Minggu, 16 November 2008

EPIFANI DAN PEMBAPTISAN TUHAN

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)
Minggu, 04 Januari 2009: Bac.Yes.60:1-6; Ef.3:2-3a,5-6; Mat.2:1-12. Hari ini Hari Raya Penampakan Tuhan. Kerennya, Epifani(a). Tuhan ditampakkan (diwahyukan) kepada para bangsa (terwakili oleh tiga raja dari Timur yang datang menyembah). Kalau kita membaca injil baik-baik, maka kita temukan dua reaksi mendasar terhadap kelahiran, kehadiran, kedatangan Yesus di Betlehem. Pertama, reaksi orang Majus dari Timur. Kelahiran Yesus rupanya disertai tanda agung di angkasa. Tanda itu bisa dilihat dan dibaca oleh orang pintar di Timur, maka mereka pun datang mencari, menemui, dan menyembahNya. Kedua, reaksi Herodes dan penduduk Yerusalem. Mereka terkejut dan tidak menduga mengenai kelahiran itu. Tetapi Herodes melangkah lebih jauh: ia marah, ia takut, karena ia menduga akan muncul saingan berbahaya. Ia pun mencari informasi. Tetapi ia pandai sekali menutup niat jahatnya. Ia bermuka manis terhadap ketiga tamunya dan mengorek banyak informasi dari mereka, dan juga dari para ahli kitab di Yerusalem. Setelah mendapat informasi secukupnya, ia mulai menyusun rencana jahatnya. Tetapi Tuhan mempunyai rencana lain. Jadi, kita lihat bahwa kedua reaksi itu berbeda: yang satu melihat peristiwa itu sebagai kabar sukacita, yang lain melihatnya sebagai ancaman. Anda sendiri ada di mana? Tetapi mengapa disebut penampakan? Itu karena kelahiran dan kehadiran Tuhan Yesus di dunia ini disingkapkan kepada para bangsa. Allah menampakkan diri dalam Yesus Kristus. Penampakan itu membawa terang. Terang itu membawa hidup, membawa shalom. Dan itu membawa sukacita (Bac.I). Yesus adalah untuk semua, untuk seluruh dunia. Hal itu diwartakan dalam injil. Semua orang dapat menjadi ahli waris Kerajaan Allah dalam diri Yesus Kristus (Bac.II). Semoga kita semua juga bisa menjadi ahli waris karena dan dalam Yesus Kristus.
Minggu, 11 Januari 2009: Bac.Yes.55:1-1; 1Yoh.5:1-9; Mrk.1:7-11. Hari ini pesta pembaptisan Tuhan. Dalam injil kita membaca tentang kesaksian Yohanes tentang Yesus Kristus. Intinya dapat dikatakan demikian: menurut Yohanes, Yesus itu lebih tinggi dan lebih luhur dari dirinya, sehingga ia merasa tidak layak untuk berdiri di hadapan-Nya, sebab untuk membungkuk saja ia sudah merasa tidak layak, apalagi berdiri. Martabat pembaptisan Yesus juga dikatakan lebih tinggi, sebab ia membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api, sedangkan Yohanes membaptis dengan air. Dalam tulisan ini kita tidak dapat mengembangkan unsur-unsur penting ini dalam teologi pembaptisan, sebab kalau kita lihat itulah unsur-unsur penting dalam sakramen pembaptisan kita. Di sini tempat tidak memadai. Dalam injil juga kita baca tentang suara peneguhan surgawi atas diri Yesus Kristus. Intinya, Allah berkenan pada Yesus Kristus. Tetapi, siapa Yesus Kristus itu? Ini sebuah pertanyaan abadi yang mengandung tantangan. Hal itu dibicarakan lebih lanjut dalam Bacaan I dengan memakai bahasa simbolis, bahasa nubuat, bahasa alegori. Dari sana kita mendapat salah satu jawaban atas pertanyaan itu: Yesus adalah firman Allah. Oleh karena firman itu adalah firman Allah sendiri, maka ia tidak akan pernah gagal. Dengan kata lain, ia pasti berhasil. Kalau kita percaya akan Yesus Kristus sebagai Firman Allah, maka kita juga akan menang. Menang di sini artinya, kita bisa mengalahkan dunia, sebuah tema yang sangat kuat dan menonjol dalam teologi Corpus Yohanian (Injil Yohanes dan Surat Yohanes) (Bac.II). Kalau dalam injil kita membaca bahwa ada suara surgawi yang meneguhkan martabat Yesus, dalam Bac.II, dikatakan bahwa Roh Kudus bersaksi tentang Yesus. Lalu bagaimana sikap dan reaksi kita? Menerima dan percaya akan reaksi itu? Semoga kita bisa mengambil sikap yang tepat.

Tidak ada komentar: