OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE.Kis.8:26-40; Mzm.66:8-9,16-17,20; Yoh.6:44-51.
Injil hari ini masih melanjutkan tentang wahyu diri Yesus sebagai roti kehidupan. Tetapi sebelum sampai ke sana ada beberapa misteri iman yang dikemukakan. Pertama, rasa tertarik orang untuk datang kepada Yesus, ternyata bukan sekadar rasa tertarik yang alami, melainkan digerakkan oleh Bapa. Hanya Bapa yang memungkinkan orang tertarik dan datang kepada Yesus. Kedua, Yesus menegaskan bahwa siapa saja yang percaya akan hal ini, orang itu akan memperoleh hidup yang kekal. Itu terjadi setelah ia dibangkitkan pada akhir zaman. Ketiga, sekali lagi Yesus mewahyukan diri sebagai Roti Kehidupan: Akulah Roti kehidupan. Ego sum panis vitae. Atau ego eimi ho artos tes zoees. Lalu muncul perbandingan antara manna dan roti baru ini. Roti padang gurun itu memang telah mengenyangkan tetapi tetap berujung pada maut. Sedangkan roti baru ini, ialah roti yang turun dari surga. Siapa yang makan roti ini, tidak akan mati. Yesus sekali lagi menyatakan diri sebagai Roti kehidupan yang telah turun dari surga itu. Inilah misteri hubungan abadi antara Yesus dan orang yang percaya kepadaNya. Roti yang diberikan Yesus itu ialah tubuhNya sendiri. Yesus memberikan dagingNya untuk hidup dunia. Harus diakui bahwa sungguh tidak mudah mencari pesan praktis dari untaian wacana mistik dan spiritual ini. Namun demikian, saya dapat mengatakan sebagai berikut: Hanya Bapa yang bisa menggerakkan kita untuk datang dan percaya kepada Yesus. Begitu kita sudah percaya kepada Yesus, maka kita sudah masuk ke dalam hidup yang kekal karena namaNya. Tetapi ini bukan otomatisme shalom. Tetap dituntut agar kita benar-benar mau membangun mutu dan kematangan serta kedalaman relasi itu.
Rabu, 12 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar