Senin, 10 Mei 2010

SABTU, 27 MARET 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Yeh.37:21-28; MT.Yer.31:10,11-12ab,13; Yoh.11:45-56.




Injil hari ini melanjutkan kisah unik injil Yohanes, pembangkitan Lazarus. Tentu ini menggemparkan. Muncul dua reaksi. Ada yang percaya. Ada yang tidak percaya, dan melaporkan hal itu kepada orang Farisi. Terciptalah kubu pertikaian yang makin runcing: Ada Yesus yang banyak mengerjakan mukjizat. Ada orang Farisi yang berkoalisi dengan imam-imam kepala. Mereka memanggil rapat Mahkamah Agama. Inti pembicaraan mereka ialah bagaimana cara mencegah agar Yesus tidak semakin banyak mendapat pengikut karena perbuatan ajaib-Nya. Dalam konteks persekongkolan busuk inilah kita membaca ucapan terkenal Kayafas, Imam Besar: “….lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Ucapan ini seakan menjadi sebuah nubuat agung tentang makna liberatif dan makna redemptif wafat Yesus. Sedemikian agungnya peristiwa itu, sehingga bisa “….mengumpulkan dan mempersatukan anak Allah yang tercerai-berai.” Makin banyak tanda ajaib, makin tajam perlawanan dan makin kuat kebencian. Itu semua bermuara pada rencana busuk untuk menangkap serta membunuh Yesus. Tetapi karena saatnya belum tiba, Yesus menghindar ke tempat sunyi. Hal itu tidak mengurungkan niat jahat pembesar di Yerusalem. Mereka menunggu apakah Yesus akan datang pada hari Raya (Injil besok). Kalau Ia datang, itulah saat yang tepat untuk menangkap Dia. Memang itulah yang terjadi. Reaksi kebencian terhadap Yesus dan karya serta sabdaNya, tidak pernah berhenti. Mungkin juga bisa muncul dewasa ini. Bagaimana dengan sikap kita? Semoga kita tidak berada dalam kalangan orang yang merencanakan perbuatan jahat terhadap Yesus. Semoga dalam masa Prapaskah ini kita makin meningkatkan hubungan kita dengan Yesus Juru Selamat.

Tidak ada komentar: