Oleh: Fransiskus Borgias M.
PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FF-UNPAR BANDUNG
BcUp. Yes.52:13-53:12; Mzm.31:2,6,12-13,15-15,17,25; Ibr.4:14-16; 5:7-9; Yoh.18:1-19:42.
Ada beberapa keistimewaan hari ini. Hari ini hari puasa dan pantang bagi kita. Mari kita dengan tekun dan serius melakukan itu. Itu adalah bagian kecil yang dapat kita lakukan untuk ikut ambil bagian dalam sengsara Tuhan. Inti upacara kita ialah, peninggian Salib, lalu ada penghormatan salib, disusul dengan doa umat Meriah. Lalu ada komuni. Pada hari ini kita selalu mendengarkan kisah sengsara menurut Yohanes. Inilah kekhasan Jum’at Agung dibandingkan dengan Passio Minggu Palma. Pada Minggu Palma kita memakai Passio dari injil Sinoptik menurut tahunnya saja. Sedangkan pada Jum’at Agung gereja sudah menetapkan agar kita memakai kisah sengsara menurut Yohanes. Mengapa demikian? Karena kisah sengsara Yohanes itu sangat istimewa secara teologis dan kristologis. Jika kita baca dengan baik, seluruh rangkaian kisah sengsara Yesus menurut Yohanes adalah untaian penampakan kemuliaan Tuhan. Yah, mungkin karena Jum’at Agung ini sudah dekat dengan malam paskah. Memang sengsara, tetapi sengsara itu sudah dibayang-bayangi oleh percik-percik berkas cahaya kebangkitan. Yang ditonjolkan bukan lagi segi kemanusiaan sengsara Yesus (yang dalam ketiga injil Sinoptik pelukisannya sangat manusiawi) melainkan segi kemuliaan walaupun itu di tengah sengsara. Paradoks memang, tetapi itulah yang menjadi faktanya. Mari kita merayakannya dengan penuh iman dan semangat.
BANDUNG, 17 FEBRUARI 2010
SIS B (CCRS FF-UNPAR BANDUNG)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar