Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.8:12-17; Mzm.68:2.6-7ab.20-21; Luk.13:10-17.
Injil hari ini, berbicara tentang tindakan Yesus yang menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Ada seorang perempuan tua yang sudah delapan belas tahun kerasukan roh sehingga ia tidak dapat berjalan tegak. Punggungnya bungkuk. Itulah fakta penderitaan seorang anak manusia. Itulah salah satu persoalan kemanusiaan. Ketika melihat fakta derita itu, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan (misericordia). Ia pun menyembuhkan perempuan itu. Tetapi kepala rumah ibadat protes terhadap tindakan itu. Ia menerangkan bahwa ada enam hari untuk mencari penyembuhan: mengapa tidak datang pada salah satu dari enam hari itu dan tidak datang pada hari Sabat. Ini prioritas lain: lebih mempedulikan pelaksanaan hukum dari pada menolong orang menderita. Terhadap itu Yesus memberi tanggapan telak berikut ini. Mula-mula Ia mencap kepala rumah ibadat itu munafik. Sesudahnya Yesus mengatakan bahwa sesungguhnya Sabat itu bukan istirahat murni, sebab masih ada kemungkinan orang berbuat sesuatu yakni melepaskan hewan peliharaan dari dalam kandang dan memasukkannya kembali. Kalau ada kemungkinan orang melepaskan hewan peliharaan pada hari Sabat, sudah sepatutnya perempuan tadi, yang adalah keturunan Abraham, dilepaskan dari belenggu deritanya, biarpun itu hari Sabat. Yesus mengecam sikap kesalehan seperti ini yang beku, kaku, dan munafik. Rupanya jawaban itu membuat para lawannya mati langkah. Maka orang banyak pun bersorak kegirangan. Semoga kita tidak menghayati kehidupan iman dan agama kita sebatas tuntutan legalistik belaka.
Senin, 26 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar