Rabu, 12 Agustus 2009

MINGGU, 04 OKTOBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Kej.2:18-24; Mzm.128:1-2.3.4-5.6; Ibr.2:9-11; Mrk.10:2-16.



Injil hari ini menarik perhatian. Walau ada usul Kalender liturgi untuk membacakan versi singkatnya, tetapi saya mau mengulasnya utuh. Menarik bahwa Injil mengisahkan dua hal penting. Pertama, mengenai perceraian, atau larangan Yesus atas perceraian. Kedua, ini menarik, Yesus melakukan tindakan amat penting dalam hidup-Nya, memberkati anak-anak. Apa hubungan kedua hal ini? Perkawinan adalah sesuatu yang dikehendaki dan direncanakan Tuhan sejak semula. Hukum Musa memberi kelonggaran bercerai, hanya karena nafsu dan ketegaran hati manusia (dalam Yunani, disebut eksplisit pria). Persekutuan pria-wanita dalam perkawinan direncanakan secara primordial oleh Allah. Anak-anak adalah buah dari hidup perkawinan, walau tidak ditutup kemungkinan ada anak yang lahir di luar konteks itu. Dengan memberkati anak-anak, Yesus menegaskan bahwa anak-anak berhak atas kebahagiaan hidup, juga kebahagiaan dalam keluarga. Karena itu penting sekali menjaga keutuhan hidup keluarga, membangun hidup keluarga yang harmonis, agar di dalam keluarga itu anak-anak dapat bertumbuh-kembang dengan sebaiknya dan selayaknya. Di dalam keluarga itulah, anak diberi kemungkinan untuk berkenalan dengan Tuhan, datang kepada Tuhan. Hal itu tidak mungkin terjadi, kalau keluarga broken-home. Keluarga broken-home akan melahirkan anak-anak broken-heart. Ini menyedihkan. Maka penting sekali kerasulan hidup keluarga itu. Sebab Better marriage, holier culture. Jika perkawinan baik, maka budaya akan jadi baik. Apa yang disinggung dalam Bac.I, terkait dengan injil, sebab Matius mendasarkan ucapan Yesus pada kitab Kejadian. Persatuan pria-wanita dikehendaki Tuhan sejak awal penciptaan. Dan persatuan itu terarah kepada kesuburan dan pengembangan dunia.

Tidak ada komentar: