Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)
BcE: Kis.2:36-41; Mzm.33:4-5.18-19.20.22; Yoh.20:11-18.
Hari ini Selasa Oktaf Paskah. Injil berkisah tentang penampakan Yesus kepada Maria Magdalena. Kalau kita perhatikan baik-baik, tidak ada alasan khusus Maria datang ke makam. Alasan satu-satunya ialah ia datang karena gejolak kasih dan rindu. Itu sebabnya ia menangis. Dengan menangis ia mencoba mencari. Tetapi air mata mengaburkan pandangannya. Itu sebabnya ketika ia disapa, ia tidak segera mengenalnya. Maria baru mengenalnya ketika orang itu menyapa nama pribadinya: Maria. Kini Maria beralih dari mind-set “lihat” ke mind-set “dengar.” Ya, sebab iman kita berasal dari pendengaran, bukan karena melihat, fides ex auditu. Penyebutan nama pribadi Maria oleh Yesus, mengingatkan kita akan perkataan Yesus dalam Yoh 10: domba mengenal suaraKu, seperti gembala mengenal suara dombaNya. Gembala mengenal nama dombaNya. Jadi ada relasi personal. Wujud relasi personal itu ialah menyapa nama pribadi. Ketika nama itu disapa, Maria meloncat ke dalam pengenalan dan berseru: Rabuni. Pngenalan personal yang dimulai dalam masa pra-kebangkitan, dilanjutkan dan diperdalam dalam masa pasca-kebangkitan. Itulah pengaaman Maria. Ia terdorong merengkuh relasi itu dalam genggamannya, yang dicegah Yesus. Maria disuruh pergi menyampaikan kabar baik itu kepada para murid. Maria pergi, menjadi rasul paskah dengan inti warta: Aku telah melihat Tuhan. Itulah madah paskah Minggu Paskah yang dalam bahasa Latin selalu kita dengar tiap tahun lewat tayangan langsung Indosiar, Misa Paus. Sebagian dikutip di sini: Dic nobis Maria, quid vidisti in via? Sepulchrum Christi viventis, et gloriam vidi resurgentis: Angelicos testes, sudarium, et vestes. Surrexit Christus spes mea: praecedet suos in Galilaeam. Scimus Chritum surrexisse a mortuis vere: tu nobis, victor Rex, miserere, Amen, Alleluia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar