Rabu, 16 Juni 2010

KAMIS, 17 JUNI 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN DAN PENELITI CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Sir.48:1-14; Mzm.97:1-2,3-4,5-6,7; Mat.6:7-15.




Hari ini hari Biasa. Mari kita berusaha hidup senantiasa di hadapan Allah dengan hati tulus dan murni. Injil membahas tentang unsur ketiga dalam praksis kesalehan kita: doa. Ada tiga nasihat yang diberikan Yesus dalam injil ini. Nasihat pertama, tidak termasuk injil hari ini tetapi baik juga disinggung karena dalam nasihat pertama inilah ada kemiripan dengan dua praksis lain yang dibahas kemarin. Doa jangan dipamerkan di ruang publik, di tempat umum, di pasar, di tikungan jalan, dengan suara keras, memakai pengeras suara. Kata Yesus, tidak usah seperti itu: itu hanya berlaku bagi orang munafik. Kedua, Yesus menasihatkan kita agar doa kita singkat, jangan bertele-tele. Mengapa, karena Bapa sudah mengetahui apa yang kita minta. Ketiga, Yesus memberi contoh atau model doa itu. Itulah doa Bapa Kami, oratione dominica, al sholat al robaniyah, Lord’s Prayer, yang terkenal itu. Doa ini menjadi model doa karena diajarkan Tuhan sendiri kepada kita. Sudah ada banyak buku yang mengulas doa ini. Tetapi saya ingatkan pembaca untuk membaca salah satu ulasan bagus dalam Katekismus Gereja Katolik. Pasti kita diperkaya oleh doa itu. Menjadi model karena, ini dan beginilah seharusnya cara kita berdoa. Dimulai dengan pujian akan Allah Bapa. Ini harus. Sesudah itu, ada permohonan. Biasanya dianggap ada tujuh permohonan. Pesannya jelas: Jangan memamerkan doa, jangan bertele-tele, dengan suara keras. Hafalkanlah doa Bapa Kami dan setiap kali kita mengucapkannya, hendaklah kita mengucapkannya dengan kesadaran penuh. Niscaya kita dididik dalam rumah doa sejati yang amat kaya dan dalam ini.


BANDUNG, JUNI 2010
SIS B, CCRS FF-UNPAR BANDUNG

Tidak ada komentar: