Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. 1Raj.17:10-16; Mzm.146:7.8-9a.9bc-10; Ibr.9:24-28; Mrk.12:38-44.
Hari Minggu Biasa XXXIII. Injil hari ini membahas dua hal: Pertama, tentang nasihat Yesus agar para muridNya berhati-hati terhadap ahli-ahli Taurat. Kedua, tentang persembahan seorang janda miskin. Dengan jelas dan lantang Yesus mengecam ahli Taurat yang melakukan banyak hal saleh secara mencolok, agar bisa dilihat orang dan karena itu mendapat pujian. Mereka gila hormat, suka menonjolkan diri di rumah ibadat, mencari tempat terhormat dalam perjamuan. Mereka juga melakukan eksploitasi atas para janda yang lemah yang seharusnya dilindungi. Doa mereka dipakai untuk mengelabui mata orang. Doa dipakai sebagai alat bantu untuk mengecoh orang. Dalam bagian kedua, Yesus mengisahkan tentang persembahan seorang janda miskin. Di sini dibandingkan dua perilaku, antara orang kaya, dan orang miskin, yang kebetulan janda pula. Orang kaya memberi dalam jumlah yang besar, tetapi belum segala-galanya. Janda miskin itu hanya memberi sangat sedikit, tetapi itulah segala-galanya yang ia miliki. Tidak ada lagi yang tersisa. Bac.I mengisahkan tentang Elia dan janda di Sarfat itu. Daerah itu dilanda kekeringan, dan kelaparan. Tetapi berkat penyelenggaraan Allah lewat nabi Elia, sang janda itu dapat bertahan hidup dari hari ke hari, lewat “penggandaan” tepung dan minyak secara ajaib. Dengan berbuat baik kepada Elia, sang janda itu mengalami mukjizat yang tidak terkira, yang menyebabkan mereka mampu bertahan hidup melewati masa kelaparan. Memberi tidak membuat orang menjadi miskin atau berkekurangan. Inilah paradoks yang dialami si janda ini. Itulah mukjizat yang dialami si janda itu. Bac.II berbicara tentang Kristus sebagai pengantara perjanjian baru. Ia adalah Imam Besar yang mempersembahkan diriNya satu kali dan untuk selamaNya. Korban itulah yang mendatangkan berkat dan keselamatan.
Rabu, 16 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar