Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.49:29-32; 50:15-26a; Mzm.105:1-2.3-4.6-7; Mat.10:24-33.
Hari ini ada peringatan Benediktus, Abas (dirayakan oleh beberapa lembaga hidup Bakti seperti OCSO). Mari kita mengenang hidupnya dalam hidup kita sendiri. Injil hari ini, melanjutkan injil kemarin. Kemarin kita sudah melihat mengenai penganiayaan atas para murid Yesus karena nama Yesus itu. Sesuatu yang tampaknya tidak terhindarkan juga. Hari ini kita melihat beberapa hal penting lain. Pertama, perkataan Yesus bahwa murid tidak mungkin melebihi gurunya. Yang dimaksudkan ialah bahwa kalau sang guru sudah menderita penganiayaan, maka para murid jangan pernah memimpikan sebuah nasib yang lebih baik dari itu. Paling banter mereka juga akan menderita. Maka mereka harus bersiap-siap menghadapi hal itu. Dengan nasihat seperti itu, Yesus kemudian menegaskan kepada para murid, agar jangan takut terhadap orang yang dapat melakukan penghambatan dan penganiayaan itu. Sebab paling banter mereka hanya bisa membunuh tubuh, tetapi tidak dapat membunuh jiwa. Kita harus lebih takut kepada dia yang berkuasa membunuh jiwa dalam neraka. Nasihat untuk tidak takut itu diberi keterangan berupa metafor: bahwa Bapa sungguh memperhatikan nasib dan hidup mereka. Akhirnya, kita melihat sebuah hal penting yang lain: yaitu keberanian kita untuk mengakui Yesus di hadapan manusia, menjadi syarat penting untuk pengakuan Yesus akan kita di hadapan Bapa di sorga. Pengakuan itu berarti shalom. Sebaliknya kalau kita tidak berani mengakui Yesus di dunia ini, maka Yesus pun tidak akan mengakui dan mengenal kita di surga. Tinggal kita memilih yang mana dari kedua sikap itu: Mengakui Yesus dan selamat, atau menyangkal Yesus dan binasa. Jawaban ada di tangan kita masing-masing.
Rabu, 15 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar