Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Yos.24:1-2a.15-17.18b; Mzm.34:2-3.16-17.18-19.20-21.22-23; Ef.5:21-32; Yoh.6:60-69.
Hari Minggu Biasa XXI. Injil mementaskan dua hal penting dalam hidup pengikut Yesus. Pertama, reaksi murid yang mundur setelah mendengar pernyataan Yesus tentang diriNya sebagai makanan dan minuman. Mereka menganggap ajaran itu keras. Di kalangan murid muncul salah paham kanibalisme yang membuat mereka mundur. Menghadapi hal itu, Yesus tidak menyurutkan perkataanNya. Kedua, Ia malah menantang kelompok duabelas untuk menguji iman mereka: Apakah kamu tidak pergi juga? Di sini, muncul Petrus yang memberi jawaban terkenal, mewakili murid yang lain: Engkau adalah Yang Kudus dari Allah. Agak sulit melihat kaitan Injil dengan Bac.II. Tetapi, kaitan itu dapat dijelaskan sbb: bahwa yang diperkarakan dalam injil ialah relasi khusus dan eksklusif antara Yesus dan murid. Relasi eksklusif itulah yang disinggung dalam Bac.II, yaitu relasi khusus-eksklusif antara Kristus dan gereja. Untuk menjelaskan hal itu, Paulus memakai bahasa metafor relasi suami dan isteri. Relasi khusus dan eksklusif itulah yang dipentaskan dan dituntut dalam Bac.I hari ini. Memang, dalam relasi iman dengan Allah kita dituntut untuk menjalin relasi khusus, eksklusif, mesra. Tidak ada yang lain di antara kita. Kira-kira begitu bahasa populernya.
Selasa, 14 Juli 2009
SENIN, 17 AGUSTUS 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Sir.10:1-8; Mzm.101:1a.2ac.3a.6-7; 1Ptr.2:13-17; Mat.22:15-21.
Hari ini hari raya kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan itu kata benda. Tetapi sesungguhnya kemerdekaan itu adalah proses terus menerus, keadaan dinamis yang harus terus diperjuangkan. Kemerdekaan bukanlah sebuah ruangan yang tinggal diisi dengan pembangunan atau apa pun. Kemerdekaan adalah pemerdekaan. Mungkin istilah terakhir ini paling tepat mengungkapkan isinya. Maka setiap orang Indonesia bertanggung-jawab atas kemerdekaan dan pemerdekaan dirinya. Itulah pemaknaan hidup sebagai bangsa dan terutama sebagai individu bermartabat. Ikut serta merayakan kemerdekaan dan mengupayakan pemerdekaan adalah bagian utuh dari hidup kita dalam tatanan politis tertentu. Kita tidak bisa menghindar dari kewajiban politis kepada negara dan sebagai warga negara. Tetapi kewajiban kepada negara jangan sampai mengalahkan kewajiban kepada Allah. Itulah pesan injil hari ini. Bac.II hari ini juga memberi pendasaran biblis bagi kita untuk taat dan tunduk kepada lembaga manusia. Ketundukan itu diberi dasar teologis: karena Allah. Inti nasihat di hari raya kemerdekaan ini ialah: Hiduplah sebagai orang merdeka, dan bukan sebagai orang yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan mereka. Mari kita mengusahakan hal itu dalam hidup kita setiap hari: Hidup sebagai orang merdeka.
BcE. Sir.10:1-8; Mzm.101:1a.2ac.3a.6-7; 1Ptr.2:13-17; Mat.22:15-21.
Hari ini hari raya kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan itu kata benda. Tetapi sesungguhnya kemerdekaan itu adalah proses terus menerus, keadaan dinamis yang harus terus diperjuangkan. Kemerdekaan bukanlah sebuah ruangan yang tinggal diisi dengan pembangunan atau apa pun. Kemerdekaan adalah pemerdekaan. Mungkin istilah terakhir ini paling tepat mengungkapkan isinya. Maka setiap orang Indonesia bertanggung-jawab atas kemerdekaan dan pemerdekaan dirinya. Itulah pemaknaan hidup sebagai bangsa dan terutama sebagai individu bermartabat. Ikut serta merayakan kemerdekaan dan mengupayakan pemerdekaan adalah bagian utuh dari hidup kita dalam tatanan politis tertentu. Kita tidak bisa menghindar dari kewajiban politis kepada negara dan sebagai warga negara. Tetapi kewajiban kepada negara jangan sampai mengalahkan kewajiban kepada Allah. Itulah pesan injil hari ini. Bac.II hari ini juga memberi pendasaran biblis bagi kita untuk taat dan tunduk kepada lembaga manusia. Ketundukan itu diberi dasar teologis: karena Allah. Inti nasihat di hari raya kemerdekaan ini ialah: Hiduplah sebagai orang merdeka, dan bukan sebagai orang yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan mereka. Mari kita mengusahakan hal itu dalam hidup kita setiap hari: Hidup sebagai orang merdeka.
MINGGU, 16 AGUSTUS 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Ams.9:1-6; Mzm.34:2-3.10-11.12-13.14-15; Ef.5:15-20; Yoh.6:51-58.
Hari ini, Hari Minggu Biasa XX. Injil hari ini bicara tentang roti hidup yang turun dari sorga. Yesus menyatakan diri sebagai roti hidup. Roti itu ialah tubuhNya sendiri. Roti itu diberikan agar dunia hidup. Ada reaksi salah paham dari orang banyak yang mengira ini praktek kanibalisme. Tetapi Yesus tidak membatalkan perwahyuan-Nya. Ia malahan menegaskan bahwa hal makan dan minum tubuh dan darah Tuhan adalah prasyarat hidup, termasuk hidup kekal. Ajakan Yesus dalam injil untuk makan roti hidup, kurang lebih sama dengan undangan hikmat yang menyediakan perjamuan dan mengundang semua yang mau makan bersama dia dalam perjamuannya. Ia mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi dengan syarat agar mereka membuang kebodohan dan mengikuti jalan pengertian (Bac.I). Itu adalah nasihat dan ajakan untuk hidup berhikmat, untuk tidak hidup seperti orang bebal (Bac.II). Melainkan hidup sebagai orang yang dipengaruhi rahmat Tuhan. Kiranya pesannya sangat jelas: setia ikut serta dalam perjamuan Tuhan, dalam ekaristi, tempat kita bersatu dengan Tuhan dalam communio kudus. Jika kita bersatu dengan Tuhan, maka kita harus meninggalkan cara hidup serampangan, kacau balau, tidak teratur, penuh kemabukan dan pesta pora. Mari kita hidup sebagai anak-anak Tuhan.
BcE. Ams.9:1-6; Mzm.34:2-3.10-11.12-13.14-15; Ef.5:15-20; Yoh.6:51-58.
Hari ini, Hari Minggu Biasa XX. Injil hari ini bicara tentang roti hidup yang turun dari sorga. Yesus menyatakan diri sebagai roti hidup. Roti itu ialah tubuhNya sendiri. Roti itu diberikan agar dunia hidup. Ada reaksi salah paham dari orang banyak yang mengira ini praktek kanibalisme. Tetapi Yesus tidak membatalkan perwahyuan-Nya. Ia malahan menegaskan bahwa hal makan dan minum tubuh dan darah Tuhan adalah prasyarat hidup, termasuk hidup kekal. Ajakan Yesus dalam injil untuk makan roti hidup, kurang lebih sama dengan undangan hikmat yang menyediakan perjamuan dan mengundang semua yang mau makan bersama dia dalam perjamuannya. Ia mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi dengan syarat agar mereka membuang kebodohan dan mengikuti jalan pengertian (Bac.I). Itu adalah nasihat dan ajakan untuk hidup berhikmat, untuk tidak hidup seperti orang bebal (Bac.II). Melainkan hidup sebagai orang yang dipengaruhi rahmat Tuhan. Kiranya pesannya sangat jelas: setia ikut serta dalam perjamuan Tuhan, dalam ekaristi, tempat kita bersatu dengan Tuhan dalam communio kudus. Jika kita bersatu dengan Tuhan, maka kita harus meninggalkan cara hidup serampangan, kacau balau, tidak teratur, penuh kemabukan dan pesta pora. Mari kita hidup sebagai anak-anak Tuhan.
Senin, 13 Juli 2009
SABTU, 04 JULI 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.27:1-5.15-29; Mzm.135:1-2.3-4.5-6; Mat.9:14-17.
Hari ini ada peringatan fakultatif, Elisabet dari Portugal. Dua serikat hidup bakti mempunyai peringatan akan Pierre Georges Frassati. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan iman kita. Injil hari ini berkisah tentang hal berpuasa. Ada beberapa pihak yang mempersoalkan praksis para murid Yesus yang tidak berpuasa, padahal murid orang lain berpuasa. Terhadap hal itu Yesus memberi jawaban yang dapat dipadatkan dalam rumusan sbb: Selama mempelai ada dalam pesta, maka rasanya tidak bagus kalau ada pihak yang mundur dari pesta itu dan berpuasa. Yang paling baik ialah, orang terus bersukacita dalam pesta selama mempelai itu ada bersama mereka. Sebab akan tiba saatnya mempelai itu diambil atau pergi dari mereka. Baru saat itulah mereka berpuasa. Sesudah itu, berturut-turut Yesus memberikan dua perumpamaan menarik. Pertama, perumpamaan tentang kain baru dan kain lama. Tidaklah lazim menambal kain baru pada kain lama, sebab hal itu akan semakin memperparah kerusakan pada kain lama. Praksis baru Yesus, memang tidak dapat dipahami dalam konteks praksis lama. Memaksakan praksis baru dalam atau di atas praksis lama, akan menimbulkan masalah besar. Kemudian hal itu dipertegas lagi dalam perumpamaan kedua, anggur baru dalam kantong lama. Ini juga tidak baik. Anggur baru harus dalam kantong baru. Jika tidak, maka anggur baru bisa merusak kantong lama, dan kantong itu rusak, dan anggurnya habis. Sekali lagi, Yesus memang membawa kebaruan dan pembaruan yang tidak memadai lagi dalam konteks dunia lama.
BcE.Kej.27:1-5.15-29; Mzm.135:1-2.3-4.5-6; Mat.9:14-17.
Hari ini ada peringatan fakultatif, Elisabet dari Portugal. Dua serikat hidup bakti mempunyai peringatan akan Pierre Georges Frassati. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan iman kita. Injil hari ini berkisah tentang hal berpuasa. Ada beberapa pihak yang mempersoalkan praksis para murid Yesus yang tidak berpuasa, padahal murid orang lain berpuasa. Terhadap hal itu Yesus memberi jawaban yang dapat dipadatkan dalam rumusan sbb: Selama mempelai ada dalam pesta, maka rasanya tidak bagus kalau ada pihak yang mundur dari pesta itu dan berpuasa. Yang paling baik ialah, orang terus bersukacita dalam pesta selama mempelai itu ada bersama mereka. Sebab akan tiba saatnya mempelai itu diambil atau pergi dari mereka. Baru saat itulah mereka berpuasa. Sesudah itu, berturut-turut Yesus memberikan dua perumpamaan menarik. Pertama, perumpamaan tentang kain baru dan kain lama. Tidaklah lazim menambal kain baru pada kain lama, sebab hal itu akan semakin memperparah kerusakan pada kain lama. Praksis baru Yesus, memang tidak dapat dipahami dalam konteks praksis lama. Memaksakan praksis baru dalam atau di atas praksis lama, akan menimbulkan masalah besar. Kemudian hal itu dipertegas lagi dalam perumpamaan kedua, anggur baru dalam kantong lama. Ini juga tidak baik. Anggur baru harus dalam kantong baru. Jika tidak, maka anggur baru bisa merusak kantong lama, dan kantong itu rusak, dan anggurnya habis. Sekali lagi, Yesus memang membawa kebaruan dan pembaruan yang tidak memadai lagi dalam konteks dunia lama.
JUM'AT 03 JULI 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Ef.2:19-22; Mzm.117:1.2; Yoh.20:24-29.
Hari ini ada pesta Thomas Rasul. Mari kita mengenang dia dalam perayaan iman kita. Injil hari ini berkisah tentang penampakan Yesus kepada Tomas. Teks ini sangat terkenal dan menurut amat menarik. Menarik karena di sini kita melihat sosok Tomas yang tidak mau percaya begitu saja akan omongan orang lain. Ia rasul otentik, yang mau cari bukti pertama dan langsung. Yang menarik ialah bahwa ketika apa yang ia tuntut sebagai bukti dan landasan kepercayaan ada dan diberikan di hadapan matanya, ia merasa tidak membutuhkan lagi bukti itu. Ia segera meloncat ke dalam pengakuan iman yang amat mulia dan terkenal: Ya, Tuhanku, dan Allahku. Ia meloncat dari “menuntut bukti,” ke “pengakuan iman.” Loncatan itulah yang melahirkan sebuah ucapan terkenal dari Yesus. Yesus mengucapkan sabda bahagia versi Yohanes. Sabda bahagia pertama, tertuju kepada Tomas: ia dikatakan berbahagia karena ia percaya setelah melihat Tuhan. Sabda bahagia kedua, tertuju kepada semua orang beriman dari jaman para rasul hingga sekarang. Mereka ini disebut bahagia, karena walau tidak melihat namun percaya. Ya, sebab kita percaya bukan karena melihat, melainkan terutama karena mendengar, yaitu mendengar pewartaan para rasul. Fides ex auditu, demikian kata Paulus.
BcE.Ef.2:19-22; Mzm.117:1.2; Yoh.20:24-29.
Hari ini ada pesta Thomas Rasul. Mari kita mengenang dia dalam perayaan iman kita. Injil hari ini berkisah tentang penampakan Yesus kepada Tomas. Teks ini sangat terkenal dan menurut amat menarik. Menarik karena di sini kita melihat sosok Tomas yang tidak mau percaya begitu saja akan omongan orang lain. Ia rasul otentik, yang mau cari bukti pertama dan langsung. Yang menarik ialah bahwa ketika apa yang ia tuntut sebagai bukti dan landasan kepercayaan ada dan diberikan di hadapan matanya, ia merasa tidak membutuhkan lagi bukti itu. Ia segera meloncat ke dalam pengakuan iman yang amat mulia dan terkenal: Ya, Tuhanku, dan Allahku. Ia meloncat dari “menuntut bukti,” ke “pengakuan iman.” Loncatan itulah yang melahirkan sebuah ucapan terkenal dari Yesus. Yesus mengucapkan sabda bahagia versi Yohanes. Sabda bahagia pertama, tertuju kepada Tomas: ia dikatakan berbahagia karena ia percaya setelah melihat Tuhan. Sabda bahagia kedua, tertuju kepada semua orang beriman dari jaman para rasul hingga sekarang. Mereka ini disebut bahagia, karena walau tidak melihat namun percaya. Ya, sebab kita percaya bukan karena melihat, melainkan terutama karena mendengar, yaitu mendengar pewartaan para rasul. Fides ex auditu, demikian kata Paulus.
KAMIS, 02 JULI 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.22:1-19; Mzm.115:1-2.3-4.5-6.8-9; Mat.9:1-8.
Hari ini ada dua serikat hidup bakti yang mempunyai pesta khusus (FIC, HK). Serikat Yesus mempunyai peringatan untuk beberapa orang sucinya (Bernardino Realino, Fransiskus Regis, dll). Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang menyembuhkan orang lumpuh. Ada beberapa tokoh atau pelaku dalam peristiwa ini. Pertama, tentu saja Yesus. Kemudian orang lumpuh dan orang-orang yang mengusungnya ke hadapan Yesus. Mereka ini mengharapkan penyembuhan dari Yesus. Mereka menampakkan iman kepercayaan dan harapan akan Yesus. Yesus bisa melihat dan merasakan iman dan harapan itu. Selain itu, ada beberapa ahli Taurat. Mereka menuduh Yesus melakukan penghojatan terhadap Allah. Akhirnya, masih ada orang banyak. Mereka ini melihat dan menyaksikan mukjizat yang terjadi. Reaksi mereka ialah: ketakutan, tetapi bermuara kepada tindakan memuliakan Allah. Jadi, kalau dilihat dengan baik, ada dua reaksi iman (positif) dalam perikop ini. Ada satu reaksi negatif, berupa mempersoalkan tindakan dan perkataan Yesus. Menarik bahwa dua reaksi iman positif itu membingkai konflik Yesus dan ahli taurat. Itu adalah isyarat sastrawi bahwa kita mulai dalam iman, hendaknya juga berakhir dalam iman. Iman tidak lain berarti percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus.
BcE.Kej.22:1-19; Mzm.115:1-2.3-4.5-6.8-9; Mat.9:1-8.
Hari ini ada dua serikat hidup bakti yang mempunyai pesta khusus (FIC, HK). Serikat Yesus mempunyai peringatan untuk beberapa orang sucinya (Bernardino Realino, Fransiskus Regis, dll). Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang menyembuhkan orang lumpuh. Ada beberapa tokoh atau pelaku dalam peristiwa ini. Pertama, tentu saja Yesus. Kemudian orang lumpuh dan orang-orang yang mengusungnya ke hadapan Yesus. Mereka ini mengharapkan penyembuhan dari Yesus. Mereka menampakkan iman kepercayaan dan harapan akan Yesus. Yesus bisa melihat dan merasakan iman dan harapan itu. Selain itu, ada beberapa ahli Taurat. Mereka menuduh Yesus melakukan penghojatan terhadap Allah. Akhirnya, masih ada orang banyak. Mereka ini melihat dan menyaksikan mukjizat yang terjadi. Reaksi mereka ialah: ketakutan, tetapi bermuara kepada tindakan memuliakan Allah. Jadi, kalau dilihat dengan baik, ada dua reaksi iman (positif) dalam perikop ini. Ada satu reaksi negatif, berupa mempersoalkan tindakan dan perkataan Yesus. Menarik bahwa dua reaksi iman positif itu membingkai konflik Yesus dan ahli taurat. Itu adalah isyarat sastrawi bahwa kita mulai dalam iman, hendaknya juga berakhir dalam iman. Iman tidak lain berarti percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus.
Rabu, 01 Juli 2009
RABU, 01 JULI 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm).
BcE.Kej.21:5.8-20a; Mzm.34:7-8.10-11.12-13; Mat.8:28-34.
Pada hari ini, menurut penanggalan liturgi kita, ada dua serikat hidup bakti yang mempunyai pesta khusus: Darah Mulia Tuhan Yesus (CP, ADM). Mari kita ikut bersama dalam pesta ini dalam hidup dan doa kita. Injil berkisah tentang tindakan Yesus menyembuhkan dua orang kerasukan setan di daerah Gedara. Karena kerasukan setan, maka mereka pun tinggal di daerah pekuburan. Kehadiran Yesus di tempat itu membuat mereka merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, mereka meminta agar sudi dibolehkan masuk ke dalam babi-babi. Maka kini giliran babi-babi itu yang kerasukan setan. Babi-babi itu menceburkan diri ke danau. Setelah penduduk kota tahu bahwa Yesus-lah yang melakukan hal itu, maka mereka memintaNya agar segera pergi dari situ. Tetapi mengapa? Mungkin karena mereka takut dengan kuasa itu? Sebab di tempat lain Yesus dituduh mengusir setan dengan kuasa kepala setan. Boleh jadi ada anggapan terselubung seperti itu juga di sini. Kita tidak tahu persis. Tetapi pesannya bagi kita sangat jelas: Kalau kita bersama Yesus, maka setan-setan akan pergi menjauh dari kita. Maka hiduplah selalu dalam, dan bersama dengan Yesus.
BcE.Kej.21:5.8-20a; Mzm.34:7-8.10-11.12-13; Mat.8:28-34.
Pada hari ini, menurut penanggalan liturgi kita, ada dua serikat hidup bakti yang mempunyai pesta khusus: Darah Mulia Tuhan Yesus (CP, ADM). Mari kita ikut bersama dalam pesta ini dalam hidup dan doa kita. Injil berkisah tentang tindakan Yesus menyembuhkan dua orang kerasukan setan di daerah Gedara. Karena kerasukan setan, maka mereka pun tinggal di daerah pekuburan. Kehadiran Yesus di tempat itu membuat mereka merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, mereka meminta agar sudi dibolehkan masuk ke dalam babi-babi. Maka kini giliran babi-babi itu yang kerasukan setan. Babi-babi itu menceburkan diri ke danau. Setelah penduduk kota tahu bahwa Yesus-lah yang melakukan hal itu, maka mereka memintaNya agar segera pergi dari situ. Tetapi mengapa? Mungkin karena mereka takut dengan kuasa itu? Sebab di tempat lain Yesus dituduh mengusir setan dengan kuasa kepala setan. Boleh jadi ada anggapan terselubung seperti itu juga di sini. Kita tidak tahu persis. Tetapi pesannya bagi kita sangat jelas: Kalau kita bersama Yesus, maka setan-setan akan pergi menjauh dari kita. Maka hiduplah selalu dalam, dan bersama dengan Yesus.
Langganan:
Postingan (Atom)