Selasa, 18 Agustus 2009

SELASA, 18 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Hak.6:11-24a; Mzm.85:9.1-12.13-14; Mat.19:23-30.



Hari ini ada Pesta dan peringatan Angelus Agustinus Massinghi, Helena, Gervasius Brunel Paulus Charles (Martir), Elias Desgardin, Alberto Hurtado Cruchaga, Yohana Delanoue. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, membahas dua hal. Pertama, mengenai sulitnya orang kaya masuk ke dalam kerajaan surga. Yesus mengibaratkan hal itu dengan seekor unta dan lubang jarum. Seekor unta tidak mungkin masuk ke dalam atau melewati lubang jarum. Kira-kira seperti itulah nasib orang kaya. Mereka tidak dapat masuk ke dalam kerajaan surga. Perkataan ini dianggap keras oleh para murid. Mereka berkata satu sama lain bahwa betapa sulitnya masuk ke dalam kerajaan surga itu. Tetapi di hadapan reaksi seperti itu, Yesus menegaskan bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Kedua, mengenai upah mengikut Yesus. Persoalan kedua ini ditanyakan oleh Petrus (mewakili para murid lain). Pada kesempatan lain saya sudah menyoroti jawaban Yesus terhadap persoalan ini. Maka kali ini saya mau menyoroti pertanyaan para murid itu sendiri. Begini: pertanyaan itu menyiratkan bahwa ada orang yang mengikuti Yesus dengan pamrih tertentu. Orang mengharapkan bakal mendapat imbalan tertentu karena mengikuti Yesus. Seharusnya tidak demikian. Kita harus mengikuti Yesus tanpa pamrih. Apalagi kalau itu adalah pamrih ekonomis, politis, atau pamrih apa lagi. Perkara mengikut Yesus adalah perkara panggilan suara hati belaka. Kalau dari relasi itu muncul pelbagai konsekwensi, orang tidak akan goyah karenanya. Misalnya, muncul konsekwensi negatif: orang tidak menjadi gentar. Atau kalau muncul konsekwensi positif, juga orang tidak menjadi sombong karenanya. Mengikuti Yesus, seharusnya hanya karena Yesus saja. Yesus itu menjadi titik tujuan dan sentral perjalanan iman kita. Bukan sesuatu yang lain.

Tidak ada komentar: