Oleh: Fransiskus Borgias M.
Dalam Perayaan Ekaristi Minggu Palma pagi kemarin, 17 April 2011, saya entah untuk ke berapa kalinya mendengar kisah sengsara menurut Mateus (tahun A). Tahun ini saya merayakan Ekaristi MingguPalma jauh dari keluargaku (isteri dan kedua anakku) di Bandung. Ini untuk ketiga kalinya saya merayakan Minggu Palma jauh dari keluargaku. Pertama dan kedua tahun 2001 dan 2002 ketika saya belajar teologi di Nijmegen negeri Belanda. Tahun ini saya mengikuti perayaan Ekaristi di Paroki Banteng, di Jalan Kaliurang (tetapi saya lupa kilo meternya),Yogyakarta. Ini adalah sebuah paroki yang dikelola oleh para pastor dari kongregasi MSF (Keluarga Kudus).
Ketika mendengarkan Passio Mateus kali ini saya sangat tertarik pada adegan Petrus menangis setelah ia menyangkal Tuhan Yesus sebanyak tiga kali. Hal itu terjadi setelah ia ditanyai oleh beberapa pihak yang menduga mengenalnya dekat dengan Yesus dari Nazaret. Seperti sudah diramalkan sebelumnya, setelah ia menyangkal Tuhan sebanyak tiga kali, lalu ayam pun berkokok. Ketika ia mendengar kokok ayam tersebut rontoklah sudah pertahanan diri (self-defence mechanism) Petrus. Dikatakan dalam injil itu bahwa Petrus menangis tersedu-sedu. Kiranya kita dapat membayangkan hal tersebut.
Adegan itu dapat kita baca juga dalam injil Markus dan Lukas (masing-masing Tahun B dan C dalam bentangan tahun liturgi kita). Itulah ketiga injil sinoptik. Nanti pada Hari Jum’at Agung kita akan membaca (dan itu selalu berulang setiap tahun) kisah sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus menurut Yohanes.
Jika kita membandingkan ketiga injil sinoptik ini dengan injil Yohanes, maka kita akan segera menemukan sesuatu hal yang sangat menarik perhatian kita. Yang menarik ialah bahwa dalam Yohanes ada juga kisah penyangkalan oleh Petrus itu, yang mengaku sama sekali tidak mengenal Yesus. Sama-sama juga ketika selesai peristiwa penyangkalan itu terjadi juga ayam berkokok. Tetapi dalam injil Yohanes, dan inilah yang menjadi sesuatu yang sangat khas dalam injil Yohanes, Petrus tidak menangis. Muncul kesan dalam diri kita sebagai pembaca bahwa bagi Yohanes, perkara penyangkalan itu adalah sebuah perkara yang enteng saja, sebuah perkara yang sepele,yang tidak perlu disesali apalagi sampai ditangisi dengan tersedu-sedu.
Tetapi tunggu dulu. Ternyata dalam injil Yohanes ada juga adegan Petrus menangis. Tetapi alasan dan momennya yang sangat berbeda. Dalam alur kisah sengsara injil Yohanes, nanti Petrus menangis justru setelah peristiwa kebangkitan. Ini juga paradoksal yang sangat menarik dalam injil Yohanes. Petrus menangis setelah peristiwa kebangkitan yaitu dalam dialog penugasan Petrus sebagai seorang gembala yang rupanya secara mutlak menuntut mutu hidup dalam kasih yang jelas dan kuat.
Ada macam-macam alasan bagi manusia untuk menangis dalam hidup ini. Tetapi dalam injil kita menemukan paling tidak dua alasan. Dalam injil-injil sinoptik alasan Petrus menangis ialah karena ia telah berdosa yaitu berani menyangkal Yesus di depan publik. Dalam Yohanes asalan Petrus menangis ialah karena ia ditanyai Yesus sampai tiga kali tentang mutu cintanya terhadap Yesus sendiri. Menurut hemat saya, mutu tangis Petrus dalam injil Yohanes terasa jauh lebih tinggi, dan mendalam. Bagi Yohanes gaya dan alur penuturan kisah ini adalah mutlak perlu. Karena dengan ini ia memulihkan peristiwa kejatuhan Petrus yang terjadi di depan, sesuatu yang tidak ada dalam injil-injil Sinoptik. Bagi Yohanes pemulihan ini perlu sebab Petrus nanti bakal dijadikan seorang gembala bagi kawanan Tuhan Yesus sendiri.
Tetapi tradisi tahun liturgi gereja Katolik mengajak kita untuk melihat kisah ini secara komplementer, sebagai sesuatu yang saling mengisi dan melengkapi. Tradisi tahun liturgi Katolik mengajak kita untuk membaca teks itu sebagai satu keseluruhan. Dan jika dibaca secara keseluruhan, maka Lukas dapat berperan besar juga di sini. Sebab sebelum peristiwa sengsara, Yesus sudah berdoa secara khusus bagi Petrus (Luk.22:32). Intensinya jelas juga dilukiskan di sana: agar imanmu tidak gugur. Agar nanti setelah kau insaf engkau menjadi daya kekuatan bagi yang lain-lain. Peran itulah yang sekarang ini, dalam adegan pemulihan Petrus di tepi danau, yang kini dipentaskan dengan exsplisit dalam injil Yohanes.
(Disarikan dari naskah buku saya yang akan terbit).
Senin, 18 Juli 2011
Sabtu, 18 September 2010
MINGGU, 14 NOVEMBER 2010
OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN DAN DOSEN FF UNPAR BANDUNG
PENELITI GESER INSTITUTE AND CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG
PH.D STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Mal.4:1-2a; Mzm.98:5-6,7-8,9a,9bc; 2Tes.3:7-12; Luk.21:5-19.
Injil hari ini membentangkan ke hadapan kita dua hal. Pertama, mengenai nubuat kehancuran Bait Allah. Bait Allah itu megah, banyak dipuji dan dikunjungi orang. Akan tiba saatnya ia hancur. Itu perkataan Yesus mengenai Bait. Kedua, mengenai awal derita. Ketika para murid bertanya mengenai kapan drama tragis itu terjadi, Yesus memberi beberapa tanda, dan mengingatkan murid agar bersiap-siap menghadapi kemungkinan itu. Yang lebih penting ialah ketika semuanya itu terjadi ada suatu kekacauan besar, dan para murid akan diseret ke derita. Ada yang diseret ke pengadilan. Dalam konteks ini muncul kata-kata penghiburan yang terkenal: kita tidak usah menyiapkan diri mengenai bagaimana kata-kata pembelaan kita. Mengapa? Karena semuanya akan diilhamkan Roh Kudus kepada kita secara langsung tepat pada waktunya. Ajaib. Bac.I mengisahkan kepada kita mengenai kedatangan hari Tuhan, dies domini. Hari itu akan ada penghakiman dahsyat dan ngeri: Tetapi kamu yang takut akan namaKu, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Sebuah kata-kata penghiburan indah. Hidup dalam penantian akan hari Tuhan, mengandung bahaya tertentu secara sosial. Ada orang yang berkesimpulan bahwa jika kita sudah menyongsong hari Tuhan, maka kita tidak usah kerja lagi. Terhadap hal itu Paulus berkata tegas: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kepercayaan dan harapan akan hari Tuhan dan hidup abadi, tidak membebaskan orang dari kewajiban sosial-fundamental hidup ini: yaitu bekerja. Sebab perintah Kerja juga adalah dari Allah sendiri. Semoga kita mengerti akan hal ini.
BANDUNG, 18 SEPTEMBER 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA.
LAY THEOLOGIAN DAN DOSEN FF UNPAR BANDUNG
PENELITI GESER INSTITUTE AND CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG
PH.D STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Mal.4:1-2a; Mzm.98:5-6,7-8,9a,9bc; 2Tes.3:7-12; Luk.21:5-19.
Injil hari ini membentangkan ke hadapan kita dua hal. Pertama, mengenai nubuat kehancuran Bait Allah. Bait Allah itu megah, banyak dipuji dan dikunjungi orang. Akan tiba saatnya ia hancur. Itu perkataan Yesus mengenai Bait. Kedua, mengenai awal derita. Ketika para murid bertanya mengenai kapan drama tragis itu terjadi, Yesus memberi beberapa tanda, dan mengingatkan murid agar bersiap-siap menghadapi kemungkinan itu. Yang lebih penting ialah ketika semuanya itu terjadi ada suatu kekacauan besar, dan para murid akan diseret ke derita. Ada yang diseret ke pengadilan. Dalam konteks ini muncul kata-kata penghiburan yang terkenal: kita tidak usah menyiapkan diri mengenai bagaimana kata-kata pembelaan kita. Mengapa? Karena semuanya akan diilhamkan Roh Kudus kepada kita secara langsung tepat pada waktunya. Ajaib. Bac.I mengisahkan kepada kita mengenai kedatangan hari Tuhan, dies domini. Hari itu akan ada penghakiman dahsyat dan ngeri: Tetapi kamu yang takut akan namaKu, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Sebuah kata-kata penghiburan indah. Hidup dalam penantian akan hari Tuhan, mengandung bahaya tertentu secara sosial. Ada orang yang berkesimpulan bahwa jika kita sudah menyongsong hari Tuhan, maka kita tidak usah kerja lagi. Terhadap hal itu Paulus berkata tegas: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kepercayaan dan harapan akan hari Tuhan dan hidup abadi, tidak membebaskan orang dari kewajiban sosial-fundamental hidup ini: yaitu bekerja. Sebab perintah Kerja juga adalah dari Allah sendiri. Semoga kita mengerti akan hal ini.
BANDUNG, 18 SEPTEMBER 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA.
MINGGU, 07 NOVEMBER 2010
OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN DAN DOSEN FF-UNPAR BANDUNG
PENELITI GESER INSTITUTE DAN CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES, FF-UNPAR BANDUNG
PH.D STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. 2Mak.7:1-2,9-14; Mzm.17:1,5-6,8b,15; 2Tes.2:16 3:5; Luk.20:27-38.
Injil hari ini terkenal, setidaknya di kalangan teolog yang bicara mengenai kebangkitan. Di sini Yesus dilukiskan diuji orang Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan. Bagi mereka, kebangkitan itu nonsens. Untuk itu mereka mengangkat kasus seorang perempuan yang menikah dengan tujuah pria kakak beradik (sistem perkawinan levirat). Pertanyaannya ialah: siapa suami perempuan itu dalam hari kebangkitan? Yesus menjawab hal itu dengan dua jawaban teologis: pertama, dalam kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan, melainkan hidup seperti malaekat. Kedua, argumentasi atas dasar wahyu Perjanjian Lama bahwa Allah adalah Allah yang hidup bagi orang yang hidup. Sebab dalam Perjanjian Lama ada ucapan: Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Allah adalah Allah bagi orang hidup. Jadi jika ketiga orang itu mempunyai Allah juga sesudah mereka mati, itu berarti Allah adalah Allah bagi orang hidup. Bac.I mengisahkan tentang tujuh martir Yahudi, yang mengorbankan nyawa demi iman dan kepercayaan akan hidup yang akan datang, dalam bentangan lautan kasih kerahiman Allah. Ya, ada kebangkitan dan hidup kekal itu, seperti yang kita ucapkan dengan lantang setiap Minggu dalam Credo. Semoga kita sadar akan hal itu. Dari Bac.II saya hanya mau mengangkat satu kalimat terkenal: Tuhan adalah setia. Kiranya kepercayaan kita akan kebangkitan dan hidup kekal, dilandaskan pada kepercayaan bahwa Tuhan setia. Sekali Ia menjalin relasi dengan kita, relasi itu tidak akan terputus, juga oleh maut sekalipun. Semoga kita percaya akan hal itu, bukan sebagai filsafat teoretis belaka, melainkan sebuah kebenaran hidup iman yang nyata.
BANDUNG, 18 SEPTEMBER 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA
LAY THEOLOGIAN DAN DOSEN FF-UNPAR BANDUNG
PENELITI GESER INSTITUTE DAN CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES, FF-UNPAR BANDUNG
PH.D STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. 2Mak.7:1-2,9-14; Mzm.17:1,5-6,8b,15; 2Tes.2:16 3:5; Luk.20:27-38.
Injil hari ini terkenal, setidaknya di kalangan teolog yang bicara mengenai kebangkitan. Di sini Yesus dilukiskan diuji orang Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan. Bagi mereka, kebangkitan itu nonsens. Untuk itu mereka mengangkat kasus seorang perempuan yang menikah dengan tujuah pria kakak beradik (sistem perkawinan levirat). Pertanyaannya ialah: siapa suami perempuan itu dalam hari kebangkitan? Yesus menjawab hal itu dengan dua jawaban teologis: pertama, dalam kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan, melainkan hidup seperti malaekat. Kedua, argumentasi atas dasar wahyu Perjanjian Lama bahwa Allah adalah Allah yang hidup bagi orang yang hidup. Sebab dalam Perjanjian Lama ada ucapan: Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Allah adalah Allah bagi orang hidup. Jadi jika ketiga orang itu mempunyai Allah juga sesudah mereka mati, itu berarti Allah adalah Allah bagi orang hidup. Bac.I mengisahkan tentang tujuh martir Yahudi, yang mengorbankan nyawa demi iman dan kepercayaan akan hidup yang akan datang, dalam bentangan lautan kasih kerahiman Allah. Ya, ada kebangkitan dan hidup kekal itu, seperti yang kita ucapkan dengan lantang setiap Minggu dalam Credo. Semoga kita sadar akan hal itu. Dari Bac.II saya hanya mau mengangkat satu kalimat terkenal: Tuhan adalah setia. Kiranya kepercayaan kita akan kebangkitan dan hidup kekal, dilandaskan pada kepercayaan bahwa Tuhan setia. Sekali Ia menjalin relasi dengan kita, relasi itu tidak akan terputus, juga oleh maut sekalipun. Semoga kita percaya akan hal itu, bukan sebagai filsafat teoretis belaka, melainkan sebuah kebenaran hidup iman yang nyata.
BANDUNG, 18 SEPTEMBER 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA
SENIN, 01 NOVEMBER 2010
OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN, DOSEN FF-UNPAR
PENELITI GESER INSTITUTE DAN CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG
PH.D STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Why.7:2-4,9-14; Mzm.24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh.3:1-3; Mat.5:1-12a.
Hari ini Hari Raya Semua Orang Kudus. Ada satu hal mencolok di sini: Dengan merayakan hari ini, Gereja mengakui bahwa ada orang kudus yang kekudusanya hanya diketahui Allah. Itu sebabnya, setelah menyediakan hari sepanjang tahun dengan peringatan, pesta, perayaan orang kudus, gereja menyediakan hari khusus untuk Semua Orang Kudus. Ini dimaksudkan agar gereja memberi ruang bagi orang kudus yang tidak diketahuinya, yang hanya ada dalam pengetahuan Allah. Menarik bahwa dalam rangka Hari Raya ini, Gereja menyediakan injil yang dikutip dari Sabda Bahagia. Kiranya itu dimaksudkan untuk menunjukkan kepada kita bahwa orang kudus adalah orang yang melaksanakan idealisme Kotbah di Bukit selama hidup di dunia ini, dan karena itu ia menikmati surga ketika ia meninggalkan dunia ini. Bac.I memberi gambaran visualisasi bagi kita mengenai keadaan persekutuan para kudus kelak, communio sanctorum: Kemudian dari pada itu aku melihat sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Tiada hentinya mereka memuji dan memuliakan Allah bersama malaekat. Bac.II mengajak kita untuk mengarahkan seluruh hidup kita ke hidup yang akan datang, dalam iman, harapan, kasih: Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. Mari kita hidup dalam harapan, agar kelak kita menjadi anggota persekutuan para kudus di surga.
BANDUNG, 18 SEPTEMBER 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA
LAY THEOLOGIAN, DOSEN FF-UNPAR
PENELITI GESER INSTITUTE DAN CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG
PH.D STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Why.7:2-4,9-14; Mzm.24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh.3:1-3; Mat.5:1-12a.
Hari ini Hari Raya Semua Orang Kudus. Ada satu hal mencolok di sini: Dengan merayakan hari ini, Gereja mengakui bahwa ada orang kudus yang kekudusanya hanya diketahui Allah. Itu sebabnya, setelah menyediakan hari sepanjang tahun dengan peringatan, pesta, perayaan orang kudus, gereja menyediakan hari khusus untuk Semua Orang Kudus. Ini dimaksudkan agar gereja memberi ruang bagi orang kudus yang tidak diketahuinya, yang hanya ada dalam pengetahuan Allah. Menarik bahwa dalam rangka Hari Raya ini, Gereja menyediakan injil yang dikutip dari Sabda Bahagia. Kiranya itu dimaksudkan untuk menunjukkan kepada kita bahwa orang kudus adalah orang yang melaksanakan idealisme Kotbah di Bukit selama hidup di dunia ini, dan karena itu ia menikmati surga ketika ia meninggalkan dunia ini. Bac.I memberi gambaran visualisasi bagi kita mengenai keadaan persekutuan para kudus kelak, communio sanctorum: Kemudian dari pada itu aku melihat sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Tiada hentinya mereka memuji dan memuliakan Allah bersama malaekat. Bac.II mengajak kita untuk mengarahkan seluruh hidup kita ke hidup yang akan datang, dalam iman, harapan, kasih: Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. Mari kita hidup dalam harapan, agar kelak kita menjadi anggota persekutuan para kudus di surga.
BANDUNG, 18 SEPTEMBER 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA
MINGGU, 31 OKTOBER 2010
OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN, DOSEN FF-UNPAR BANDUNG
PENELITI GESER INSTITUTE AND CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR
PH.D. STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Keb.11:22-12:2; Mzm.145:1-2,8-9,10-11,13cd-14; 2Tes.1:11-2:2; Luk.19:1-10.
Injil hari ini terkenal yaitu kisah Zakheus. Terkenal karena sejak kecil, teks ini sering diangkat menjadi naskah drama atau dikisahkan oleh orang tua ataupun ibu guru. Karena itu, saya tidak akan membuang ruang terlalu banyak untuk kisah mahaterkenal ini. Saya hanya mau mengungkapkan satu hal sederhana. Hari ini terjadi perjumpaan Yesus dengan Zakheus. Ternyata perjumpaan itu mendatangkan perubahan yang sangat besar dalam hidup Zakheus. Ia bertobat, dan ia menampakkan tobatnya itu dalam sikap dan perbuatan baik kepada sesama. Tuhan Yesus sungguh sadar akan hal itu. Itu sebabnya Ia berkata: Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini. Kiranya teladan pertobatan Zakheus menjadi model paling baik bagi kita dalam mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Tuhan (Bc.II). Jika kita sudah mempersiapkan diri dengan baik dalam hidup pertobatan maka kita tidak perlu takut dan bingung atau gelisah dalam menghadapi hari Tuhan. Kita tidak usah takut mengenai bagaimana cara kita mempersiapkan diri, sebab Tuhan akan menuntun dan mendidik kita. Itulah inti pesan Bac.I: Dari sebab itu orang-orang yang jatuh Kauhukum berdikit-dikit, dan Kautegur dengan mengingatkan kepada mereka dalam hal manakah mereka sudah berdosa, supaya percaya kepada Dikau, ya Tuhan, setelah mereka menjauhi kejahatan itu. Betapa lengkapnya tuntunan dan bimbingan Tuhan bagi hidup kita. Tinggal kita mau atau tidak untuk dituntun dan dibimbing oleh Tuhan. Itu saja masalahnya.
BANDUNG, 18 SEPTMBER 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA
LAY THEOLOGIAN, DOSEN FF-UNPAR BANDUNG
PENELITI GESER INSTITUTE AND CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR
PH.D. STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Keb.11:22-12:2; Mzm.145:1-2,8-9,10-11,13cd-14; 2Tes.1:11-2:2; Luk.19:1-10.
Injil hari ini terkenal yaitu kisah Zakheus. Terkenal karena sejak kecil, teks ini sering diangkat menjadi naskah drama atau dikisahkan oleh orang tua ataupun ibu guru. Karena itu, saya tidak akan membuang ruang terlalu banyak untuk kisah mahaterkenal ini. Saya hanya mau mengungkapkan satu hal sederhana. Hari ini terjadi perjumpaan Yesus dengan Zakheus. Ternyata perjumpaan itu mendatangkan perubahan yang sangat besar dalam hidup Zakheus. Ia bertobat, dan ia menampakkan tobatnya itu dalam sikap dan perbuatan baik kepada sesama. Tuhan Yesus sungguh sadar akan hal itu. Itu sebabnya Ia berkata: Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini. Kiranya teladan pertobatan Zakheus menjadi model paling baik bagi kita dalam mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Tuhan (Bc.II). Jika kita sudah mempersiapkan diri dengan baik dalam hidup pertobatan maka kita tidak perlu takut dan bingung atau gelisah dalam menghadapi hari Tuhan. Kita tidak usah takut mengenai bagaimana cara kita mempersiapkan diri, sebab Tuhan akan menuntun dan mendidik kita. Itulah inti pesan Bac.I: Dari sebab itu orang-orang yang jatuh Kauhukum berdikit-dikit, dan Kautegur dengan mengingatkan kepada mereka dalam hal manakah mereka sudah berdosa, supaya percaya kepada Dikau, ya Tuhan, setelah mereka menjauhi kejahatan itu. Betapa lengkapnya tuntunan dan bimbingan Tuhan bagi hidup kita. Tinggal kita mau atau tidak untuk dituntun dan dibimbing oleh Tuhan. Itu saja masalahnya.
BANDUNG, 18 SEPTMBER 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA
MINGGU, 24 OKTOBER 2010
OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN, DOSEN FF-UNPAR BANDUNG
PENELITI GESER INSTITUTE dan CCRS
ENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG.
PH.D. STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Sir.35:12-14,16-18; Mzm.34:2-3,17-18,19,23; 2Tim.4:6-8,16-18; Luk.18:9-14.
Hari ini Minggu Evangelisasi. Hari Penginjilan. Mari kita terima ajakan gereja untuk menghayati hidup injili dengan baik, dan dengan itu kita menginjili dunia lewat evangelisasi pribadi. Sebab evangelisasi keluar, ke dunia, hanya mungkin melalui evangelisasi ke dalam diri, evangelisasi pribadi. Injil berkisah tentang dua model orang berdoa. Cara pertama, orang Farisi: ia meninggikan diri, menyombongkan diri, dengan merendahkan orang lain. Ia menyombongkan mutu hidup rohaninya. Cara kedua, pemungut cukai: ia tahu menempatkan diri di hadapan Allah. Ia menyadari diri sebagai pendosa, maka dengan rendah hati ia mohon ampun. Ternyata doa orang kedua inilah yang berkenan di hadapan Allah. Ya, salah satu syarat berdoa ialah kemampuan bersikap rendah hati. Tanpa kerendahan hati, kita tidak dapat berdoa, atau kita tidak dapat berdoa dengan cara yang baik dan benar. Kebenaran itulah yang diungkapkan dengan tepat dalam Bac.I: Tuhan berkenan kepada siapa yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan. Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sampai mencapai tujuannya. Ia tidak berhenti hingga Yang Mahatinggi memandangnya, dan memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan. Contoh evangelisasi dua arah yang disinggung dalam bagian awal tadi, tampak dalam penghayatan hidup Paulus (Bac.II). Tinggal, bagaimana kita mau melihat diri sendiri: Sudahkah kita melakukan tugas evangelisasi itu? Bagaimana sikap doa kita? Seperti orang Farisikah? Atau seperti si pemungut cukai? Hanya anda yang tahu dan bisa menjawab pertanyaan reflektif ini.
Bandung, 18 Septmber 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA.
LAY THEOLOGIAN, DOSEN FF-UNPAR BANDUNG
PENELITI GESER INSTITUTE dan CCRS
ENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG.
PH.D. STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Sir.35:12-14,16-18; Mzm.34:2-3,17-18,19,23; 2Tim.4:6-8,16-18; Luk.18:9-14.
Hari ini Minggu Evangelisasi. Hari Penginjilan. Mari kita terima ajakan gereja untuk menghayati hidup injili dengan baik, dan dengan itu kita menginjili dunia lewat evangelisasi pribadi. Sebab evangelisasi keluar, ke dunia, hanya mungkin melalui evangelisasi ke dalam diri, evangelisasi pribadi. Injil berkisah tentang dua model orang berdoa. Cara pertama, orang Farisi: ia meninggikan diri, menyombongkan diri, dengan merendahkan orang lain. Ia menyombongkan mutu hidup rohaninya. Cara kedua, pemungut cukai: ia tahu menempatkan diri di hadapan Allah. Ia menyadari diri sebagai pendosa, maka dengan rendah hati ia mohon ampun. Ternyata doa orang kedua inilah yang berkenan di hadapan Allah. Ya, salah satu syarat berdoa ialah kemampuan bersikap rendah hati. Tanpa kerendahan hati, kita tidak dapat berdoa, atau kita tidak dapat berdoa dengan cara yang baik dan benar. Kebenaran itulah yang diungkapkan dengan tepat dalam Bac.I: Tuhan berkenan kepada siapa yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan. Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sampai mencapai tujuannya. Ia tidak berhenti hingga Yang Mahatinggi memandangnya, dan memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan. Contoh evangelisasi dua arah yang disinggung dalam bagian awal tadi, tampak dalam penghayatan hidup Paulus (Bac.II). Tinggal, bagaimana kita mau melihat diri sendiri: Sudahkah kita melakukan tugas evangelisasi itu? Bagaimana sikap doa kita? Seperti orang Farisikah? Atau seperti si pemungut cukai? Hanya anda yang tahu dan bisa menjawab pertanyaan reflektif ini.
Bandung, 18 Septmber 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA.
MINGGU, 17 OKTOBER 2010
OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
LAY THEOLOGIAN, DOSEN DAN PENELITI FF-UNPAR
PENELITI GESER INSTITUTE dan CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG
PH.D., STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Kel.17:8-13; Mzm.121:1-2,3-4,5-6,7-8; 2Tim.3:14 4:2; Luk.18:1-8.
Inti injil hari ini ialah nasihat untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu, nasihat untuk berdoa terus menerus, berdoa tanpa henti, oratio continua, continual prayer. Sebab hidup adalah berdoa. Doa merupakan struktur dasar eksistensi kita. Berdoa dengan tidak bosan-bosan, walau kita seperti sedang berhadapan dengan tembok dingin dan beku. Allah tampak membisu, diam seribu bahasa. Untuk menjelaskan hal itu Yesus mengemukakan perumpamaan ini. Ada seorang janda yang selalu datang ke hakim meminta agar hakim mengurus perkaranya. Hakim itu orang apatis, tidak peduli siapa dan apa pun. Tetapi karena janda itu terus menerus datang, akhirnya ia mengabulkan permohonan janda itu. Jika hakim itu tahu membenarkan orang yang memohon kepadanya, betapa Allah pasti jauh lebih tahu membenarkan orang pilihannya yang berdoa terus menerus kepadanya. Doa terus menerus yang tampak dalam sikap badan itulah yang ditegaskan dalam Bac.I. Dikisahkan bahwa ketika tangan Musa terangkat, orang Israel bisa mengalahkan orang Amalek. Demikian sebaliknya. Bac.II mengisahkan tentang arti penting mengenalkan kitab suci sejak dini kepada anak (tema BKSN 2010). Jika kita sudah mengenal Kitab Suci sejak dini, kiranya kita sudah tahu kewajiban yang dilukiskan tadi. Tinggal kita melihat diri sendiri: apakah kita sudah menjadi orang yang tekun berdoa atau tidak? Ataukah kita hanya pendoa musiman belaka? Hanya anda sendiri yang tahu dan bisa menjawab pertanyaan ini.
Bandung, 18 September 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA.
LAY THEOLOGIAN, DOSEN DAN PENELITI FF-UNPAR
PENELITI GESER INSTITUTE dan CCRS
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG
PH.D., STUDENT AT ICRS-YOGYA
BcE. Kel.17:8-13; Mzm.121:1-2,3-4,5-6,7-8; 2Tim.3:14 4:2; Luk.18:1-8.
Inti injil hari ini ialah nasihat untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu, nasihat untuk berdoa terus menerus, berdoa tanpa henti, oratio continua, continual prayer. Sebab hidup adalah berdoa. Doa merupakan struktur dasar eksistensi kita. Berdoa dengan tidak bosan-bosan, walau kita seperti sedang berhadapan dengan tembok dingin dan beku. Allah tampak membisu, diam seribu bahasa. Untuk menjelaskan hal itu Yesus mengemukakan perumpamaan ini. Ada seorang janda yang selalu datang ke hakim meminta agar hakim mengurus perkaranya. Hakim itu orang apatis, tidak peduli siapa dan apa pun. Tetapi karena janda itu terus menerus datang, akhirnya ia mengabulkan permohonan janda itu. Jika hakim itu tahu membenarkan orang yang memohon kepadanya, betapa Allah pasti jauh lebih tahu membenarkan orang pilihannya yang berdoa terus menerus kepadanya. Doa terus menerus yang tampak dalam sikap badan itulah yang ditegaskan dalam Bac.I. Dikisahkan bahwa ketika tangan Musa terangkat, orang Israel bisa mengalahkan orang Amalek. Demikian sebaliknya. Bac.II mengisahkan tentang arti penting mengenalkan kitab suci sejak dini kepada anak (tema BKSN 2010). Jika kita sudah mengenal Kitab Suci sejak dini, kiranya kita sudah tahu kewajiban yang dilukiskan tadi. Tinggal kita melihat diri sendiri: apakah kita sudah menjadi orang yang tekun berdoa atau tidak? Ataukah kita hanya pendoa musiman belaka? Hanya anda sendiri yang tahu dan bisa menjawab pertanyaan ini.
Bandung, 18 September 2010
SIS B, GESER INSTITUTE
ICRS-YOGYA.
Langganan:
Postingan (Atom)