Selasa, 16 Juni 2009

SELASA, 16 JUNI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.2Kor.8:1-9; Mzm.146:2.5-6.7.8-9a; Mat.5:43-48.

Hari ini ada pesta Sta.Lutgardis, dan Sto.Yohanes Fransiskus Regis. Mari kita kenangkan teladan kesucian hidup mereka dalam hidup dan doa kita sendiri. Injil hari ini juga amat terkenal. Di sini kita juga bertemu dengan Yesus yang melakukan pembalikan total. Yesus melakukan suatu pembaruan. Yesus meminta kita agar sudi mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka. Ini sangat revolusioner mengingat dalam perintah lama, musuh itu harus dibenci. Tetapi alasannya sangat menarik. Bukan lagi suatu alasan humanstik-antropologis melainkan alasan teologis. Kalau kita berani berbuat baik kepada musuh, maka kita dapat menjadi anak-anak Bapa di Surga yang kasihNya tidak terbatas dan tidak pandang bulu. Hanya dengan tindakan revolusioner dan melawan arus ini, kita dapat menunjukkan mutu kita yang lebih dari yang lain. Kalau tidak berani melawan arus, maka kita sama saja. Kita tidak mempunyai kelebihan apa pun dari yang lain. Sebab bangsa yang tidak mengenal Allah pun hanya sampai ke tingkat pemahaman seperti itu saja (hukum balas dendam). Kita tidak mau menjadikan perilaku para bangsa pada umumnya sebagai patokan moral hidup kita. Melainkan kita mau menjadikan sikap Allah sebagai patokan moral hidup kita. Itu sebabnya di akhir injil hari ini kita dengar sebuah perintah yang amat mulia sekaligus amat sukar. Jadilah sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna. Ya, berat memang, tetapi kita dipanggil untuk menjadi sempurna.