Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. 2Raj.4:42-44; Mzm.145:10-11.15-16.17-18; Ef.4:1-6; Yoh.6:1-15.
Hari ini hari Minggu Biasa XVII. Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang memberi makan lima ribu orang. Kita sudah sering kali membaca dan mendengarkan Injil ini. Mungkin kita sudah mendengarnya sejak masih anak-anak. Kita dengar bahwa orang banyak terus mengikuti Yesus. Mereka tertarik karena banyak mukjizat penyembuhan yang dikerjakan Yesus bagi mereka. Melihat bahwa mereka datang dari jauh dan sudah tampak keletikan, maka Yesus pun berencana memberi mereka makan. Filipus merasa hal itu tidak mungkin: orang sangat banyak, sementara persediaan makanan terbatas. Tetapi muncul informasi lain: ada yang membawa roti dan ikan. Yesus lalu menyuruh mereka duduk, dan mulai memberi perhatian dan berbagi. Yesus mengawali “perhatian dan berbagi” itu dengan eucharistia. Ia mengambil roti, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka. Maka terjadilah mukjizat: semua orang bisa makan sampai kenyang. Bahkan ada sisanya juga. Ternyata ada agenda terselubung dalam hati orang banyak itu: mereka berniat mau menjadikan atau mengangkat Yesus sebagai Mesias Politik. Maka Yesus pun menyingkir ke gunung untuk menyendiri, dalam doa, dalam relasi yang intim dengan Allah yang disapaNya Abba. Jadi Ia menyendiri bersama Tuhan. Mukjizat Yesus ini sudah dilukiskan juga dalam Perjanjian Lama (Bac.I). Elisa memberi makan seratus orang dan masih ada sisanya. Tentu yang dilakukan Yesus lebih spektakuler, sebab jumlahnya lebih banyak. Kesamaannya ialah: mereka makan sampai kenyang dan ada sisanya juga. Hidup dalam Tuhan harus tampak dalam buahnya yang nyata: hidup dengan rendah hati, lemah lembut, dan sabar, penuh kasih, saling membantu (Bac.II).