OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN DAN PENELITI GESER INSTITUTE DAN CCRS FF-UNPAR BANDUNG
(CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES)
BcE. Sir.10:1-8; Mzm.101:1a,2ac,3a,6-7; 1Ptr.2:13-17; Mat.22:15-21.
Hari ini Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia. Injil berkisah mengenai perjumpaan Yesus dengan orang Farisi. Mereka mengajukan pertanyaan menjebak. Tetapi Yesus sadar akan hal itu sehingga Ia dengan bijaksana menjawabnya dengan melihat gambar dan tulisan pada mata uang yang dipakai untuk membayar pajak. Setelah tahu bahwa itu tulisan dan gambar kaisar, Ia pun memberi jawab yang sangat tepat: Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak kaisar, kepada Allah apa yang menjadi hak Allah. Atas dasar ini orang biasanya berbicara tentang dua kuasa di dunia ini: kuasa pemerintahan sipil dan kuasa rohani. Keduanya dapat dan harus ada bersama-sama demi kemajuan dan kesejahteraan hidup bersama. Kewajiban terhadap yang satu jangan sampai mengorbankan kewajiban terhadap yang lain. Keduanya harus dijalankan bersama-sama. Di sini sama sekali tidak diberi isyarat mengenai siapa yang lebih tinggi dari keduanya. Mungkin hal itu disengaja karena yang terpenting bukan siapa yang lebih tinggi melainkan mutu pelayanan dan komitmen sosialnya. Namun Bac.II memberi petunjuk mengenai sikap etika politik: kita dianjurkan agar, demi Tuhan, tunduk dan taat pada lembaga kemanusiaan. Memang hidup sosial-politik harus ditandai dengan beberapa patokan etis ini: Hormati semua orang, kasihilah saudaramu seiman, takutlah kepada Allah, hormatilah Raja (ay.17). Dalam Bac.I diberikan beberapa hal yang harus dipenuhi seorang raja: ia harus terdidik, juga takut akan Tuhan. Kedua hal ini menjadi ukuran terpenting mengenai mutu raja.
SIS BM
GESER INSTITUTE FF-UNPAR BANDUNG
Jumat, 16 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar