Minggu, 18 Juli 2010

MINGGU, 12 SEPTEMBER 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN dan PENELITI GESER INSTITUTE dan CCRS FF-UNPAR BANDUNG
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES
BcE. Kel.32:7-11,13-14; Mzm.51:3-4,12-13,17,19; 1Tim.1:12-17; Luk.15:1-32 (1-10).



Kita dapat membaca versi panjang injil hari ini (32 ayat). Tetapi bisa juga hanya membaca versi pendeknya (10 ayat). Untuk kepentingan ulasan ini saya ikuti versi pendeknya. Dalam versi pendek ini Yesus membentangkan dua perumpamaan yang menarik. Yesus terdorong mengisahkan dua perumpamaan ini karena sikap orang Farisi dan ahli Taurat yang tidak suka Yesus bergaul dengan orang berdosa (menerima mereka sebagai teman, dan makan bersama. Makan bersama dalam pelbagai kebudayaan di dunia ini adalah simbol dan perayaan persahabatan). Perumpamaan pertama mengenai domba yang hilang. Perumpamaan kedua mengenai dirham yang hilang. Ada kesamaan mencolok antara kedua perumpamaan ini. Dua hal yang hilang ini tidak bisa kembali sendiri, melainkan harus dicari. Gembala ditantang mutu kegembalaannya: apakah berani menempuh risiko atau tidak. Pemilik perhiasan juga ditantang mutu sense of belonging-nya: apakah berani menempuh risiko atau tidak. Ternyata si gembala dan si pemilik itu berani. Itulah yang menentukan mutu kepemimpinan mereka. Kita lihat, ini persamaan ketiga, setelah si gembala dan pemilik berani menempuh risiko besar, dan ia berhasil menantang risiko itu, hasilnya mendatangkan sukacita besar. Sukacita yang dialami orang ini oleh Yesus dijadikan sebagai ibarat untuk melukiskan sukacita yang terjadi di surga, yang dikatakan jauh lebih besar dan lebih meriah jika ada orang berdosa bertobat. Walau tadi saya putuskan untuk membaca versi pendek, tetapi ada baiknya saya tambahkan: perbedaan paling mencolok kedua perumpamaan ini dengan perumpamaan ketiga ialah bahwa si anak hilang, berbeda dari domba dan dirham, berinisiatif kembali. Ini yang luar biasa. Yesus mengajarkan kita untuk bertobat. Jangan tunggu dicari. Sebab yang dicari hanya domba (binatang) dan dirham (benda mati). Kiranya, kita tidak mau disamakan dengan binatang dan benda mati.


BANDUNG, 18 JULI 2010
SIS BM, GESER INSTITUTE FF-UNPAR

Tidak ada komentar: