Senin, 06 April 2009

SENIN, 06 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Yes.42:1-7; Mzm.27:1.2.3.13-14; Yoh.12:1-11.


Injil ini mengisahkan kisah menarik. Ada reuni kerabat dekat. Reuni itu ditandai perjamuan dan pengurapan. Suatu yang wajar. Tetapi kewajaran itu diganggu oleh komentar seorang yang sok “sosial” dan “peduli” pada orang miskin, sok preferential option for the poor. Itulah sikap Yudas. Ia tidak rela bahwa sesuatu yang mahal dipakai untuk menandai reuni dan perjamuan itu, untuk memberi suasana keharuman dan aroma semerbak sebuah perjumpaan. Yudas mengkritik hal itu dengan memakai alasan suci: Lebih baik minyak wangi mahal itu dijual dan hasil penjualan itu dipakai untuk amal kepada orang miskin. Tetapi ia sesungguhnya mempunyai maksud lain: jika minyak wangi mahal itu dijual dan duitnya masuk kantong bersama yang ia pegang, maka ia punya kesempatan untuk menggelapkan duit itu. Sebuah praktek yang sangat lazim dewasa ini di kalangan parlemen kita, di departemen kita. Uang selalu menarik untuk dimanipulasi. Demi uang itu Yudas tega menjual Yesus. Terhadap sikap munafik itu Yesus mengatakan: orang miskin akan selalu ada bersama kamu, tetapi Aku tidak selalu berada bersama kamu. Maka Yesus memerintahkan agar Maria jangan dicegah melakukan apa yang hendak dilakukannya. Sebab pengurapan itu adalah “pendahuluan” dari pengurapan agung yang sebentar lagi akan diterima Yesus dari Yusuf Arimatea sebelum dimakamkan. Semoga kita tidak kejangkitan kesalehan munafik Yudas, sebab kesalehan munafik seperti itu amat gampang menular. Lebih gampang daripada penyebaran virus flu burung.


SABTU, 04 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Yeh.37:21-28; MT.Yer.31:10.11-12ab.13; Yoh.11:45-56.


Hari ini kita dengar persepakatan jahat untuk membunuh Yesus. Persepakatan itu dilakukan sehubungan dengan salah satu mukjizat yang dikerjakan Yesus: membangkitkan Lazarus dari maut. Mukjizat itu punya efek amat besar: banyak orang percaya kepadaNya. Ini mencemaskan orang Farisi. Mereka cemas bahwa sepak terjang Yesus akan mendatangkan celaka besar dari pihak Roma. Terhadap pendapat itu, Imam Besar, Kayafas memberikan pendapatnya yang amat terkenal: Lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita binasa. Tetapi bagi Yohanes itu adalah nubuat agung: Yesus akan mati untuk bangsa ini, tetapi bukan hanya untuk bangsa ini saja, melainkan untuk semua bangsa lain. Kematian itu akan mendatangkan efek pemersatu bagi para bangsa itu. Sadar akan bahaya Yesus, mereka sudah bulat dengan rencana busuk membinasakan Dia. Itu sebabnya Yesus tidak tampil lagi di depan umum. Tetapi mereka mencari kesempatan menangkap Dia. Salah satunya ialah kesempatan hari raya. Itu sebabnya mereka berharap Ia datang ke Yerusalem pada hari Raya. Niat jahat. Banyak orang di sekitar kita yang mencoba memancing di air keruh. Tetapi itu bukan contoh yang baik.


JUM'AT, 03 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Yer.20:10-13; Mzm.18:2-3a.3bc-4.5-6.7; Yoh.10:31-42.


Injil hari ini juga menarik karena sekali lagi mementaskan pertikaian antara Yesus dan para penentangNya. Dikatakan bahwa orang Yahudi mau merajam Yesus. Maka Yesus mencoba meredam nafsu mereka dengan sebuah pertanyaan kritis: Aku sudah banyak melakukan perbuatan baik, tetapi mengapa kamu mau merajam Aku? Ternyata bukan karena perbuatan baiklah mereka ingin merajam Yesus. Melainkan karena mereka menganggap Yesus menghojat Allah. Dosa hojat harus dihukum mati, seperti ditetapkan dalam hukum Taurat. Lalu dengan mengutip Perjanjian Lama, Yesus mencoba membenarkan semua hal yang telah Ia katakan kepada mereka, terutama sekali pernyataan Dia bahwa Dia adalah Anak Allah. Rupanya Yesus mengartikan pernyataan itu sebagai sebuah relasi sangat unik antara DiriNya dan Bapa: yaitu relasi melakukan pekerjaan. Maka Yesus menawarkan sebuah jalan kompromi: Kalau tidak mau percaya kepada Dia, paling tidak percayalah pada pekerjaan Bapa yang Ia kerjakan. Ternyata jalan kompromi ini pun ditolak juga. Sebab mereka tetap ngotot mau merajam Yesus. Kalau hati sudah tertutup maka sudah tidak ada kemungkinan lain lagi.


KAMIS, 02 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Kej.17:3-9; Mzm.105:4-5.6-7.8-9; Yoh.8:51-59.


Injil hari ini juga agak sulit. Kita dengar salah satu percakapan antara Yesus dan pemuka Yahudi. Titik tolak percakapan itu ialah pernyataan Yesus: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Pemuka Yahudi tidak mengerti apa yang Ia maksudkan. Bahkan mereka menganggapnya sebagai kerasukan setan. Maka nada pembicaraan pun semakin meningkat dan memanas. Sebagai tanggapan Yesus mengatakan mengenai martabatNya: Bapa-Kulah yang memuliakan Aku. Yesus mengatakan bahwa Ia mengenal Bapa itu dan menuruti firmanNya. Percakapan semakin diperuncing ketika Yesus menyinggung nama Abraham. Itulah yang menyebabkan mereka mengejek Yesus sebagai anak kemarin sore, yang sesungguhnya belum tahu banyak bahkan belum tahu apa-apa. Tetapi untuk menanggapi hal itu, Yesus menegaskan pra-eksistensinya, bahwa Ia berada sebelum segala abad: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sebelum Abraham ada, Aku telah ada. Dengan ini Yesus versi Yohanes menegaskan pra-eksistensinya, sesuatu yang sudah dinyatakan Yohanes dalam prolog Injilnya. Di sinilah ketegangan antara Yesus dan para pemuka Yahudi, menjadi semakin panas. Tetapi saat Yesus belum tiba.


RABU, 01 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Dan.3:14-20.24-25.28; MT.Dan.3:52.53.54.55.56; Yoh.8:31-32.


Injil hari ini juga amat menarik karena dalam perikop singkat ini Yesus menyampaikan beberapa hal yang indah dan juga sulit. Pertama, Yesus menyampaikan satu fakta tentang hal menjadi murid: bahwa menjadi murid tidak lain berarti setia mendengarkan firmanNya. Murid sejati adalah murid yang mendengarkan sang Firman itu sendiri. Kedua, kalau kita setia dalam firman Yesus, maka kita akan mengenal kebenaran (veritas). Tentu kebenaran yang dimaksudkan di sini adalah kebenaran firman Yesus itu. Poin ketiga agak sulit: kebenaran itu akan memerdekakan kamu. Bagaimana kebenaran itu memerdekakan? Tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Cara pemahaman saya sederhana. Kalau dalam latihan ilmu berhitung kita tidak tahu jawaban sebuah soal, maka kita belum sampai kepada kebenaran. Keadaan itu amat membelenggu dan menyesakkan pikiran dan dada kita. Kita baru bisa menikmati kelegaan kalau kita menemukan jawaban yang benar dari sebuah soal. Mungkin analogi ini tidak begitu tepat. Tetapi dimensi liberatif dari hal mendengar dan berdiam dalam firman Yesus hanya bisa dirasakan oleh orang yang benar-benar hidup dalam firman itu, dan diilhami olehnya.


SELASA, 31 MARET 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Bil.21:4-9; Mzm.102:2-3.16-18.19-21; Yoh.8:21-30.


Injil hari ini termasuk salah satu perikop sulit dam rumit dalam injil Yohanes. Yesus menegaskan bahwa diriNya bukan berasal dari dunia ini. Ini sebuah kristologi Yohanes yang tidak mudah dipahami. Setelah dalam bagian sebelumnya, Yesus menyatakan diri sebagai terang dunia (lux mundi), sekarang Yesus menyatakan mengenai asalNya. Ia mengatakan bahwa Ia tidak berasal dari dunia ini. Hal itu dipertentangkanNya dengan orang Farisi yang dikatakan berasal dari bawah, yaitu dari dunia ini. Tidak mudah orang Farisi memahami rangkaian ucapan ini. Tetapi Yesus mengatakan bahwa Ia tidak berasal dari dunia ini, karena Ia berasal dari atas, yaitu dari Bapa. Segala sesuatu yang Ia katakan dan kerjakan, semuanya berasal dari Bapa. Dari perspektif sekarang ini, semuanya itu tetap merupakan misteri, sebuah rahasia. Baru akan disingkapkan semuanya kalau terjadi peninggian di salib (exaltatio). Peninggian di atas salib itulah yang nanti akan menyingkapkan semua jati diri Yesus. Mudah-mudahan pada saat itu, semua orang sudah bisa mengenal Yesus. Dalam perjalanan masa prapaskah ini, kita memang sedang berarak ke salib. Semoga puncak Golgota itu juga menjadi puncak gunung pewahyuan bagi kita akan misteri peristiwa Yesus itu sendiri.


SENIN, 30 MARET 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Dan.13:1-9.15-17.19-30.33-62 (41c-62); Mzm.23:1-3a.3b-4.5.6; Yoh.8:1-11.


Injil hari ini amat terkenal. Judulnya: Perempuan yang berzina. Teks ini terkenal karena hanya terdapat dalam Yohanes saja. Ada perempuan yang diseret ke hadapan Yesus karena dituduh berbuat zinah. Menurut Taurat, perempuan seperti itu harus dihukum mati dengan dirajam. Bagaimana sikap Yesus? Kisah ini dikisahkan Yohanes dengan memakai model Daniel dalam Perjanjian Lama yang membebaskan Suzana dari dua pria hidung belang yang mendakwanya dengan tuduhan palsu. Yesus ditampilkan Yohanes sebagai orang bijaksana yang tidak terkecoh oleh ulah orang yang mau memplintir hukum demi kepentingan dan kesenangan mereka sendiri dan mengorbankan pihak lemah. Yesus ditampilkan Yohanes sebagai pembela perempuan. Teks ini jangan dibaca sebagai sikap moral Yesus yang longgar yang seakan membiarkan orang berdosa tidak dihukum. Sama sekali tidak. Maka terkenallah ucapan Yesus di sini: Barangsiapa yang tidak berdosa silahkan lempar batu pertama. Tentu tidak ada yang berani karena semuanya pendosa, apalagi yang tua-tua. Yesus mengampuni perempuan itu. Bekal pengampunan itu kiranya menjadi daya bagi perempuan itu untuk mulai mengubah cara hidupnya: Tidak lagi menjadi budak dosa. Dan itu tidak main-main.