Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Yes.42:1-7; Mzm.27:1.2.3.13-14; Yoh.12:1-11.
Injil ini mengisahkan kisah menarik. Ada reuni kerabat dekat. Reuni itu ditandai perjamuan dan pengurapan. Suatu yang wajar. Tetapi kewajaran itu diganggu oleh komentar seorang yang sok “sosial” dan “peduli” pada orang miskin, sok preferential option for the poor. Itulah sikap Yudas. Ia tidak rela bahwa sesuatu yang mahal dipakai untuk menandai reuni dan perjamuan itu, untuk memberi suasana keharuman dan aroma semerbak sebuah perjumpaan. Yudas mengkritik hal itu dengan memakai alasan suci: Lebih baik minyak wangi mahal itu dijual dan hasil penjualan itu dipakai untuk amal kepada orang miskin. Tetapi ia sesungguhnya mempunyai maksud lain: jika minyak wangi mahal itu dijual dan duitnya masuk kantong bersama yang ia pegang, maka ia punya kesempatan untuk menggelapkan duit itu. Sebuah praktek yang sangat lazim dewasa ini di kalangan parlemen kita, di departemen kita. Uang selalu menarik untuk dimanipulasi. Demi uang itu Yudas tega menjual Yesus. Terhadap sikap munafik itu Yesus mengatakan: orang miskin akan selalu ada bersama kamu, tetapi Aku tidak selalu berada bersama kamu. Maka Yesus memerintahkan agar Maria jangan dicegah melakukan apa yang hendak dilakukannya. Sebab pengurapan itu adalah “pendahuluan” dari pengurapan agung yang sebentar lagi akan diterima Yesus dari Yusuf Arimatea sebelum dimakamkan. Semoga kita tidak kejangkitan kesalehan munafik Yudas, sebab kesalehan munafik seperti itu amat gampang menular. Lebih gampang daripada penyebaran virus flu burung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar