OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE.Kis.7: 51-8:1a; Mzm.31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab; Yoh.6:30-35.
Injil hari ini melanjutkan injil yang kita dengar dan kita baca kemarin. Dilukiskan di sini bahwa orang-orang itu, agar bisa percaya, membutuhkan dan menuntut tanda. Itu sebabnya hari ini mereka meminta tanda ajaib. Rupanya mukjizat yang dikerjakan Yesus belum cukup bagi mereka sebagai tanda. Mereka meminta lebih. Dikasih betis, minta paha. Itu sebabnya mereka “memancing” Yesus dengan mengisahkan Manna yang diperoleh leluhur mereka di padang gurun sebagai karya mukjizat tanda penyertaan Yahweh. Terhadap hal itulah Yesus memberi jawaban. Di dalam jawaban itu Yesus mempertentangkan antara “roti dari surga” dan “roti yang benar dari surga.” Dikatakan bahwa bukan Musa yang memberi roti itu, melainkan Bapa yang memberikan roti yang benar dari surga. Roti yang benar dari surga ini mempunyai tiga sifat: pertama, karena diberikan Bapa, maka roti ini berasal dari Allah. Kedua, roti itu turun dari surga (tempat kediaman Allah Bapa). Ketiga, roti itu memberi hidup kepada dunia. Kemarin saya sudah menyinggung bahwa orang banyak datang mencari Yesus karena dihantui oleh hantu ketagihan dan penasaran. Sekarang kedua hantu itu datang lagi setelah mereka mendengar perkataan Yesus. Mendengar betapa istimewanya roti yang diberikan Bapa itu, maka mereka pun tidak segan-segan memintanya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Di hadapan permintaan ini Yesus akhirnya menyampaikan salah satu perwahyuan diriNya yang unik: “Akulah roti kehidupan...” Di hadapan Yesus sebagai roti hidup ada dua pilihan: Pertama, datang kepada Yesus. Hasilnya, kita tidak akan lapar lagi. Kedua, percaya kepada Yesus. Hasilnya, kita tidak akan haus lagi.
Rabu, 12 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar