BcE: 1Yoh.2:22-28; Yoh.1:19-28.
Hari ini menjadi hari istimewa bagi saya, karena ada pesta wajib Santo Basilius Agung dan Gregorius dari Nazianze. Kedua orang ini adalah Bapa-bapa Kapadocia yang berjasa dalam perumusan teologi Tritunggal dan Kristologi. Cukup lama saya mengajarkan patrologi kepada mahasiswa di Seminari Tinggi Bandung. Teologi mereka inilah yang saya ajarkan. Injil hari ini menyingkapkan secara perlahan misteri Yesus Kristus kepada kita (yang kelak menjadi pemikiran serius Bapa Kapadokia). Kita baca tentang kesaksian Yohanes yang menunjuk kepada Yesus, sang Mesias yang akan datang. Yang lebih penting lagi, kita baca bagaimana cara Yohanes menempatkan diri di hadapan Yesus Mesias itu: Jangankan berhadapan muka, berdiri sama tinggi. Tunduk untuk membuka tali kasutNya pun Yohanes merasa tidak pantas. Bagi saya ini adalah sebuah pementasan metaforik sikap rendah hati Yohanes. Bac.I membeberkan kepada kita mengenai gejala anti-kristus. Salah satu cirinya ialah tidak mau mengakui Yesus sebagai Kristus (Mesias). Dan bagi penulis surat ini, sikap tadi mempunyai konsekwensi besar, sebab menyangkal Yesus Kristus juga berarti menyangkal Bapa, sama artinya tidak memiliki Bapa, sumber segala penghidupan. Dan kalau demikian itu tidak lain berarti kematian. Semoga kita, dengan bantuan petunjuk sikap Yohanes dapat sampai kepada pengakuan iman yang sepatutnya akan Yesus Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar