Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. 1Raj.17:10-16; Mzm.146:7.8-9a.9bc-10; Ibr.9:24-28; Mrk.12:38-44.
Hari Minggu Biasa XXXIII. Injil hari ini membahas dua hal: Pertama, tentang nasihat Yesus agar para muridNya berhati-hati terhadap ahli-ahli Taurat. Kedua, tentang persembahan seorang janda miskin. Dengan jelas dan lantang Yesus mengecam ahli Taurat yang melakukan banyak hal saleh secara mencolok, agar bisa dilihat orang dan karena itu mendapat pujian. Mereka gila hormat, suka menonjolkan diri di rumah ibadat, mencari tempat terhormat dalam perjamuan. Mereka juga melakukan eksploitasi atas para janda yang lemah yang seharusnya dilindungi. Doa mereka dipakai untuk mengelabui mata orang. Doa dipakai sebagai alat bantu untuk mengecoh orang. Dalam bagian kedua, Yesus mengisahkan tentang persembahan seorang janda miskin. Di sini dibandingkan dua perilaku, antara orang kaya, dan orang miskin, yang kebetulan janda pula. Orang kaya memberi dalam jumlah yang besar, tetapi belum segala-galanya. Janda miskin itu hanya memberi sangat sedikit, tetapi itulah segala-galanya yang ia miliki. Tidak ada lagi yang tersisa. Bac.I mengisahkan tentang Elia dan janda di Sarfat itu. Daerah itu dilanda kekeringan, dan kelaparan. Tetapi berkat penyelenggaraan Allah lewat nabi Elia, sang janda itu dapat bertahan hidup dari hari ke hari, lewat “penggandaan” tepung dan minyak secara ajaib. Dengan berbuat baik kepada Elia, sang janda itu mengalami mukjizat yang tidak terkira, yang menyebabkan mereka mampu bertahan hidup melewati masa kelaparan. Memberi tidak membuat orang menjadi miskin atau berkekurangan. Inilah paradoks yang dialami si janda ini. Itulah mukjizat yang dialami si janda itu. Bac.II berbicara tentang Kristus sebagai pengantara perjanjian baru. Ia adalah Imam Besar yang mempersembahkan diriNya satu kali dan untuk selamaNya. Korban itulah yang mendatangkan berkat dan keselamatan.
Rabu, 16 September 2009
MINGGU, 01 NOVEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Why.7:2-4.9-14; Mzm.24:1-2.3-4ab.5-6; 1Yoh.3:1-3; Mat.5:1-12a.
Minggu Biasa XXXI. Hari Raya Semua Orang Kudus. Injil hari ini berbicara tentang Ucapan atau sabda Bahagia yang sangat terkenal itu. Juga dikenal dengan sebutan kotbah di Bukit. Tentu menarik untuk ditanyakan: mengapa Injil ini yang dibacakan pada hari Raya ini? Jawabannya jelas dan sederhana. Sebab orang kudus adalah orang yang sudah mengalami situasi berbahagia itu. Kita yakin mereka sudah hidup bahagia dalam terang abadi di hadapan Allah. Dalam hidupnya di dunia ini mereka sudah mengalami situasi negatif dan mereka tabah mengarunginya, dan sekarang mereka mendapat pahala dalam kerajaan surga. Dalam hidup di dunia ini mereka telah berjuang untuk hidup yang penuh kebajikan, maka sekarang mereka dapat menikmati hidup di hadapan hadirat Allah juga. Luar biasa. Mengapa perlu hari khusus untuk hari raya ini sebab sepanjang tahun sudah ada pesta orang kudus? Itu karena ada orang kudus yang hanya diketahui Allah saya, yang nama dan mutu kekudusannya hanya diketahui Allah saja. Untuk menghormati mereka inilah maka gereja menyediakan hari khusus untuk itu. Bac.I mementaskan penglihatan yang dilihat Yohanes. Ia melihat orang banyak yang berjubah putih yang hidup di hadirat Allah seraya memuji dan memuliakan Allah selama-lamanya. Dikatakan bahwa mereka ini telah keluar dari kesusahan dan telah mencuci jubah mereka dalam darah Anak Domba. Itulah para kudus yang hidup selamanya di hadapan Allah. Bac.II mengisahkan mengenai anak Allah. Kita menjadi anak Allah berkat Kristus. Yang memungkinkan semua itu terjadi ialah hidup dalam pengharapan. Semoga kita mampu menerima tantangan hidup dalam pengharapan itu.
BcE. Why.7:2-4.9-14; Mzm.24:1-2.3-4ab.5-6; 1Yoh.3:1-3; Mat.5:1-12a.
Minggu Biasa XXXI. Hari Raya Semua Orang Kudus. Injil hari ini berbicara tentang Ucapan atau sabda Bahagia yang sangat terkenal itu. Juga dikenal dengan sebutan kotbah di Bukit. Tentu menarik untuk ditanyakan: mengapa Injil ini yang dibacakan pada hari Raya ini? Jawabannya jelas dan sederhana. Sebab orang kudus adalah orang yang sudah mengalami situasi berbahagia itu. Kita yakin mereka sudah hidup bahagia dalam terang abadi di hadapan Allah. Dalam hidupnya di dunia ini mereka sudah mengalami situasi negatif dan mereka tabah mengarunginya, dan sekarang mereka mendapat pahala dalam kerajaan surga. Dalam hidup di dunia ini mereka telah berjuang untuk hidup yang penuh kebajikan, maka sekarang mereka dapat menikmati hidup di hadapan hadirat Allah juga. Luar biasa. Mengapa perlu hari khusus untuk hari raya ini sebab sepanjang tahun sudah ada pesta orang kudus? Itu karena ada orang kudus yang hanya diketahui Allah saya, yang nama dan mutu kekudusannya hanya diketahui Allah saja. Untuk menghormati mereka inilah maka gereja menyediakan hari khusus untuk itu. Bac.I mementaskan penglihatan yang dilihat Yohanes. Ia melihat orang banyak yang berjubah putih yang hidup di hadirat Allah seraya memuji dan memuliakan Allah selama-lamanya. Dikatakan bahwa mereka ini telah keluar dari kesusahan dan telah mencuci jubah mereka dalam darah Anak Domba. Itulah para kudus yang hidup selamanya di hadapan Allah. Bac.II mengisahkan mengenai anak Allah. Kita menjadi anak Allah berkat Kristus. Yang memungkinkan semua itu terjadi ialah hidup dalam pengharapan. Semoga kita mampu menerima tantangan hidup dalam pengharapan itu.
MINGGU, 25 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Yer.31:7-9; Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibr.5:1-6; Mrk.10:46-52.
Hari ini hari Minggu Biasa XXX. Injil hari ini berbicara tentang kisah penyembuhan seorang yang bernama Bartimeus. Ia seorang pengemis buta, yang setiap hari duduk di pinggir jalan. Dari desas-desus ia mendengar bahwa Yesus akan lewat di dekat tempat ia duduk. Ia tidak mau melewatkan kesempatan emas itu. Ia mau menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Maka ia pun berseru mengucapkan nama Yesus. Ia memohon agar Yesus sudi mengasihi dirinya. Tiada hentinya ia memohon hal itu. Orang ini menjadi model orang yang tekun meminta, tiada peduli apa kata orang. Dan ketekunan itu akhirnya berbuah. Suaranya didengarkan Yesus. Yesus memanggilnya. Permohonan dia hanya satu: Domine ut videat. Tuhan semoga aku dapat melihat. Ini adalah sebuah kerinduan orang buta yaitu agar ia bisa melihat. Permohonannya itu langsung dikabulkan Yesus. Dikatakan dalam injil bahwa penglihatan orang itu langsung sembuh. Bac.I hari ini mengisahkan sebuah perjanjian baru yang akan diikat Yahweh dengan umatNya. Umat yang dibuang akan dibawanya kembali ke tanah terjanji. Itulah keselamatan. Tuhan mengambil inisiatif mengadakan pembaharuan umatNya. Di antara umatNya ada yang buta, ada yang lumpuh, ada perempuan yang mengandung. Mereka semua akan dibawa ke tanah terjanji dan di sana menghayati sebuah hidup baru, hidup dalam perjanjian baru. Bac.II, mementaskan peranan Imam Besar Yesus Kristus. Martabat itu diberikan kepadaNya oleh Allah. Yesus Kristus dimuliakan oleh Bapa. Yesus itulah yang diwartakan dalam injil membawa pemulihan atas mata orang buta sehingga ia bisa melihat kembali. Kemampuan melihat kembali berarti orang masuk ke dalam suatu relasi baru, baik dengan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan alam, dan terutama dengan Allah. Tidak selalu mudah menghayati relasi baru itu.
BcE. Yer.31:7-9; Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibr.5:1-6; Mrk.10:46-52.
Hari ini hari Minggu Biasa XXX. Injil hari ini berbicara tentang kisah penyembuhan seorang yang bernama Bartimeus. Ia seorang pengemis buta, yang setiap hari duduk di pinggir jalan. Dari desas-desus ia mendengar bahwa Yesus akan lewat di dekat tempat ia duduk. Ia tidak mau melewatkan kesempatan emas itu. Ia mau menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Maka ia pun berseru mengucapkan nama Yesus. Ia memohon agar Yesus sudi mengasihi dirinya. Tiada hentinya ia memohon hal itu. Orang ini menjadi model orang yang tekun meminta, tiada peduli apa kata orang. Dan ketekunan itu akhirnya berbuah. Suaranya didengarkan Yesus. Yesus memanggilnya. Permohonan dia hanya satu: Domine ut videat. Tuhan semoga aku dapat melihat. Ini adalah sebuah kerinduan orang buta yaitu agar ia bisa melihat. Permohonannya itu langsung dikabulkan Yesus. Dikatakan dalam injil bahwa penglihatan orang itu langsung sembuh. Bac.I hari ini mengisahkan sebuah perjanjian baru yang akan diikat Yahweh dengan umatNya. Umat yang dibuang akan dibawanya kembali ke tanah terjanji. Itulah keselamatan. Tuhan mengambil inisiatif mengadakan pembaharuan umatNya. Di antara umatNya ada yang buta, ada yang lumpuh, ada perempuan yang mengandung. Mereka semua akan dibawa ke tanah terjanji dan di sana menghayati sebuah hidup baru, hidup dalam perjanjian baru. Bac.II, mementaskan peranan Imam Besar Yesus Kristus. Martabat itu diberikan kepadaNya oleh Allah. Yesus Kristus dimuliakan oleh Bapa. Yesus itulah yang diwartakan dalam injil membawa pemulihan atas mata orang buta sehingga ia bisa melihat kembali. Kemampuan melihat kembali berarti orang masuk ke dalam suatu relasi baru, baik dengan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan alam, dan terutama dengan Allah. Tidak selalu mudah menghayati relasi baru itu.
MINGGU, 18 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Yes.53:10-11; Mzm.33:4-5;18-19.20.22; Ibr.4:14-16; Mrk.10:35-45.
Hari ini Hari Minggu Biasa XXIX. Injil hari ini melukiskan dua hal. Pertama, permintaan Yakobus dan Yohanes. Kedua, prioritas melayani di atas memerintah. Dilukiskan bahwa kedua murid itu memohon satu permintaan kepada Yesus, agar mereka diperkenankan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus kelak di dalam kemuliaanNya. Ternyata hal itu ada syaratnya yang tidak ringan. Kedua murid itu pun menyanggupi bahwa mereka mampu memenuhi syarat itu. Yaitu lewat jalan penderitaan. Yesus tidak menyangkal kemampuan mereka menempuh lorong itu, tetapi hal duduk di sebelah kanan dan kiri ditentukan bagi orang yang telah disediakan untuk itu sedari kekal. Para murid menjadi marah mendengar hal itu. Dan inilah kesempatan bagi Yesus untuk menyampaikan nasihat atau petuah moralNya. Ia membeberkan etika politik yang berlaku bagi para bangsa: yaitu memerintah dengan kekerasan, atau memerintah dengan tangan besi. Itu berarti penindasan dan penghisapan. Tetapi bagi para pengikut Yesus yang berlaku ialah memerintah dengan melayani, prioritas melayani di atas memerintah. Mengapa demikian? Karena Anak Manusia juga sudah mencontohkan hal itu. Ini sebuah paradoks besar. Paradoks itu telah dipentaskan oleh sosok Hamba Tuhan itu (Bac.I). Hamba itu bisa melihat terang dan menjadi puas sesudah jiwanya dilanda kesusahan. Paradoks itu juga diarungi oleh sang Imam Besar (Bac.II). Maka dalam hal menjadi pengikut Yesus, tidak ada jalan lain bagi kita selain jalan pelayanan itu, jalan merendah, jalan menjadi yang terkecil. Jelas ini juga sebuah paradoks. Semoga kita sanggup menerima dan melaksanakannya.
BcE. Yes.53:10-11; Mzm.33:4-5;18-19.20.22; Ibr.4:14-16; Mrk.10:35-45.
Hari ini Hari Minggu Biasa XXIX. Injil hari ini melukiskan dua hal. Pertama, permintaan Yakobus dan Yohanes. Kedua, prioritas melayani di atas memerintah. Dilukiskan bahwa kedua murid itu memohon satu permintaan kepada Yesus, agar mereka diperkenankan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus kelak di dalam kemuliaanNya. Ternyata hal itu ada syaratnya yang tidak ringan. Kedua murid itu pun menyanggupi bahwa mereka mampu memenuhi syarat itu. Yaitu lewat jalan penderitaan. Yesus tidak menyangkal kemampuan mereka menempuh lorong itu, tetapi hal duduk di sebelah kanan dan kiri ditentukan bagi orang yang telah disediakan untuk itu sedari kekal. Para murid menjadi marah mendengar hal itu. Dan inilah kesempatan bagi Yesus untuk menyampaikan nasihat atau petuah moralNya. Ia membeberkan etika politik yang berlaku bagi para bangsa: yaitu memerintah dengan kekerasan, atau memerintah dengan tangan besi. Itu berarti penindasan dan penghisapan. Tetapi bagi para pengikut Yesus yang berlaku ialah memerintah dengan melayani, prioritas melayani di atas memerintah. Mengapa demikian? Karena Anak Manusia juga sudah mencontohkan hal itu. Ini sebuah paradoks besar. Paradoks itu telah dipentaskan oleh sosok Hamba Tuhan itu (Bac.I). Hamba itu bisa melihat terang dan menjadi puas sesudah jiwanya dilanda kesusahan. Paradoks itu juga diarungi oleh sang Imam Besar (Bac.II). Maka dalam hal menjadi pengikut Yesus, tidak ada jalan lain bagi kita selain jalan pelayanan itu, jalan merendah, jalan menjadi yang terkecil. Jelas ini juga sebuah paradoks. Semoga kita sanggup menerima dan melaksanakannya.
Jumat, 11 September 2009
SABTU, 12 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tim.1:15-17; Mzm.113:1-2.3-4.5a.6-7; Luk.6:43-49.
Hari ini ada peringatan wajib Maria dari Yesus (OCD) dan Petrus Tarentasiensis (OCSO). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, menyampaikan kepada kita dua hal besar. Pertama, mengenai pohon dan buahnya. Ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi di sini. Yaitu bahwa kita dapat mengenal sifat pohon dari buahnya. Sebab tidak ada buah yang baik yang keluar dari pohon yang buruk. Dengan kata lain, kita dikenal dan dicirikan (diidentifikasi) berdasarkan buah-buah dari perbuatan kita, terutama yang bersifat moral-sosial. Bukan terutama yang bersifat intelektual. Kedua, mengenai dua macam dasar. Ada beberapa hal penting juga yang disampaikan di sini. Yaitu bahwa apa yang terpenting ialah hal melakukan perintah Tuhan, dan bukan hanya sekadar menyebut nama Tuhan saja. Itu dua hal yang sangat berbeda satu sama lain. Kalau ada orang yang hanya menyebut nama Tuhan, tetapi tidak melakukan kehendak Tuhan, orang diibaratkan oleh Tuhan Yesus seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Memang rumah pasti bisa dibangun, tetapi landasannya sama sekali tidak kokoh. Hal itu segera terbukti ketika banjir bandang terjadi. Sebaliknya, orang yang menyebut nama Tuhan dan sekaligus juga melakukan perintah dan kehendaknya, orang itu diibaratkan dengan orang yang membangun rumah di atas batu karang. Rumah bisa didirikan. Itu pasti. Tetapi dapat dipastikan juga bahwa rumah itu mempunyai landasan yang sangat kokoh. Manakala banjir bandang tiba, maka ia akan tetap berdiri kokoh. Ini sebuah tawaran pilihan bersikap di hadapan kita. Tinggal kita mau memilih yang mana. Pohon yang baik? Ataukah pohon yang buruk? Ataukah rumah di atas landasan pasir? Atau rumah di atas landasan batu karang? Hanya anda sendiri yang tahu.
BcE: 1Tim.1:15-17; Mzm.113:1-2.3-4.5a.6-7; Luk.6:43-49.
Hari ini ada peringatan wajib Maria dari Yesus (OCD) dan Petrus Tarentasiensis (OCSO). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, menyampaikan kepada kita dua hal besar. Pertama, mengenai pohon dan buahnya. Ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi di sini. Yaitu bahwa kita dapat mengenal sifat pohon dari buahnya. Sebab tidak ada buah yang baik yang keluar dari pohon yang buruk. Dengan kata lain, kita dikenal dan dicirikan (diidentifikasi) berdasarkan buah-buah dari perbuatan kita, terutama yang bersifat moral-sosial. Bukan terutama yang bersifat intelektual. Kedua, mengenai dua macam dasar. Ada beberapa hal penting juga yang disampaikan di sini. Yaitu bahwa apa yang terpenting ialah hal melakukan perintah Tuhan, dan bukan hanya sekadar menyebut nama Tuhan saja. Itu dua hal yang sangat berbeda satu sama lain. Kalau ada orang yang hanya menyebut nama Tuhan, tetapi tidak melakukan kehendak Tuhan, orang diibaratkan oleh Tuhan Yesus seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Memang rumah pasti bisa dibangun, tetapi landasannya sama sekali tidak kokoh. Hal itu segera terbukti ketika banjir bandang terjadi. Sebaliknya, orang yang menyebut nama Tuhan dan sekaligus juga melakukan perintah dan kehendaknya, orang itu diibaratkan dengan orang yang membangun rumah di atas batu karang. Rumah bisa didirikan. Itu pasti. Tetapi dapat dipastikan juga bahwa rumah itu mempunyai landasan yang sangat kokoh. Manakala banjir bandang tiba, maka ia akan tetap berdiri kokoh. Ini sebuah tawaran pilihan bersikap di hadapan kita. Tinggal kita mau memilih yang mana. Pohon yang baik? Ataukah pohon yang buruk? Ataukah rumah di atas landasan pasir? Atau rumah di atas landasan batu karang? Hanya anda sendiri yang tahu.
JUM'AT, 11 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tim.1:1-2.12-14; Mzm.16:1.2a.5.7-8.11; Luk.6:39-42.
Hari ini ada peringatan Yohanes Gabriel Perboyre yang diperingati beberapa serikat hidup bakti (CM, HK, PK). Mari kita mengenang orang ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, mengajarkan beberapa hal kepada kita. Pertama, sebuah perumpamaan mengenai kenyataan bahwa orang buta tidak dapat menuntun orang buta. Sebab keduanya akan terjatuh dalam jurang. Kedua, mengenai kedudukan seorang guru dan murid. Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya. Paling banter ia hanya dapat menyamai sang guru. Ketiga, pelajaran mengenai hal introspeksi diri, kemampuan dan kemauan untuk terlebih dahulu melihat ke dalam diri sendiri, baru melihat keluar, kepada orang lain. Mungkin dengan cara itu kita akan bisa melihat kebobrokan kita sendiri, dan tidak cenderung menuding kebobrokan orang lain di luar sana. Maka menurut hemat saya, pesan injil ini tampak paling jelas dalam dua ayat terakhir: 41-42. Di sana Yesus menasihati kita agar terlebih dahulu melihat balok di mata sendiri, dan tidak tergesa-gesa melihat selumbar (serpihan kayu) dalam mata orang lain. Pelajaran ini sangat penting, mengingat kecenderungan kodrati manusia ialah terlebih dahulu dengan mudah menuding orang lain dan tidak suka menuding dan menuduh diri sendiri. Kita memang selalu cenderung melemparkan kesalahan kepada orang lain, sebuah dosa yang sudah ada sejak masa Adam dan Hawa dahulu. Ketika Tuhan bertanya kepada Adam, dari mana kamu tahu bahwa kamu telanjang, lalu dijawab karena kami makan buah pohon itu. Tetapi Adam melanjutkan bahwa ia mendapat buah itu dari perempuan yang engkau tempatkan di sisiku. Ketika Tuhan mengejar kepada Hawa, giliran Hawa lalu menunjuk ular yang akhirnya tidak dapat membela diri. Semoga injil har i ini dapat menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting dan berharga bagi hidup moral kita.
BcE: 1Tim.1:1-2.12-14; Mzm.16:1.2a.5.7-8.11; Luk.6:39-42.
Hari ini ada peringatan Yohanes Gabriel Perboyre yang diperingati beberapa serikat hidup bakti (CM, HK, PK). Mari kita mengenang orang ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, mengajarkan beberapa hal kepada kita. Pertama, sebuah perumpamaan mengenai kenyataan bahwa orang buta tidak dapat menuntun orang buta. Sebab keduanya akan terjatuh dalam jurang. Kedua, mengenai kedudukan seorang guru dan murid. Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya. Paling banter ia hanya dapat menyamai sang guru. Ketiga, pelajaran mengenai hal introspeksi diri, kemampuan dan kemauan untuk terlebih dahulu melihat ke dalam diri sendiri, baru melihat keluar, kepada orang lain. Mungkin dengan cara itu kita akan bisa melihat kebobrokan kita sendiri, dan tidak cenderung menuding kebobrokan orang lain di luar sana. Maka menurut hemat saya, pesan injil ini tampak paling jelas dalam dua ayat terakhir: 41-42. Di sana Yesus menasihati kita agar terlebih dahulu melihat balok di mata sendiri, dan tidak tergesa-gesa melihat selumbar (serpihan kayu) dalam mata orang lain. Pelajaran ini sangat penting, mengingat kecenderungan kodrati manusia ialah terlebih dahulu dengan mudah menuding orang lain dan tidak suka menuding dan menuduh diri sendiri. Kita memang selalu cenderung melemparkan kesalahan kepada orang lain, sebuah dosa yang sudah ada sejak masa Adam dan Hawa dahulu. Ketika Tuhan bertanya kepada Adam, dari mana kamu tahu bahwa kamu telanjang, lalu dijawab karena kami makan buah pohon itu. Tetapi Adam melanjutkan bahwa ia mendapat buah itu dari perempuan yang engkau tempatkan di sisiku. Ketika Tuhan mengejar kepada Hawa, giliran Hawa lalu menunjuk ular yang akhirnya tidak dapat membela diri. Semoga injil har i ini dapat menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting dan berharga bagi hidup moral kita.
KAMIS, 10 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kol.3:12-17; Mzm.150:1-2.3-4.5-6; Luk.6:27-38.
Hari ini ada Pesta S.Nikolaus Tolentino, Oglerius, Fransiskus Garate. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, tentu saja sangat menarik perhatian karena judulnya yang menantang: Kasihilah musuhmu. Dengan kata lain, injil hari ini mengajarkan kepada kita agar kita mau dan mampu mengasihi musuh. Tentu saja ini tidak serba mudah. Ya, mencintai musuh itu tidak mudah. Apalagi kalau musuh itu bukan musuh sembarangan melainkan musush yang sudah pernah mencelakakan hidup kita. Jelas ini sebuah perintah yang sangat mulia. Di tengah maraknya situasi terorisme dan kebencian dan saling curiga dalam relasi dengan sesama manusia, teks ini menjadi sangat penting untuk dibaca, dikaji, dan direnungkan bersama. Ini sebuah perintah moral untuk mengasihi. Tidak mudah memang. Tetapi Yesus mewajibkan kepada kita untuk melaksanakan hal itu. Pengampunan itu tidak mudah. Orang sering mengatakan: I can forgive, but I cannot forget. Itulah yang menjadi masalahnya. Tetapi di dalam Tuhan, hal itu mungkin. Sebab hanya Tuhan sendiri yang bisa mengampuni. Mungkin itu sebabnya dari atas salib Yesus pun berdoa: Ya Bapa, ya Abba, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Menurut Yesus, kemampuan mengasihi musuh adalah sebuah panggilan etis. Kemampuan itu menjadi ciri khas para pengikut Yesus. Yang sebaliknya, tentu bukan murid Yesus. Tetapi sekali lagi, hal itu tidak mudah. Tetapi semoga dengan bantuan Allah kita bisa melakukan hal itu.
BcE: Kol.3:12-17; Mzm.150:1-2.3-4.5-6; Luk.6:27-38.
Hari ini ada Pesta S.Nikolaus Tolentino, Oglerius, Fransiskus Garate. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, tentu saja sangat menarik perhatian karena judulnya yang menantang: Kasihilah musuhmu. Dengan kata lain, injil hari ini mengajarkan kepada kita agar kita mau dan mampu mengasihi musuh. Tentu saja ini tidak serba mudah. Ya, mencintai musuh itu tidak mudah. Apalagi kalau musuh itu bukan musuh sembarangan melainkan musush yang sudah pernah mencelakakan hidup kita. Jelas ini sebuah perintah yang sangat mulia. Di tengah maraknya situasi terorisme dan kebencian dan saling curiga dalam relasi dengan sesama manusia, teks ini menjadi sangat penting untuk dibaca, dikaji, dan direnungkan bersama. Ini sebuah perintah moral untuk mengasihi. Tidak mudah memang. Tetapi Yesus mewajibkan kepada kita untuk melaksanakan hal itu. Pengampunan itu tidak mudah. Orang sering mengatakan: I can forgive, but I cannot forget. Itulah yang menjadi masalahnya. Tetapi di dalam Tuhan, hal itu mungkin. Sebab hanya Tuhan sendiri yang bisa mengampuni. Mungkin itu sebabnya dari atas salib Yesus pun berdoa: Ya Bapa, ya Abba, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Menurut Yesus, kemampuan mengasihi musuh adalah sebuah panggilan etis. Kemampuan itu menjadi ciri khas para pengikut Yesus. Yang sebaliknya, tentu bukan murid Yesus. Tetapi sekali lagi, hal itu tidak mudah. Tetapi semoga dengan bantuan Allah kita bisa melakukan hal itu.
Langganan:
Postingan (Atom)