OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN DAN PENELITI CCRS
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. 2Raj.2:1,6-14; Mzm.31:20,21,24; Mat.6:1-6,16-18.
Hari ini Hari Biasa Pekan XI. Ada peringatan wajib St.Lurgardis, Beato Anicetus Koplin (Imam, dkk Martir Polandia), St.Yohanes Fransiskus Regis. Mari kita mengenang dan meneladani mereka dalam hidup dan doa kita. Injil membentangkan dua hal penting sebagai tonggak praksis kesalehan umat. Tonggak praksis kesalehan itu ada tiga: Sedekah, Doa, Puasa. Tetapi di sini hanya dibahas dua saja: sedekah dan puasa. Pertama, berbeda dengan praktek yang umum jaman itu, Yesus menganjurkan para pengikutNya agar memberi sedekah itu secara diam-diam, dilakukan di tempat tersembunyi. Tidak usah digembar-gemborkan ke sana kemari seperti sekarang dengan pengeras suara, televisi, koran, majalah, dll. Menggembar-gemborkan perbuatan baik adalah perbuatan orang fasik, orang munafik. Biasanya itu dilakukan untuk menarik perhatian publik. Tidak ada rasa risih sedikitpun bahwa kesalehan dipertontotan dan dipentaskan di ruang publik. Cukup Bapa di surga saja yang tahu, dan Ia akan membalas kita dengan berkat dan rahmatNya. Kedua, berbeda dengan praktek yang umum dilakukan saat itu, orang berpuasa dengan membuat muka muram. Yesus mengecam hal itu: itu adalah kemunafikan. Yesus menganjurkan agar kalau kita berpuasa, hendaklah kita merias diri sehingga hanya Allah Bapa saja yang tahu bahwa kita berpuasa. Tidak usah juga digembar-gemborkan ke sana ke mari pakai pengeras suara yang bikin telinga bising. Kedua tonggak kesalehan itu harus dilakukan secara diam-diam. Pesan injil hari ini sangat jelas: Janganlah kita melakukan perbuatan-perbuatan kesalehan di ruang publik, dengan maksud untk dipertontonkan kepada masyarakat luas sehingga kita mendapat pujian orang banyak.
BANDUNG, JUNI 2010
SIS B, CCRS FF-UNPAR BANDUNG
Selasa, 15 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar