Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Ef.4:1-7.11-13; Mzm.19:2-3.4-5; Mat.9:9-13.
Hari ini ada Pesta Matius Penginjil. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang peristiwa pemanggilan Matius si pemungut cukai itu menjadi murid Yesus. Pada saat itu ia sedang sibuk menjalani profesinya sebagai tukang pajak. Tiba-tiba Yesus memanggil dia. Ya, panggilan itu terjadi dalam perisitwa yang serba biasa dan sehari-hari dalam hidup kita. Kita jangan membayangkan suatu peristiwa yang luar biasa. Dan yang menarik ialah bahwa Matius secara spontan menjawab dan menanggapi panggilan Yesus itu. Dengan segera ia meninggalkan pekerjaannya. Itu berarti ia meninggalkan kemapanan hidup, sebab pekerjaan itulah yang selama ini telah menjamin hidup dan bahkan status sosialnya di tengah masyarakat. Tampak jelas di sini bahwa Yesus mau merangkul dan menerima banyak orang, juga para pemungut cukai yang dianggap pendosa oleh orang Yahudi. Tetapi dalam perangkulan itu selalu ada yang merasa tidak dirangkul. Ini menyebabkan orang marah dan kecewa. Itulah sikap orang Farisi yang menganggap para pemungut pajak pendosa yang harus dikucilkan. Tetapi Yesus tidak mau mengucilkan mereka. Yesus menerima mereka dan sudi bergaul dengan mereka. Hal itulah yang justru mendatangkan perubahan dan pertobatan dalam diri mereka, termasuk dalam diri Matius sendiri. Tidak mungkin terjadi perubahan sikap hidup kalau tidak ada perubahan sikap dari Yesus sendiri. Mungkin agak terdengar aneh bagi orang lain, tetapi begitulah cara saya membaca dan menafsirkan teks ini.
Minggu, 18 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar