Rabu, 16 Juni 2010

MINGGU, 01 AGUSTUS 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN DAN PENELITI CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Pkh.1:2,2:21-23; Mzm.90:3-4,5-6,12-13,14,17; Kol.3:1-5,9-11; Luk.12:13-21.




Injil hari ini berbicara mengenai orang kaya yang bodoh. Terhadap orang yang meminta agar menjadi penengah sengketa harta warisan, Yesus memberi nasihat mengenai kewaspadaan akan ketamakan. Ya ketamakan itu amat berbahaya. Ia tidak tahu batas. Karena itu, ia bisa melibas apa saja, bahkan manusia pun dilindas. Tentang itu Yesus berkata: ketamakan menumpuk harta tidak membuat hidup terjamin. Hidup tidak tergantung pada kekayaan. Hidup hanya tergantung pada Allah. Untuk menegaskan poin ini Yesus mengisahkan perumpamaan tentang orang kaya yang merancang hidupnya. Setelah merasa yakin dan berhasil dengan rancangan itu, ia merasa hidup sudah aman. Ternyata malam itu nyawanya dicabut. Dalam kematian, harta benda tidak berarti apa-apa. Maka yang terpenting ialah menjadi kaya di hadapan Allah, yaitu mengumpulkan harta surgawi, harta rohani. Menarik bahwa Liturgi mengkaitkan Injil dengan Bac.I Pengkotbah yang terkenal dengan refreinnya: Kesia-siaan belaka,... segala sesuatu sia-sia. Jika pengumpul harta mati, ia harus tinggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Mungkin nasihat paling baik sehubungan dengan ini kita lihat dari Bac.II: “...matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.”


BANDUNG, JUNI 2010
SIS B, CCRS FF-UNPAR BANDUNG

Tidak ada komentar: