Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 2Kor.9:6-10; Mzm.112:1-2.5-6.7-8.9; Yoh.12:24-26.
Hari ini ada pesta St.Laurensius, diakon dan martir. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini sangat singkat. Tetapi sangat padat. Yesus mengangkat sebuah metafora yang akrab dalam alam, yaitu biji atau benih. Benih itu memperlihatkan sebuah paradoks kehidupan yang amat gamblang. Ia baru bisa hidup, kalau “dikubur” di dalam tanah. Di dalam kegelapan “kuburan” itu ia merambah ke alam kehidupan. Ia bertumbuh. Justru dengan jatuh ke tanah lalu mati itulah, benih dapat hidup dan menghasilkan buah. Itulah paradoks kehidupan yang saya maksudkan. Yesus mengangkat paradoks kehidupan benih itu untuk mengungkapkan apa yang akan dialaminya. Ia harus mati, untuk dapat membawa dan memberi kehidupan baru dan kekal. Mati berarti memberi atau menyerahkan nyawa. Di sini juga Yesus mengungkapkan sebuah fakta paradoksal. Yaitu paradoks antara mencintai yang dipasangkan dengan kehilangan. Dan paradoks antara membenci yang dipasangkan dengan memelihara untuk hidup kekal. Akhirnya Yesus juga melukiskan mengenai orang yang mengikut Dia. Mereka harus selalu berada di dekat Dia. Dan ada konsekwensi yang membahagiakan di sana: siapa saja yang melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Luar biasa bukan! Semoga kita didapati layak menjadi pelayan-pelayan Yesus.
Minggu, 09 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar