Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.2:1-11; Mzm.62:2-3.6-7.9; Luk.11:42-46.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Kalistus I, Beato Gonzalo dari Lagos, Gundisalvus dari Lagos, Yohanes Ogilvie. Marilah kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang sabda celaka (kutukan) yang diucapkan Yesus melawan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mula-mula Yesus menyampaikan sabda celaka terhadap orang Farisi yang memang membayar persepuluhan tetapi mengabaikan kasih dan keadilan. Pada hal seharusnya, persepuluhan itu dilakukan tanpa mengabaikan kasih dan keadilan. Tanpa kasih dan keadilan, persepuluhan menjadi hampa makna. Sabda celaka berikutnya masih ditujukan kepada orang Farisi, yang suka mencari tempat menonjol untuk berdoa, mencari hormat di pasar. Yang lebih menyakitkan lagi Yesus menyamakan mereka dengan makam yang tidak bertanda dan karena itu diinjak-injak orang tanpa disadari. Seorang ahli Taurat mencoba menimpali untaian sabda celaka itu, dan giliran dia juga mendapat sabda celaka. Para ahli Taurat ini dianggap meletakkan beban yang terlalu berat kepada orang lain, tetapi tidak mereka pikul sendiri. Beban apa itu? Beban peraturan hukum Taurat yang sangat banyak yang mengatur cara hidup dan perilaku. Hukum itu memang baik, tetapi menjadi beban kalau terlalu banyak. Apalagi kalau ada pihak yang membebankan hukum itu kepada orang lain, sementara mereka tidak melaksanakannya. Itu namanya, menuntut terlalu banyak dari orang lain, sementara kita sendiri tidak mau dituntut sama sekali. Dalam bahasa HAM modern, itu namanya standar ganda (double standard). Itu adalah sebentuk ketidak-adilan hukum, sebentuk legalisme kaku, beku, dan karena itu mematikan. Maka kita harus melawannya. Hukum dibuat demi manusia, dan bukan manusia dikorbankan demi hukum.
Senin, 19 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar