Rabu, 04 Februari 2009

SELASA, 03 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)


BcE: Ibr.12:1-4; Mzm.21:26b-27.28.30.31-32; Mrk.5:21-43.


Hari ini kita mempunyai sebuah pesta fakultatif untuk St.Blasius, uskup dan martir. Santo Blasius ini dalam tradisi Katolik dikaitkan dengan tindakan menyembuhkan sakit tenggorokan atau kerongkongan. Gereja Katolik meneruskan tradisi itu dengan upacara lilin yang disilangkan di leher kita. Injil hari ini berbicara tentang dua mukjizat yang dikerjakan Yesus. Mukjizat pertama ialah kisah pembangkitan anak Yairus dengan ucapan yang terkenal itu: talita kum. Di tengah kisah ini disisipkan kisah mukjizat lain, penyembuhan perempuan yang menderita pendarahan. Terkenallah ucapan hati si perempuan ini: Asal aku menyentuh saja ujung jubahNya, pasti aku akan sembuh. Dan ternyata benar. Ia menyentuh jumbai jubahNya dan ia pun menjadi sembuh. Tatkala membangkitkan putri Yairus, Yesus berseru: bangunlah. Ya, kepada kita juga, Yesus berseru: bangunlah. Semoga kita pun bisa selalu bangun dari tidur iman kita. Ya, kita harus menjaga iman kita, sebab hidup iman itu amat penting. BacI menasihatkan kita agar kita hidup bertekun dalam iman. Maka ada baiknya saya ulangi sepotong nasihat ini, yang meminta kita agar selalu tertuju kepada Yesus: Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Semoga memang demikian adanya.


SENIN, 02 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)


BcE: Mal.3:1-4 atau Ibr.2:14-18; Mzm.24:7.8.9.10; Luk.2:22-40 (22-32).


Hari ini ada Pesta Yesus dipersembahkan di Kanisah di Yerusalem. Injil versi singkat mengisahkan tentang Yesus dipersembahkan di Bait Allah dan disambut oleh Simeon (dan kemudian juga oleh Hana). Ya, orang tua wajib mempersembahkan anaknya kepada Tuhan, juga sejak usia dini. Orang tua mempunyai kewajiban mendasar untuk mendidik dan membesarkan anak-anak mereka di dalam dan bersama dengan Tuhan sendiri. Kewajiban itu tidak dapat dan tidak boleh juga ditunda-tunda. Para orang tua harus segera memberi mereka kepada Tuhan. Dalam hidup gereja, kiranya hal itu berarti, orang tua harus segera membaptis anak-anak mereka. Dengan kesadaran akan martabat luhur baptis itu, semoga para orang tua itu sendiri mengupayakan hidup yang kudus juga di dalam Tuhan. Itulah pejalaran pertama yang dapat ditarik dari Injil hari ini. Pelajaran kedua dapat kita ambil dari apa yang dibuat Simeon. Ia menerima bayi Yesus dan mengucap syukur kepada Allah atas semuanya ini. Terkenallah kalimat pendek ini dalam Kidung Simeon: Sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu. Semoga kita bisa sampai kepada kesadaran seperti itu, merasakan shalom Allah, dan meluapkan rasa syukur itu dalam pujian.


Selasa, 03 Februari 2009

SABTU, 31 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Ibr.11:1-2.8-19; MT.Luk.1:69-70.71-72.73-75; Mrk.4:35-41.

Hari ini kita punya pesta wajib, St.Yohanes Bosco. Ada yang menghayatinya sebagai hari raya. Injil hari ini mengisahkan sebuah kisah yang terkenal dan akrab di telinga kita: Yesus meredakan angin ribut di danau. Tafsir populer atas teks ini adalah tafsir alegoris. Laut atau danau adalah ibarat untuk hidup manusia. Di tengah hidup itu ada banyak badai. Tidak jarang badai itu menggoncang sampai perahu yang mengarungi laut hidup itu terancam tenggelam. Kita yang mengalami semuanya itu dilanda kecemasan dan ketakutan. Tetapi injil hari ini juga membawa kabar baik bagi kita: kita datang kepada Yesus, memohon agar Ia sudi meredakan angin dan badai dalam laut hidup kita. Badai itu bisa macam-macam. Tetapi sejauh kita percaya kepadaNya, dan mempercayakan semuanya kepada Dia, maka semuanya akan bisa teratasi. Itulah keyakinan kita sebagai orang yang percaya kepada Yesus. Itu sebabnya, Yesus, dalam salah satu simbol gereja purba dilambangkan sebagai jangkar. Ia menjadi jangkar yang menenangkan perahu yang terombang-ambing di tengah badai laut kehidupan. Di bagian akhir injil hari ini, Yesus mempertanyakan sikap para murid yang kurang atau tidak percaya. Padahal sikap percaya itulah yang menentukan dan menyelamatkan. BacI pertama hari ini mementaskan keunggulan dan keagungan dan keluhuran hidup dalam dan karena iman. Iman itulah yang menjadi kunci segala-galanya. Mari kita hidup atas dasar iman dan kepercayaan kita, dan itu berarti menjadikan Yesus sebagai jangkar perahu hidup kita.

JUM'AT, 30 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE.Ibr.10:32-39; Mzm.37:3-4.5.23-24.30-40; Mrk.4:26-34.

Hari ini ada satu orang kudus yang kita kenang, Yasinta Mareskoti. Hendaknya kita sadar bahwa ia menjadi kudus karena hidup dalam kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu tidak selalu kentara hadirnya di dunia ini. Itulah sebabnya Yesus menyampaikan banyak perumpamaan tentang kerajaan Allah agar orang bisa menangkap dan merasakan kehadirannya. Ya, memang hadirnya Allah dalam hidup manusia di dunia ini tidak selalu tampak kentara, tetapi sesungguhnya kehadiran itu mempunyai daya kuasa yang besar untuk mendatangkan perubahan (transformasi). Hadirnya Allah dan kerajaanNya mendatangkan perubahan besar dalam hidup pribadi manusia dan juga tata hidup sosial kemasyarakatan. Apa yang kecil dapat menjadi besar di dalam kerajaan Allah. Dan Allah bekerja secara tidak kentara, tidak berada dalam kontrol dan kesadaran kita. Ia datang dan bertumbuh serta meraja begitu saja. Tugas kita ialah melihatnya, menyadarinya, dan memuliakan kehadiran itu dalam dan melalui hidup kita. Yang jelas kalau kerajaan itu datang, maka semua orang akan mendapat tempat di dalamnya. Ya, kerajaan Allah itu tidak eksklusif. Ia serba inklusif, merangkul, dan merangkum semuanya dalam kasih dan kerahimanNya. Kita akan bisa mendapat bagian di dalamnya kalau kita dengan tekun mencari dan menemukannya dan kalau sudah menemukannya kita tekun berkanjang juga hidup di dalamnya (Bac.I).

KAMIS, 29 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE.Ibr.10:19-25; Mzm.24:1-2.3-4ab.5-6; Mrk.4:21-25.

Ada dua orang kudus yang dikenang hari ini: Yosef Freinademetz dan Arkanjela Girlani. Mereka menjadi kudus karena mengikuti Yesus Kristus. Mereka menjadi kudus dalam Yesus Kristus. Hidup mereka yang kudus menjadi pelita yang tampak ke dunia di sekitar dan menerangi dunia itu. Dalam Kristus mereka seakan ditaruh di atas kaki dian sehingga menjadi tampak dan terang benderang dan bisa menerangi dunia sekitar. Itulah nasihat pertama yang dapat kita tarik dari injil hari ini. Nasihat kedua ialah perintah untuk mendengarkan. Kalau kita bertelinga, maka orang harus mendengarkan. Kalau tidak mau mendengarkan, maka telinga itu percuma. Nasihat ketiga, menyangkut etika bisnis: Jangan memanipulasi alat timbang dalam dagang. Hal seperti itu tidak baik. Nanti akan terkena batu sendiri. Nasihat keempat, soal memiliki sesuatu dan sesuatu yang dimiliki itu harus berkembang, dikembangkan. Kalau tidak maka akan menyusut, bahkan hilang. Itu hukum alam. Seperti bahasa, you use it or loose it. Bahasa itu kalau dipakai semakin lancar, tetapi kalau tidak dipakai akan mati. Semua ini mungkin “karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Bc.I).

RABU, 28 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE.Ibr.10:11-18. Msm.110:1.2.3.4; Mrk.4:1-20.

Hari ini kita punya sebuah pesta wajib untuk salah satu santo kita yang terkenal, Thomas Aquino. Ia adalah teolog agung Abad Pertengahan. Ia juga filsuf. Gereja pantas bersyukur karena mendapat anugerah besar dari Allah dalam diri santo Thomas ini. Injil hari ini sangat terkenal dan akrab di telinga kita, sebab ia berbicara tentang penabur itu. Dengan jelas injil melukiskan bahwa ada empat jenis tanah. 1). Tanah di pinggir jalan. 2). Tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya. 3). Tanah dalam semak berduri. 4). Tanah yang baik. Jelas, kategorisasi tanah ini adalah nasihat dan imbauan implisit bagi kita untuk berefleksi: Termasuk jenis tanah seperti apakah diri kita? Tentu hanya anda yang tahu. Semoga kita termasuk kategori tanah keempat, yang subur, dan karena itu bisa menghasilkan buah berlimpah. Teks ini adalah salah satu petunjuk bagaimana Kitab Suci menafsir dirinya sendiri, sebab ay 13-20 adalah tafsir atas ay 1-12. Pesannya jelas: kita harus menjadi tanah yang baik, yang dapat menumbuhkan benih Sabda Allah dan menghasilkan buah berlipat ganda. Model tanah keempat adalah model tanah efektif, seperti dalam BacI kita diberi model korban persembahan sempurna dan efektif, karena dilakukan satu kali dan selamanya. Itulah korban Yesus di salib yang mendatangkan efek penebusan dan penyelamatan bagi kita.


SELASA, 27 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Ibr.10:1-10. Mzm.40:2.4ab.7-8a.10-11; Mrk.3:31-35.

Hari ini ada peringatan fakultatif St.Angela Merici. Bagi OSU, ini hari raya. Masih ada orang kudus lain yang diperingati hari ini. Injil membentangkan kepada kita sesuatu yang menarik, yaitu kriteria saudara-saudara Yesus. Ini kriteria baru menjadi “kerabat” Yesus. Yang lebih penting bukan lagi hubungan jasmani, darah, melainkan hubungan rohani, hubungan dalam dan karena firman, ketaatan kepada Sabda Allah. Orang yang melakukan kehendak Allah, itulah yang dipandang Yesus sebagai saudara, ibu dan bapaNya. Itu sebabnya kita mengakhiri Injil dengan proklamasi sbb: Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya. Dan kita menjawab dengan lantang-meriah: Tanamkanlah sabdaMu ya Tuhan, dalam hati kami. Dalam arti itu, kita berpeluang sama menjadi saudara Yesus asal kita mau melakukan kehendak Allah. Orang kudus, terutama yang diperingati hari ini, menjadi kudus, karena mereka melakukan kehendak Allah dalam seluruh hidup mereka. Menjadi kudus berarti menjadi saudara Yesus. Itu harus diperjuangkan dalam seluruh hidup. Semoga kita mampu berkanjang dalam upaya itu. Kalau kita mampu melakukan hal itu, kiranya seluruh hidup kita dapat menjadi “persembahan yang sempurna” di hadapan Allah (Bc.I: walau bacaan ini berbicara tentang kesempurnaan persembahan Yesus sang imam agung. Tetapi kita pun dapat melakukan persembahan sempurna itu dalam dan melalui hidup kita).