Rabu, 12 Mei 2010

SENIN, 19 APRIL 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE.Kis.6:8-15; Mzm.119:23-24.26-27,29-30. Yoh.6:22-29.




Injil mengisahkan dua hal besar. Pertama, mengenai orang banyak yang mencari Yesus. Kedua, mengenai sabda Yesus tentang Roti Kehidupan. Rupanya demam ketagihan bukan hanya gejala manusia modern. Demam itu menjangkiti pendengar Yesus. Mereka menyaksikan mukjizat roti. Ketika menyadari bahwa Yesus tidak ada lagi di tempat itu mereka buru-buru mencarinya. Ketika mereka menemukan Dia, semula mereka menanyai Dia tentang kapan Ia tiba di situ. Jawaban Yesus mengejutkan, karena Ia sesungguhnya tidak menjawab pertanyaan. Ia berbicara tentang sesuatu yang lain. Ia membuat pembedaan antara “hal melihat tanda-tanda” dan “hal makan sampai kenyang.” Menurut Yesus, motivasi yang menggerakkan orang-orang itu mencari dia, bukan yang pertama, melainkan kedua: “...karena makan sampai kenyang.” Itu tadi: hantu ketagihan dan penasaran. Suatu yang dangkal. Hanya di permukaan. Di hadapan hantu ketagihan dan penasaran itu Yesus memberi nasihat ini: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapta binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai pada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu;...” Kalau hanya karena motif ketagihan dan penasaran mereka hanya sampai pada “makan kenyang saja.” Dan tidak melangkah lebih jauh. Ucapan Yesus itu menimbulkan rasa penasaran di antara mereka sehingga mereka bertanya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan-pekerajaan yang dikehendaki Allah?” Jawaban Yesus sederhana: Percayalah kepada Dia yang telah diutus Allah. Dia itu ialah Yesus. Jadi, percaya kepada Yesus adalah jalannya. Demam ketagihan dan penasaran tidak cukup sebagai alasan untuk mencari Yesus. Mesti ada alasan lain yang lebih mendalam, yaitu percaya kepadaNya sebagai sumber hidup dan kebahagiaan.

Tidak ada komentar: