Senin, 10 Mei 2010

SENIN, 29 MARET 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Yes.42:1-7; Mzm.27:1,2,3,13-14; Yoh.12:1-11.




Injil mengisahkan tentang pengurapan Yesus oleh Maria di Betania dengan minyak wangi mahal. Maria melakukan hal itu dengan sadar dan sukarela. Tetapi ada reaksi lain dari Yudas Iskariot. Ia keberatan dengan pengurapan mewah dan mahal itu. Ia menganggapnya pemborosan berlebihan. Menurut dia, jauh lebih baik jika minyak itu dipersembahkan bagi orang miskin. Sebuah motivasi religius mulia. Lalu ada penilaian penginjil terhadap sikap Yudas. Perkataan Yudas itu bukan ungkapan kesalehan dari nurani terdalam, yang hendak melakukan salah satu tiang kesalehan agama yaitu sedekah (selain doa dan puasa). Perkataan Yudas hanya mau menyembunyikan agendanya yang terselubung. Jika duit penjualan minyak wangi itu masuk kas bersama yang ia pegang, ia berkesempatan mencurinya, sebagaimana dilakukannya selama ini. Jangan menyembunyikan niat jahat dengan berpura-pura berniat baik padahal itu adalah niat buruk yang terselubung seperti dilakukan Yudas. Yesus angkat bicara: ini bukan pengurapan biasa, dalam rangka pemborosan, pamer dan berfoya-foya. Ini pengurapan antisipasi penguburan-Nya yang menurut Yohanes baru dilakukan sesudah Sabat. Tetapi ketika Maria datang ke makam, Yesus tidak ada di sana, makam kosong. Untunglah pengurapan itu sudah “dilakukan” sebelumnya. Begitulah jalan pikiran Yohanes. Lalu ada rencana membunuh Lazarus. Karena tidak bisa menangkap Yesus, setidaknya petinggi Yahudi bisa menebas korban paling mudah dan dekat yaitu Lazarus. Itu perilaku sosial yang terjadi di mana-mana. Kalau sasaran kelas kakap tidak bisa disentuh, cukup sasaran kelas teri yang disentuh. Ini viktimisasi brutal. Pengikut Yesus tidak boleh berperilaku seperti itu.

Tidak ada komentar: