OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Yes.7:10-14; 8:10; Mzm.40:7-8a,8b-9,10,11; Ibr.10:4-10; Luk.1:26-38.
Hari ini hari Raya Kabar Sukacita. Kita merayakan peristiwa agung Maria menerima kabar dari Malaekat Tuhan (Gabriel) yaitu bahwa ia mengandung dari Roh Kudus. Setiap kali (semoga kita mendoakan doa ini tiap hari) kita mendoakan Angelus Domini (Malaekat Tuhan) itu, kita pasti mengulangi kalimat ini. Kalimat ini sangat penting bagi iman Kristiani. Karena inilah awal inkarnasi, Sabda menjelma menjadi daging, Firman menjadi manusia, lalu tinggal, membangun kemahnya, di antara kita. Tentu kabar ini adalah kabar yang sangat mengagetkan Maria. Ia bagai disambar petir di siang bolong. Hal itu sangat wajar. Itu sebabnya reaksi spontan dia ialah: bagaimana caranya, padahal aku berlum bersuami? Sekali lagi, itu adalah reaksi yang sangat wajar dan manusiawi, dalam situasi terkejut, kaget mendapat kunjungan tamu surgawi. Terhadap hal itu malaekat memberi jaminan dan kepastian: bahwa walau ia belum bersuami, tetapi Roh Kudus akan menaungi dia. Lalu kita sampai kepada reaksi Maria yang sangat terkenal dalam sejarah iman kita, reaksi yang hingga saat ini menjadi model agung kesetiaan iman: Ecce ancilla Domini, fiat mihi secundum verbum Tuum. Ya, Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu. Kalimat ini pun sangat kita hafal karena kita ulang terus menerus (semoga tiap hari) setiap kali kita mengucapkan doa Malaekat Tuhan tadi. Tetapi yang terpenting ialah kita bukan hanya mengucapkannya, melainkan sungguh menghayati perkataan Bunda Maria itu dengan menjadikan dia dan perkataannya sebagai teladan hidup beriman kita: Terbuka terhadap kedatangan Firman, menerima Firman yang menjadi daging ke dalam diri kita sendiri.
Senin, 10 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar