Minggu, 16 Mei 2010

MINGGU, 04 JULI 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
TEOLOG DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Yes.66:10-14c; Mzm.66:1-3a,4-5,6-7a,16,20; Gal.6:14-18; Luk.10:1-12,17-20 (Luk.10:1-9).




Injil hari ini berkisah tentang pengutusan tujuh puluh murid berdua-dua. Mereka harus mewartakan Kerajaan Allah. Pengutusan ini perlu karena ada banyak tuaian di ladang Tuhan. Tugas ini tidak mudah karena ada tantangan bahkan ancaman yang tersirat dalam ibarat: Mereka bagai domba diutus ke tengah serigala. Ada beberapa syarat yang harus mereka ikuti dalam tugas itu. Pertama, mereka harus pergi tanpa “modal”. Mereka harus sepenuhnya percaya kepada penyelenggaraan kasih Allah. Kedua, jangan memberi salam. Ini sulit dipahami. Biasanya para penafsir mengatakan bahwa karena tugas ini penting, maka basa-basi yang tidak perlu dianggap menghambat. Ketiga, ketika memasuki rumah orang mereka harus mengucapkan salam damai. Keempat, tinggal tetap di tempat yang pertama kali menerima mereka. Jangan berpindah-pindah seperti pertapa berkeliling yang hanya mencari hidup enak dan senang (gyrovagi). Itu tidak baik karena menimbulkan pergunjingan sosial. Kelima, mereka harus makan dan minum apa yang dihidangkan. Keenam, mereka harus menyembuhkan orang sakit. Akhirnya, mereka harus mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Kalau tidak diterima di suatu tempat, jangan bikin soal, melainkan pindah ke tempat lain dengan mengebaskan debu kaki. Akhirnya setelah kembali, mereka melaporkan apa yang mereka alami. Di situ kita melihat pelukisan mengenai pengalaman rohani Yesus: Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Para murid bersukacita. Tetapi Yesus menekankan agar mereka bersukacita bukan karena perbuatan ajaib yang mereka kerjakan, melainkan karena mereka diterima dalam kerajaan surga. Kemampuan membuat mukjizat jangan sampai membuat mata tersilap. Paulus mengingatkan kita bahwa alasan kita berbangga, kiranya bukan mukjizat melainkan berbangga karena salib Tuhan kita (Bc.II). Ya, hanya satu alasan bagi kita untuk bersukacita, yaitu bersukacita karena dan di dalam dan bersama dengan Tuhan (Bc.I).


SIS B
CCRS FF UNPAR BANDUNG

Tidak ada komentar: