Senin, 10 Mei 2010

SELASA, 23 FEBRUARI 2010

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG
BcE. Yes.55:10-11; Mzm.34:4-5,6-7,16-17,18-19; Mat.6:7-15.


Hari ini peringatan fakultatif St.Polikarpus. Injil terdiri atas tiga bagian. Pertama, konteks Doa Bapa Kami. Yesus mengkontraskan ajaranNya mengenai doa dengan praktek doa bangsa kafir. Menurut Yesus doa jangan bertele-tele, memakai banyak kata. Doa bukan tindakan satu arah. Efektifitas doa tidak ditentukan oleh banyaknya kata. Matius memberi gambaran seakan bangsa kafir bisa memanipulasi Allah dengan doa. Sebaliknya, Yesus menekankan kenyataan bahwa Allah sudah mengetahui kebutuhan kita. Berarti Allah sudah siap mengabulkan kebutuhan kita. Doa permohonan itu hanyalah salah satu jenis doa. Bukan satu-satunya. Menurut Yesus, doa dan kemampuan berdoa adalah rahmat. Dalam bagian berikut Yesus mengajarkan doa yang mengalir dari prakarsa rahmat Allah. Tugas manusia hanya menanggapi pancaran rahmat itu dengan perbuatan yang sepadan dengan martabat relasi yang benar dengan Allah. Bagian kedua, doa Bapa Kami itu sendiri. Sudah ada banyak ulasan menarik mengenai doa ini. Saya sebut dua. Pertama, Katekismus Gereja Katolik (Ende, 1995). Kedua, ulasan yang menarik dalam buku Joseph Kardinal Ratzinger (Yesus dari Nazaret). Saya hanya mau menyebut satu hal: dengan menyebut Allah sebagai “Bapa”, Yesus dan orang Kristen mau menantang klaim Kaisar waktu itu yang ingin menjadi “Bapa Bangsa”. Tantangan itu dinyatakan dengan menegaskan: hanya Allah yang bisa mengemban jabatan dan martabat itu. Bukan manusia. Bagian ketiga, penerapan praktis-etis-teologis bagian kedua. Di sini saya mau fokus pada ajaran mengenai pengampunan. Setelah menerima pengampunan cuma-cuma dari Allah, para murid punya kewajinan etis mutlak untuk mengampuni orang lain. Jika para murid mengampuni sesama, mereka akan diampuni Allah.

Tidak ada komentar: