OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Yes.62:1-5; Mzm.96:1-2a,2b-3,7-8a,9-10ab; 1Kor.12:4-11; Yoh.2:1-11.
Injil berkisah mengenai mukjizat pertama Yesus dalam perkawinan di Kana. Itulah yang pertama dari tujuh tanda yang memperlihatkan keilahian Yesus. Ini khas Yohanes. Sebagai orang Katolik kita menekankan peranan Maria (nama itu tidak disebut, seperti nama murid yang dikasihi. Mungkin untuk menekankan bahwa yang terpenting ialah status dan martabat kemuridan, bukan nama pribadi). Maria menjadi “pengantara” untuk melihat kekurangan yang dialami tuan pesta dan menyampaikan hal itu kepada Yesus. Per Mariam ad Yesum. Tetapi yang penting ialah transformasi kultural yang dilakukan Yesus. Air tempayan yang biasanya dipakai sebagai pembasuhan, sekarang diubah dan mendapat martabat dan fungsi baru, menjadi minuman. Transformasi itu membuat orang heran. Ada berbagai perbuatan ajaib Allah. Salah satunya ialah Yesus mengubah air menjadi anggur. Pasti Allah bekerja. Kalau injil berkisah mengenai perkawinan di Kana, hal itu dipakai sebagai ibarat perjumpaan Allah dan umat yang mendatangkan sukacita besar. Sukacita dan optimisme itulah yang dibangun Yesus dalam perkawinan di Kana. Anggur mendatangkan sukacita, mengubah pesta yang muram durja menjadi ceria, bukan karena anggur, melainkan karena kehadiran Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, jaman mesianis ditandai kemakmuran dan anggur manis (Am.9:11; Yl.3:18; Yes.25:6). Air jadi anggur melambangkan perubahan karena datangnya dunia baru, kedatangan Mesias. Melalui tanda ini Yesus memperlihatkan kemuliaan atau daya ilahi-Nya. Para murid percaya kepadaNya. Mukjizat Yesus dimaksudkan untuk menarik orang agar percaya. Semoga kita tidak hanya mencari mukjizat Yesus demi mukjizat itu saja, melainkan harus sampai berlabuh dalam iman akan dia.
Senin, 10 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar