Jumat, 16 Januari 2009

MINGGU 15 MARET 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Kel.20:1-17; 1Kor.1:22-25; Yoh.2:13-25.

Altar dan pasar bisa amat berdekatan, dan bisa juga saling didekatkan. Bahkan ada anjuran agar jangan hanya melulu ke altar, melainkan juga perlu ke pasar. Itu semua baik. Tetapi yang jadi masalah ialah jika altar menjadi pasar, ketika imam menjadi tukang dagang, atau menjadi tukang daging. Itu yang menjadi soal. Sebab jika hal itu ada dan terjadi, maka akan ada banyak permainan kotor. Permainan kotor di pasar mau dilaundry di permainan suci di altar. Altar, kuasa kultis. Pasar, kuasa mamon, kuasa ekonomik. Kalau keduanya disatukan, maka bisa ada permainan kotor. Ada kongkalingkong. Maka Yesus marah: Ia tidak mau rumah doa menjadi rumah dosa. Memang beda satu huruf, tetap satu huruf itu membawa perbedaan besar: doa dan dosa. Altar menjadi pasar. Itu tidak boleh. Bac.I membentangkan 10 perintah yang terkenal itu. Intinya ialah perintah pengudusan diri dan seluruh hidup. Tiga perintah pertama bercorak teologis-vertikal. Jika dirumuskan secara positif bunyinya demikian: Sembah dan hormat Allah juga di rumah Allah. Tujuh perintah lain ialah antropologis-sosial-horizontal. Intinya menghormati relasi sosial. Yang pertama di altar. Yang kedua di pasar. Di sini keduanya harus saling terkait. Kiranya kita tidak usah lagi melihat secara khusus Bac.II karena pesan Bac.I dan Injil sudah padat.

Tidak ada komentar: