Minggu, 15 Maret 2009

SABTU, 14 MARET 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Mi.7:14-15.18-20; Mzm.103:1-2.3-4.9-10.11-12; Luk.15:1-3.11-32.


Injil hari ini amat terkenal yaitu perumpamaan tentang anak hilang. Ini juga teks khas Lukas, sebab tidak ada pada kedua injil sinoptik lain. Perumpamaan ini adalah rangkaian dari tiga perumpamaan dalam Bab 15. Perumpamaan pertama tentang domba yang hilang. Perumpamaan kedua tentang dirham yang hilang. Perumpamaan ketiga tentang anak yang hilang. Jadi, ketiganya sama-sama hilang. Tetapi ada perbedaan mendasar di antara ketiganya. Kedua “barang” yang hilang dalam dua perumpamaan terdahulu, bisa ditemukan karena dicari dengan ekstra kuat oleh pemilik. Domba ditemukan setelah dicari. Dirham ditemukan setelah dicari. Tetapi anak yang hilang, pulang sendiri. Itu bedanya: ia pulang sendiri. Tetapi ia sudah ditunggu dengan penuh kasih oleh Bapa yang mencintainya betapa pun ia durhaka. Lukas dengan kisah ini mau mengibaratkan Allah sebagai Bapa yang maharahim, mahakasih, penuh kasih setia. Ia adalah bapa. Bagi dia, tidak ada sukacita yang lebih besar selain dari sukacita karena anak yang dianggap hilang dan mati kini hidup dan ditemukan kembali. Perlu dibandingkan antara si bungsu dan si sulung. Ketika si bungsu kembali, ia bertobat dan tetap menyapa ayahnya sebagai Bapa. Terkenal sekali ucapan ini: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan Bapa. Sedangkan si sulung, ia tidak menyapa ayahnya sebagai Bapa, melainkan sebagai kau/engkau. Memang tidak kentara dalam terjemahan kita. Si sulung tidak berada dalam relasi anak-Bapa dengan ayahnya. Sedangkan si bungsu berada dalam relasi anak-Bapa dengan ayahnya.


Tidak ada komentar: