Selasa, 09 Juni 2009

RABU, 10 JUNI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)
BcE.2Kor.3:4-11; Mzm.99:5.6.7.9; Mat.5:17-19
.

Injil yang kita dengar hari ini sangat singkat. Di sini ada dua hal yang dipertentangkan oleh Yesus perihal kedatanganNya ke dunia ini. Pertama, Ia menegaskan bahwa kedatanganNya bukan untuk meniadakan atau membatalkan hukum Taurat. Melainkan, kedua, Ia menegaskan bahwa Ia datang untuk mengenapi hukum Taurat itu. Jadi, Yesus adalah kegenapan Taurat. Yesus adalah kepenuhan hukum Taurat. Mengenai yang pertama, ada dua konsekwensi besar dan berat sekaligus. Kalau ada orang yang meniadakan atau membatalkan Taurat lalu mewartakannya dalam keadaan seperti itu, orang itu akan mendapat tempat paling rendah dalam kerajaan Surga. Sebaliknya kalau orang melakukan tuntutan hukum Taurat dan mengajarkannya, orang itu akan mendapat tempat terhormat dalam kerajaan Surga. Di sini kita temukan sosok Yesus sebagai orang Yahudi, yang karena itu amat menghormati adat istiadat leluhur Israel. Sebagai orang Yahudi Ia menghendaki agar semua orang dengan taat melaksanakan apa yang diperintahkan Kitab Suci. Jadi, pembenaran hidup kita bukan terutama dengan membaca, dan menguasai kitab suci, melainkan pembenaran itu terjadi karena orang dengan tekun dan secara konsisten melakukan perintah Allah yang tertuang dalam Taurat-Nya. Ini adalah jejak-jejak awal dari diskusi gereja purba mengenai hubungan antara identitas Kristianitas baru dan agama lama. Mateus, lewat mulut Yesus menegaskan adanya relasi itu dengan ucapan-ucapan Yesus tadi.

Tidak ada komentar: