan, Elia mengerjakan mukjizat, penggandaan tepung dan minyak, sehingga mereka bisa bertahan hidup selama musim kering yang berkepanjangan. Hidup mereka diselenggarakan Tuhan sendiri. Peristiwa kedua, ialah penyembuhan Naaman, orang Siria itu. Dengan sengaja dan terang-terangan Yesus mengkontraskan apa yang terjadi. Pada saat itu ada banyak orang yang sakit kusta. Tetapi justru hanya satu orang saja yang disembuhkan. Dan itu pun bukan orang Israel, melainkan orang Siria. Jadi, shalom Allah ditawarkan kepada semua orang, tidak hanya dibatasi pada batas-batas Israel saja. Itulah yang menyebabkan orang-orang itu menjadi marah besar. Mereka lalu menolak Yesus, dan bahkan mereka mau melemparinya dengan batu. Bagaimana dengan sikap anda sendiri? Hanya anda sendiri yang tahu.

SABTU, 29 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Yer.1:17-19; Mzm.71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17; Mrk.6:17-29.



Hari ini adalah Pesta wafatnya St.Yohanes Pembaptis. Mari kita kenang tokoh agung ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, amat terkenal, yaitu pembunuhan Yohanes Pembaptis. Di sini amat terasa jalin-menjalin yang tidak terhindarkan antara moral dan etika politik serta kekuasaan. Pada panggung kekuasaan ada Raja Herodes. Di belakang panggung ada Filipus, saudara Herodes ini. Mungkin ada persaingan kekuasaan di antara mereka. Tetapi yang tampak ke permukaan ialah, persaingan cinta. Tidak tanggung-tanggung Herodes menyingkirkan Filipus dengan membunuhnya, lalu mengambil istrinya yang cantik, Herodias. Kira-kira seperti drama penyingkiran Uria oleh Daud karena Daud birahi pada Batsyeba. Dan memang terjadilah demikian. Di sinilah moral masuk ke dalam panggung politik. Yohanes Pembaptis mengecam tindakan Herodes itu. Herodes sendiri sebenarnya diam saja. Tetapi Herodias-lah yang menjadi panas hati. Maka ia mencari-cari kesempatan untuk menyingkirkan orang yang mengecam percintaannya dengan sang Raja. Selama Yohanes masih hidup, ia akan selalu menjadi ganjalan dan gangguan dalam suara hatinya. Kesempatan emas itu datang pada saat pesta ulang tahun sang raja. Sang raja yang terlena oleh indahnya tarian sang putri Herodias bersumpah memberikan apa saja yang ia minta. Ternyata ia meminta kepala Yohanes. Demi sumpah politiknya, Herodes tidak bisa dan tidak mau mundur. Moral, dikalahkan oleh karut-marut politik. Politik memang kotor. Tetapi kita dipanggil untuk terlibat di dalamnya, membuatnya menjadi suci, memberinya semacam aura suci. Semoga berhasil usaha dan harapan itu.

JUM'AT, 28 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tes.4:1-8; Mzm.97:1.2b.5-6.10.11-12; Mat.25:1-13.



Hari ini ada pesta Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja. Ada beberapa serikat hidup bakti yang merayakan beliau secara istimewa: OAD, OSA, AP, OSC, PIJ, SCMM, SSCC, SVD. Mari kita kenang tokoh agung dan terkenal ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, amat terkenal. Ini adalah perumpamaan tentang 10 gadis. Lima di antaranya gadis bodoh. Lima lagi gadis bijaksana. Kebodohan dan kebijaksanaan itu tampak dalam sikap dan perbuatan mereka. Kesepuluhnya sama-sama membawa pelita untuk menyongsong mempelai. Tetapi kelima gadis bodoh itu, tidak membawa minyak tambahan. Sedangkan kelima gadis bijaksana itu, membawa minyak tambahan. Ketika saatnya mempelai datang, di mana mereka harus bersiap-siap dengan pelita mereka, ternyata mintak kelima gadis bodoh itu tidak cukup. Pelita mereka pun padam. Mereka mencoba meminta sebagian minyak pada kelima gadis pintar itu. Tetapi hal itu ditolak, sebab hal itu akan menyebabkan minyak itu tidak mencukupi. Maka mereka dinasihatkan untuk pergi mencari minyak di tempat lain. Pada saat mereka pergi itulah, pintu perjamuan pesta sang mempelai dibuka. Dan kelima gadis bijaksana itu masuk ke dalamnya. Ketika kelima gadis bodoh itu kembali lagi, mereka sudah tidak dibukakan pintu. Nasihatnya sangat jelas: bersiap-siap dan berjaga-jagalah selalu. Sebab kita tidak tahu kapan saatnya tiba. Tetapi apabila saat itu tiba, kita sudah harus siap menerima atau menyongsongnya. Semoga kita berada pada baris kelima gadis bijaksana itu.

KAMIS, 27 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tes.3:7-13; Mzm.90:3-4.12-13.14.17; Mat.24:42-51.



Hari ini ada peringatan st.Monika, teladan ibu pendoa dan mendamba. Ketekunannya berdoa membuahkan pertobatan dalam diri anaknya, Agustinus. Beberapa serikat hidup bakti mempestakan hari ini. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, mengandung dua pesan penting. Pertama, pesan untuk berjaga-jaga. Mengapa itu penting? Karena kita tidak tahu kapan hari Tuhan datang. Hanya Tuhan yang tahu. Tidak ada manusia yang tahu. Jangan percaya pada ramalan orang-orang gila. Sikap yang paling tepat ialah, selalu berjaga-jaga. Ibarat yang dipakai pun tepat: berjaga-jaga menjaga rumah, jangan sampai kemalingan. Kedua, perumpamaan tentang hamba setia dan hamba jahat. Jadi, di sini dipentaskan dua macam sikap atau perilaku hidup. Ada hamba yang dengan tekun dan tabah melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya oleh tuannya. Ketekunan itu akan mendapat pahala yang sepatutnya. Status atau jabatan dia akan dipertinggi. Ia mendapat kepercayaan untuk mengemban tugas dan tanggung-jawab yang lebih besar dan lebih berat lagi. Sebaliknya, ada hamba yang teledor. Ia mengira tuannya masih jauh. Kalau ia masih jauh, maka apa saja yang ia perbuat tidak akan ketahuan. Maka ia pun mulai melakukan kekejaman terhadap sesama hambanya. Ia sama sekali tidak memperlihatkan rasa tanggung jawab sebagai seorang hamba. Padahal mutu dia sebagai seorang hamba akan kelihatan justru pada kesetiaan dia melaksanakan tugas biarpun sang tuan tidak ada di tempat. Ia tidak lagi taat karena kehadiran yang dekat dari sang tuan, melainkan ia taat dan setia karena hal itu sudah menjadi perintah suara hatinya sendiri, yang datang dari dalam. Semoga anda semua mendapati diri anda berada pada model hamba yang pertama.

RABU, 26 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tes.2:9-13; Mzm.139:7-8.9-10.11-12ab; Mat.23:27-32.



Hari ini hari biasa. Tetapi ada peringatan untuk Dominikus dari Bunda Allah, juga untuk St.Teheresia dari Avila. Mari kita mengenang mereka ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini juga amat menarik, karena masih melanjutkan kecaman Yesus kepada orang Farisi dan ahli Taurat yang sudah kita baca kemarin. Hanya kali ini, perlambang yang dipakai sudah lain. Kemarin kita baca tentang piala yang dibersihkan sebelah luarnya. Sekarang kita baca tentang perlambang kuburan. Sebelah luarnya putih dan bersih. Tetapi sebelah dalamnya, penuh kebusukan. Kontras ini dipakai Yesus untuk melukiskan perilaku moral-etis orang Farisi dan ahli Taurat. Secara lahiriah mereka tampak serba beres di mata dunia dan masyarakat. Tetapi sesungguhnya tampang luaran yang serba beres itu, sebenarnya hanya menyembunyikan kemunafikan dan kelaliman belaka. Masih ada satu kemunafikan lagi yang dikecam Yesus. Dan ini ada kaitannya dengan perlakuan terhadap sejarah masa silam. Di masa silam, nenek moyang mereka membunuh para nabi. Sekarang, anak cucu mereka membangun tugu peringatan yang indah dan megah bagi para nabi. Tetapi menurut Yesus, sesungguhnya dengan itu, mereka justru menyatakan diri dengan tegas di depan publik bahwa mereka adalah keturunan pembunuh nabi. Jadi, perbuatan mereka membenarkan masa silam mereka. Semoga kita tidak terjebak dalam dosa sejarah seperti itu: menyangka telah memperbaiki dosa sejarah masa silam, malahan justru mengiyakan dan mendukung dosa sejarah masa silam itu.

RABU, 26 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tes.2:9-13; Mzm.139:7-8.9-10.11-12ab; Mat.23:27-32.



Hari ini hari biasa. Tetapi ada peringatan untuk Dominikus dari Bunda Allah, juga untuk St.Teheresia dari Avila. Mari kita mengenang mereka ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini juga amat menarik, karena masih melanjutkan kecaman Yesus kepada orang Farisi dan ahli Taurat yang sudah kita baca kemarin. Hanya kali ini, perlambang yang dipakai sudah lain. Kemarin kita baca tentang piala yang dibersihkan sebelah luarnya. Sekarang kita baca tentang perlambang kuburan. Sebelah luarnya putih dan bersih. Tetapi sebelah dalamnya, penuh kebusukan. Kontras ini dipakai Yesus untuk melukiskan perilaku moral-etis orang Farisi dan ahli Taurat. Secara lahiriah mereka tampak serba beres di mata dunia dan masyarakat. Tetapi sesungguhnya tampang luaran yang serba beres itu, sebenarnya hanya menyembunyikan kemunafikan dan kelaliman belaka. Masih ada satu kemunafikan lagi yang dikecam Yesus. Dan ini ada kaitannya dengan perlakuan terhadap sejarah masa silam. Di masa silam, nenek moyang mereka membunuh para nabi. Sekarang, anak cucu mereka membangun tugu peringatan yang indah dan megah bagi para nabi. Tetapi menurut Yesus, sesungguhnya dengan itu, mereka justru menyatakan diri dengan tegas di depan publik bahwa mereka adalah keturunan pembunuh nabi. Jadi, perbuatan mereka membenarkan masa silam mereka. Semoga kita tidak terjebak dalam dosa sejarah seperti itu: menyangka telah memperbaiki dosa sejarah masa silam, malahan justru mengiyakan dan mendukung dosa sejarah masa silam itu.