Senin, 10 Mei 2010

JUM'AT 26 MARET 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Yer.20:10-13; Mzm.18:2-3a,3bc-4,5-6,7; Yoh.10:31-42.




Injil hari ini masih melanjutkan drama perbenturan Yesus dan orang Yahudi. Karena Yesus menyatakan bahwa diriNya dan Bapa adalah Satu, orang Yahudi mau merajam-Nya. Ia menantang mereka dengan mengatakan bahwa ada banyak perbuatan baik yang berasal dari Bapa, yang diperbuat-Nya bagi mereka. Tetapi mengapa mereka mau merajam? Ternyata alasannya bukan perbuatan baik, melainkan karena Yesus dituduh menghojat. Lalu muncul diskusi yang rumit mengenai pendasaran teologis ucapan Yesus. Itu tidak penting diulas di sini. Yang penting ialah ayat 37-42. Yesus mengatakan bahwa orang tidak perlu percaya kepadaNya kalau ternyata Ia tidak melakukan kehendak Bapa. Kalau orang tidak mau percaya kepada Dia, paling tidak orang mau percaya kepada pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan. Kepercayaan itu, menurut Yesus, menjadi prasyarat agar mereka bisa mengerti dan tahu misteri persatuan Yesus dan Bapa, persatuan ajaib: Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa. Ternyata ini juga tidak dapat mereka terima. Mereka menjadi marah dan mencoba menangkap Yesus. Tetapi Yesus meluputkan diri dengan menyingkir ke tempat Yohanes pernah tinggal. Di tempat sunyi itu, banyak orang yang datang kepadaNya, mencari Dia. Bahkan di antara orang yang datang itu memberi kesaksian agung bahwa semua yang dikatakan Yohanes tentang Yesus, ternyata benar semuanya. Itulah yang menyebabkan mereka percaya kepada Yesus. Dari sini kita sadar bahwa menjadi pengikut Yesus adalah proses perjuangan yang tidak mudah. Orang harus selalu mengambil keputusan pribadi yang sadar. Tidak hanya ikut-ikutan arus umum, melainkan harus percaya dengan keputusan yang keluar dari lubuk hati yang terdalam.

Tidak ada komentar: