Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Yes.53:10-11; Mzm.33:4-5;18-19.20.22; Ibr.4:14-16; Mrk.10:35-45.
Hari ini Hari Minggu Biasa XXIX. Injil hari ini melukiskan dua hal. Pertama, permintaan Yakobus dan Yohanes. Kedua, prioritas melayani di atas memerintah. Dilukiskan bahwa kedua murid itu memohon satu permintaan kepada Yesus, agar mereka diperkenankan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus kelak di dalam kemuliaanNya. Ternyata hal itu ada syaratnya yang tidak ringan. Kedua murid itu pun menyanggupi bahwa mereka mampu memenuhi syarat itu. Yaitu lewat jalan penderitaan. Yesus tidak menyangkal kemampuan mereka menempuh lorong itu, tetapi hal duduk di sebelah kanan dan kiri ditentukan bagi orang yang telah disediakan untuk itu sedari kekal. Para murid menjadi marah mendengar hal itu. Dan inilah kesempatan bagi Yesus untuk menyampaikan nasihat atau petuah moralNya. Ia membeberkan etika politik yang berlaku bagi para bangsa: yaitu memerintah dengan kekerasan, atau memerintah dengan tangan besi. Itu berarti penindasan dan penghisapan. Tetapi bagi para pengikut Yesus yang berlaku ialah memerintah dengan melayani, prioritas melayani di atas memerintah. Mengapa demikian? Karena Anak Manusia juga sudah mencontohkan hal itu. Ini sebuah paradoks besar. Paradoks itu telah dipentaskan oleh sosok Hamba Tuhan itu (Bac.I). Hamba itu bisa melihat terang dan menjadi puas sesudah jiwanya dilanda kesusahan. Paradoks itu juga diarungi oleh sang Imam Besar (Bac.II). Maka dalam hal menjadi pengikut Yesus, tidak ada jalan lain bagi kita selain jalan pelayanan itu, jalan merendah, jalan menjadi yang terkecil. Jelas ini juga sebuah paradoks. Semoga kita sanggup menerima dan melaksanakannya.
Rabu, 16 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar