OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Kej.15:5-12,17-18; Mzm.27:1,7-8,9abc,13-14; Flp.3:17-4:1; Luk.9:28b-36.
Di sini kita lihat lagi Yesus berkumpul dengan kelompok kecil muridNya. Di sini Yesus berdoa. Ada permainan antara misi, mukjizat pemberian makan, nubuat derita, syarat menjadi murid, dan transfigurasi. Semuanya membentuk sintesis hidup Kristiani. Kisah ini mengantisipasi (memberi bayang-bayang terlebih dahulu) kemuliaan kebangkitan kelak. Ada dua tokoh yang tampil di sini: Musa dan Elia. Keduanya mewakili dua tradisi (Hukum dan Nabi). Lalu ada suara ajaib yang mengingatkan kita akan suara ajaib pembaptisan. Tetapi ada beda. Dalam pembaptisan, suara itu datang dari surga. Di sini datang dari dalam awan. Dalam pembaptisan, suara itu hanya didengar Yesus, karena disampaikan dalam diri orang kedua. Di sini suara itu dalam diri orang ketiga, sehingga bisa didengar orang lain. Awan itu mengingatkan kita akan awan di Sinai dalam peristiwa Keluaran. Di sana kemuliaan Allah (shekinah) hadir. Demikian juga di sini, dalam transfigurasi, Allah hadir. Kisah transfigurasi ini ada dalam konteks misi, eskatologi, kesengsaraan, dan kemuridan. Ini berarti transfigurasi itu adalah bagian utuh dari janji kepada pengikut Yesus. Sebagaimana halnya Yesus mengalami transfigurasi dalam kemuliaan karena taat kepada kehendak Allah, demikian juga setiap orang Kristiani (murid) akan mengalami kemuliaan asal mereka setia dan taat. Salah satu janji yang dinikmati Abram dalam hidupnya ialah hidup mulia karena karunia besar Allah. Itulah yang kita baca dari Bac.I. Janji pemuliaan itulah yang juga diungkapkan dalam Bac.II: “…yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia…” Semoga kita layak untuk itu.
Senin, 10 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar