Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Keb.2:1a.12-22; Mzm.34:17-18.19-20.21-23; Yoh.7:1-2.25-30.
Injil hari ini mengisahkan salah satu kunjungan yang lain dari Yesus ke Yerusalem. Kunjungan ini terjadi bertepatan dengan Perayaan pondok daun Yahudi. Dalam kunjungan ini Yesus bersaksi tentang diriNya di tengah latar belakang polemik dan konflik dengan orang Farisi. Persoalan pokoknya masih sekitar Sabat. Yesus melanggar Sabat, itulah tuduhannya. Itu tidak main-main. Itu sangat serius. Yesus berusaha menunjukkan bahwa Ia berkuasa atas Sabat, Ia adalah Tuan atas Sabat. Sedemikian serunya pertikaian itu sehingga orang mulai bertikai tentang asal-usul Yesus. Dari mana asal orang ini, sehingga Ia begitu berani, lantang, cenderung nekat. Tentang hal ini muncul beberapa hipotesis. Ada dugaan bahwa Ia Mesias. Dugaan itu didukung fakta bahwa pemuka agama di Yerusalem tidak berbuat apa-apa terhadap Dia, padahal mereka mau membunuh Dia. Tetapi di kalangan rakyat, ada keyakinan bahwa Yesus adalah orang Nazaret. Mereka yakin mengenai asalnya. Maka mereka ragu bahwa Yesus adalah Kristus. Sebab Kristus tidak diketahui asalnya, padahal Yesus orang tahu asal-usulnya. Ada gagasan bahwa Mesias itu melampaui tempat, asal-usul geografis. Ia harus tampil seperti UFO. Dalam pengajaranNya di Bait Allah, Yesus menegaskan jati-diriNya sebagai utusan Bapa. Itu yang dianggap hojat oleh orang Yahudi. Mereka ingin menangkap dan membunuhnya, tetapi karena saatnya belum tiba, maka tidak seorang pun berani menyentuh Dia. Inilah salah satu kekhasan Yohanes, yaitu berbicara tentang teologi saat, yaitu saat yang penting dan menentukan dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar