Minggu, 17 Januari 2010

RABU, 17 FEBRUARI 2010

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FF-UNPAR, BANDUNG.

BcE. Yl.2:12-18; Mzm.51:3-4,5-6a,12-13,14,17; 2Kor.5:20-6:2; Mat.6:1-6,16-18.



Hari ini Rabu Abu. Permulaan masa Pantang dan Puasa. Ini juga permulaan masa Prapaskah kita. Kita mengikuti Yesus yang sesudah pembaptisan berpuasa selama 40 hari di padang gurun. Salah satu upacara khas hari ini ialah Pemberkatan dan Pembagian Abu. Kening atau kepala kita ditandai dengan abu. Apa maksud upacara ini? Tentu ini sebuah ritual pertobatan yang berurat berakar dalam Perjanjian Lama. Tetapi mengapa abu? Di sini saya teringat akan ucapan tradisional yang mengiringi pengolesan abu atau debu itu pada kepala kita: kamu berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Dengan ini kita diingatkan kembali akan eksistensi dasar kita yang berasal dari tanah liat. Tanah dalam bahasa Latin ialah humus. Dari kata humus diturunkan kata humilitas, artinya kerendahan hati. Upacara ini juga mengajak kita untuk rendah hati, karena kerendahan hati itulah yang memungkinkan terjadinya pertobatan. Tanpa kerendahan hati, orang tidak mungkin bertobat. Kalau kening kita diolesi dengan abu, debu tanah, sebenarnya kita dihimbau untuk menempatkan kepala kita di dan ke tanah agar tidak menjadi sombong atau angkuh. Tunduk ke tanah adalah sikap sujud dan menyembah. Kita diajak untuk melakukan hal itu, sekarang dan di sini.


SIS B
CCRS FF-UNPAR BANDUNG.

Tidak ada komentar: