OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE.13:14,43-52; Mzm.100:2,3,5; Why.7:9,14b-17; Yoh.10:27-30.
Hari ini hari Minggu Panggilan. Gereja mengajak kita agar turut menyuburkan panggilan hidup kaum beriman; itu berarti juga menyuburkan panggilan hidup kita masing-masing. Tentu gereja berharap agar di tengah kesadaran akan panggilan umum umat beriman itu, juga ditumbuh-kembangkan kesadaran dan penghargaan akan panggilan khusus, menjadi imam, biarawan-wati. Sebab itu adalah kesaksian hidup gereja yang dilandaskan pada nasihat Injil. Saya rasa, mungkin itu sebabnya Injil hari ini mengajak kita mendengar tentang relasi intim dan unik antara gembala dan kawanan. Dikatakan bahwa ada relasi saling mengenal antara gembala dan kawanan. Walau dulu gembala itu satu-satunya Yesus Kristus (sekarang masih demikian), toh imam berdasarkan martabat imamatnya berpartisipasi dalam tugas kegembalaan Kristus. Relasi saling mengenal itu tidak hanya berlaku antara kita dan Kristus gembala utama, melainkan antara umat dan pimpinan gereja setempat (uskup dan imam). Harus ada relasi saling mengenal. Kata mengenal ini dalam Kitab Suci mempunyai arti yang sangat mendalam: ia mencakup hal mencintai, mencakup kerela-sediaan berkorban, kerelasediaan mengikuti Yesus dengan setia, dst. Memang seharusnya demikianlah relasi gembala dan domba. Bc.I mengisahkan penolakan terhadap ajaran Paulus dan Barnabas, yang mengajarkan tentang Yesus. Hal seperti ini juga bisa terjadi dewasa ini: orang tidak mau menerima kita karena nama Yesus. Itu adalah risiko yang tidak terhindarkan. Tetapi itu bukan alasan untuk takut atau mundur. Itulah peluang bersaksi. Jika kita bertahan dalam cobaan ini, kita akan menjadi jemaat baru yang mengalami shalom baru karena dituntun Anak Domba (Bc.II, ay.16-17). Semoga kita pantas menjadi jemaat baru itu.
Rabu, 12 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar