Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. 1Raj.17:10-16; Mzm.146:7.8-9a.9bc-10; Ibr.9:24-28; Mrk.12:38-44.
Hari Minggu Biasa XXXIII. Injil hari ini membahas dua hal: Pertama, tentang nasihat Yesus agar para muridNya berhati-hati terhadap ahli-ahli Taurat. Kedua, tentang persembahan seorang janda miskin. Dengan jelas dan lantang Yesus mengecam ahli Taurat yang melakukan banyak hal saleh secara mencolok, agar bisa dilihat orang dan karena itu mendapat pujian. Mereka gila hormat, suka menonjolkan diri di rumah ibadat, mencari tempat terhormat dalam perjamuan. Mereka juga melakukan eksploitasi atas para janda yang lemah yang seharusnya dilindungi. Doa mereka dipakai untuk mengelabui mata orang. Doa dipakai sebagai alat bantu untuk mengecoh orang. Dalam bagian kedua, Yesus mengisahkan tentang persembahan seorang janda miskin. Di sini dibandingkan dua perilaku, antara orang kaya, dan orang miskin, yang kebetulan janda pula. Orang kaya memberi dalam jumlah yang besar, tetapi belum segala-galanya. Janda miskin itu hanya memberi sangat sedikit, tetapi itulah segala-galanya yang ia miliki. Tidak ada lagi yang tersisa. Bac.I mengisahkan tentang Elia dan janda di Sarfat itu. Daerah itu dilanda kekeringan, dan kelaparan. Tetapi berkat penyelenggaraan Allah lewat nabi Elia, sang janda itu dapat bertahan hidup dari hari ke hari, lewat “penggandaan” tepung dan minyak secara ajaib. Dengan berbuat baik kepada Elia, sang janda itu mengalami mukjizat yang tidak terkira, yang menyebabkan mereka mampu bertahan hidup melewati masa kelaparan. Memberi tidak membuat orang menjadi miskin atau berkekurangan. Inilah paradoks yang dialami si janda ini. Itulah mukjizat yang dialami si janda itu. Bac.II berbicara tentang Kristus sebagai pengantara perjanjian baru. Ia adalah Imam Besar yang mempersembahkan diriNya satu kali dan untuk selamaNya. Korban itulah yang mendatangkan berkat dan keselamatan.
Rabu, 16 September 2009
MINGGU, 01 NOVEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Why.7:2-4.9-14; Mzm.24:1-2.3-4ab.5-6; 1Yoh.3:1-3; Mat.5:1-12a.
Minggu Biasa XXXI. Hari Raya Semua Orang Kudus. Injil hari ini berbicara tentang Ucapan atau sabda Bahagia yang sangat terkenal itu. Juga dikenal dengan sebutan kotbah di Bukit. Tentu menarik untuk ditanyakan: mengapa Injil ini yang dibacakan pada hari Raya ini? Jawabannya jelas dan sederhana. Sebab orang kudus adalah orang yang sudah mengalami situasi berbahagia itu. Kita yakin mereka sudah hidup bahagia dalam terang abadi di hadapan Allah. Dalam hidupnya di dunia ini mereka sudah mengalami situasi negatif dan mereka tabah mengarunginya, dan sekarang mereka mendapat pahala dalam kerajaan surga. Dalam hidup di dunia ini mereka telah berjuang untuk hidup yang penuh kebajikan, maka sekarang mereka dapat menikmati hidup di hadapan hadirat Allah juga. Luar biasa. Mengapa perlu hari khusus untuk hari raya ini sebab sepanjang tahun sudah ada pesta orang kudus? Itu karena ada orang kudus yang hanya diketahui Allah saya, yang nama dan mutu kekudusannya hanya diketahui Allah saja. Untuk menghormati mereka inilah maka gereja menyediakan hari khusus untuk itu. Bac.I mementaskan penglihatan yang dilihat Yohanes. Ia melihat orang banyak yang berjubah putih yang hidup di hadirat Allah seraya memuji dan memuliakan Allah selama-lamanya. Dikatakan bahwa mereka ini telah keluar dari kesusahan dan telah mencuci jubah mereka dalam darah Anak Domba. Itulah para kudus yang hidup selamanya di hadapan Allah. Bac.II mengisahkan mengenai anak Allah. Kita menjadi anak Allah berkat Kristus. Yang memungkinkan semua itu terjadi ialah hidup dalam pengharapan. Semoga kita mampu menerima tantangan hidup dalam pengharapan itu.
BcE. Why.7:2-4.9-14; Mzm.24:1-2.3-4ab.5-6; 1Yoh.3:1-3; Mat.5:1-12a.
Minggu Biasa XXXI. Hari Raya Semua Orang Kudus. Injil hari ini berbicara tentang Ucapan atau sabda Bahagia yang sangat terkenal itu. Juga dikenal dengan sebutan kotbah di Bukit. Tentu menarik untuk ditanyakan: mengapa Injil ini yang dibacakan pada hari Raya ini? Jawabannya jelas dan sederhana. Sebab orang kudus adalah orang yang sudah mengalami situasi berbahagia itu. Kita yakin mereka sudah hidup bahagia dalam terang abadi di hadapan Allah. Dalam hidupnya di dunia ini mereka sudah mengalami situasi negatif dan mereka tabah mengarunginya, dan sekarang mereka mendapat pahala dalam kerajaan surga. Dalam hidup di dunia ini mereka telah berjuang untuk hidup yang penuh kebajikan, maka sekarang mereka dapat menikmati hidup di hadapan hadirat Allah juga. Luar biasa. Mengapa perlu hari khusus untuk hari raya ini sebab sepanjang tahun sudah ada pesta orang kudus? Itu karena ada orang kudus yang hanya diketahui Allah saya, yang nama dan mutu kekudusannya hanya diketahui Allah saja. Untuk menghormati mereka inilah maka gereja menyediakan hari khusus untuk itu. Bac.I mementaskan penglihatan yang dilihat Yohanes. Ia melihat orang banyak yang berjubah putih yang hidup di hadirat Allah seraya memuji dan memuliakan Allah selama-lamanya. Dikatakan bahwa mereka ini telah keluar dari kesusahan dan telah mencuci jubah mereka dalam darah Anak Domba. Itulah para kudus yang hidup selamanya di hadapan Allah. Bac.II mengisahkan mengenai anak Allah. Kita menjadi anak Allah berkat Kristus. Yang memungkinkan semua itu terjadi ialah hidup dalam pengharapan. Semoga kita mampu menerima tantangan hidup dalam pengharapan itu.
MINGGU, 25 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Yer.31:7-9; Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibr.5:1-6; Mrk.10:46-52.
Hari ini hari Minggu Biasa XXX. Injil hari ini berbicara tentang kisah penyembuhan seorang yang bernama Bartimeus. Ia seorang pengemis buta, yang setiap hari duduk di pinggir jalan. Dari desas-desus ia mendengar bahwa Yesus akan lewat di dekat tempat ia duduk. Ia tidak mau melewatkan kesempatan emas itu. Ia mau menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Maka ia pun berseru mengucapkan nama Yesus. Ia memohon agar Yesus sudi mengasihi dirinya. Tiada hentinya ia memohon hal itu. Orang ini menjadi model orang yang tekun meminta, tiada peduli apa kata orang. Dan ketekunan itu akhirnya berbuah. Suaranya didengarkan Yesus. Yesus memanggilnya. Permohonan dia hanya satu: Domine ut videat. Tuhan semoga aku dapat melihat. Ini adalah sebuah kerinduan orang buta yaitu agar ia bisa melihat. Permohonannya itu langsung dikabulkan Yesus. Dikatakan dalam injil bahwa penglihatan orang itu langsung sembuh. Bac.I hari ini mengisahkan sebuah perjanjian baru yang akan diikat Yahweh dengan umatNya. Umat yang dibuang akan dibawanya kembali ke tanah terjanji. Itulah keselamatan. Tuhan mengambil inisiatif mengadakan pembaharuan umatNya. Di antara umatNya ada yang buta, ada yang lumpuh, ada perempuan yang mengandung. Mereka semua akan dibawa ke tanah terjanji dan di sana menghayati sebuah hidup baru, hidup dalam perjanjian baru. Bac.II, mementaskan peranan Imam Besar Yesus Kristus. Martabat itu diberikan kepadaNya oleh Allah. Yesus Kristus dimuliakan oleh Bapa. Yesus itulah yang diwartakan dalam injil membawa pemulihan atas mata orang buta sehingga ia bisa melihat kembali. Kemampuan melihat kembali berarti orang masuk ke dalam suatu relasi baru, baik dengan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan alam, dan terutama dengan Allah. Tidak selalu mudah menghayati relasi baru itu.
BcE. Yer.31:7-9; Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Ibr.5:1-6; Mrk.10:46-52.
Hari ini hari Minggu Biasa XXX. Injil hari ini berbicara tentang kisah penyembuhan seorang yang bernama Bartimeus. Ia seorang pengemis buta, yang setiap hari duduk di pinggir jalan. Dari desas-desus ia mendengar bahwa Yesus akan lewat di dekat tempat ia duduk. Ia tidak mau melewatkan kesempatan emas itu. Ia mau menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Maka ia pun berseru mengucapkan nama Yesus. Ia memohon agar Yesus sudi mengasihi dirinya. Tiada hentinya ia memohon hal itu. Orang ini menjadi model orang yang tekun meminta, tiada peduli apa kata orang. Dan ketekunan itu akhirnya berbuah. Suaranya didengarkan Yesus. Yesus memanggilnya. Permohonan dia hanya satu: Domine ut videat. Tuhan semoga aku dapat melihat. Ini adalah sebuah kerinduan orang buta yaitu agar ia bisa melihat. Permohonannya itu langsung dikabulkan Yesus. Dikatakan dalam injil bahwa penglihatan orang itu langsung sembuh. Bac.I hari ini mengisahkan sebuah perjanjian baru yang akan diikat Yahweh dengan umatNya. Umat yang dibuang akan dibawanya kembali ke tanah terjanji. Itulah keselamatan. Tuhan mengambil inisiatif mengadakan pembaharuan umatNya. Di antara umatNya ada yang buta, ada yang lumpuh, ada perempuan yang mengandung. Mereka semua akan dibawa ke tanah terjanji dan di sana menghayati sebuah hidup baru, hidup dalam perjanjian baru. Bac.II, mementaskan peranan Imam Besar Yesus Kristus. Martabat itu diberikan kepadaNya oleh Allah. Yesus Kristus dimuliakan oleh Bapa. Yesus itulah yang diwartakan dalam injil membawa pemulihan atas mata orang buta sehingga ia bisa melihat kembali. Kemampuan melihat kembali berarti orang masuk ke dalam suatu relasi baru, baik dengan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan alam, dan terutama dengan Allah. Tidak selalu mudah menghayati relasi baru itu.
MINGGU, 18 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Yes.53:10-11; Mzm.33:4-5;18-19.20.22; Ibr.4:14-16; Mrk.10:35-45.
Hari ini Hari Minggu Biasa XXIX. Injil hari ini melukiskan dua hal. Pertama, permintaan Yakobus dan Yohanes. Kedua, prioritas melayani di atas memerintah. Dilukiskan bahwa kedua murid itu memohon satu permintaan kepada Yesus, agar mereka diperkenankan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus kelak di dalam kemuliaanNya. Ternyata hal itu ada syaratnya yang tidak ringan. Kedua murid itu pun menyanggupi bahwa mereka mampu memenuhi syarat itu. Yaitu lewat jalan penderitaan. Yesus tidak menyangkal kemampuan mereka menempuh lorong itu, tetapi hal duduk di sebelah kanan dan kiri ditentukan bagi orang yang telah disediakan untuk itu sedari kekal. Para murid menjadi marah mendengar hal itu. Dan inilah kesempatan bagi Yesus untuk menyampaikan nasihat atau petuah moralNya. Ia membeberkan etika politik yang berlaku bagi para bangsa: yaitu memerintah dengan kekerasan, atau memerintah dengan tangan besi. Itu berarti penindasan dan penghisapan. Tetapi bagi para pengikut Yesus yang berlaku ialah memerintah dengan melayani, prioritas melayani di atas memerintah. Mengapa demikian? Karena Anak Manusia juga sudah mencontohkan hal itu. Ini sebuah paradoks besar. Paradoks itu telah dipentaskan oleh sosok Hamba Tuhan itu (Bac.I). Hamba itu bisa melihat terang dan menjadi puas sesudah jiwanya dilanda kesusahan. Paradoks itu juga diarungi oleh sang Imam Besar (Bac.II). Maka dalam hal menjadi pengikut Yesus, tidak ada jalan lain bagi kita selain jalan pelayanan itu, jalan merendah, jalan menjadi yang terkecil. Jelas ini juga sebuah paradoks. Semoga kita sanggup menerima dan melaksanakannya.
BcE. Yes.53:10-11; Mzm.33:4-5;18-19.20.22; Ibr.4:14-16; Mrk.10:35-45.
Hari ini Hari Minggu Biasa XXIX. Injil hari ini melukiskan dua hal. Pertama, permintaan Yakobus dan Yohanes. Kedua, prioritas melayani di atas memerintah. Dilukiskan bahwa kedua murid itu memohon satu permintaan kepada Yesus, agar mereka diperkenankan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus kelak di dalam kemuliaanNya. Ternyata hal itu ada syaratnya yang tidak ringan. Kedua murid itu pun menyanggupi bahwa mereka mampu memenuhi syarat itu. Yaitu lewat jalan penderitaan. Yesus tidak menyangkal kemampuan mereka menempuh lorong itu, tetapi hal duduk di sebelah kanan dan kiri ditentukan bagi orang yang telah disediakan untuk itu sedari kekal. Para murid menjadi marah mendengar hal itu. Dan inilah kesempatan bagi Yesus untuk menyampaikan nasihat atau petuah moralNya. Ia membeberkan etika politik yang berlaku bagi para bangsa: yaitu memerintah dengan kekerasan, atau memerintah dengan tangan besi. Itu berarti penindasan dan penghisapan. Tetapi bagi para pengikut Yesus yang berlaku ialah memerintah dengan melayani, prioritas melayani di atas memerintah. Mengapa demikian? Karena Anak Manusia juga sudah mencontohkan hal itu. Ini sebuah paradoks besar. Paradoks itu telah dipentaskan oleh sosok Hamba Tuhan itu (Bac.I). Hamba itu bisa melihat terang dan menjadi puas sesudah jiwanya dilanda kesusahan. Paradoks itu juga diarungi oleh sang Imam Besar (Bac.II). Maka dalam hal menjadi pengikut Yesus, tidak ada jalan lain bagi kita selain jalan pelayanan itu, jalan merendah, jalan menjadi yang terkecil. Jelas ini juga sebuah paradoks. Semoga kita sanggup menerima dan melaksanakannya.
Jumat, 11 September 2009
SABTU, 12 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tim.1:15-17; Mzm.113:1-2.3-4.5a.6-7; Luk.6:43-49.
Hari ini ada peringatan wajib Maria dari Yesus (OCD) dan Petrus Tarentasiensis (OCSO). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, menyampaikan kepada kita dua hal besar. Pertama, mengenai pohon dan buahnya. Ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi di sini. Yaitu bahwa kita dapat mengenal sifat pohon dari buahnya. Sebab tidak ada buah yang baik yang keluar dari pohon yang buruk. Dengan kata lain, kita dikenal dan dicirikan (diidentifikasi) berdasarkan buah-buah dari perbuatan kita, terutama yang bersifat moral-sosial. Bukan terutama yang bersifat intelektual. Kedua, mengenai dua macam dasar. Ada beberapa hal penting juga yang disampaikan di sini. Yaitu bahwa apa yang terpenting ialah hal melakukan perintah Tuhan, dan bukan hanya sekadar menyebut nama Tuhan saja. Itu dua hal yang sangat berbeda satu sama lain. Kalau ada orang yang hanya menyebut nama Tuhan, tetapi tidak melakukan kehendak Tuhan, orang diibaratkan oleh Tuhan Yesus seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Memang rumah pasti bisa dibangun, tetapi landasannya sama sekali tidak kokoh. Hal itu segera terbukti ketika banjir bandang terjadi. Sebaliknya, orang yang menyebut nama Tuhan dan sekaligus juga melakukan perintah dan kehendaknya, orang itu diibaratkan dengan orang yang membangun rumah di atas batu karang. Rumah bisa didirikan. Itu pasti. Tetapi dapat dipastikan juga bahwa rumah itu mempunyai landasan yang sangat kokoh. Manakala banjir bandang tiba, maka ia akan tetap berdiri kokoh. Ini sebuah tawaran pilihan bersikap di hadapan kita. Tinggal kita mau memilih yang mana. Pohon yang baik? Ataukah pohon yang buruk? Ataukah rumah di atas landasan pasir? Atau rumah di atas landasan batu karang? Hanya anda sendiri yang tahu.
BcE: 1Tim.1:15-17; Mzm.113:1-2.3-4.5a.6-7; Luk.6:43-49.
Hari ini ada peringatan wajib Maria dari Yesus (OCD) dan Petrus Tarentasiensis (OCSO). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, menyampaikan kepada kita dua hal besar. Pertama, mengenai pohon dan buahnya. Ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi di sini. Yaitu bahwa kita dapat mengenal sifat pohon dari buahnya. Sebab tidak ada buah yang baik yang keluar dari pohon yang buruk. Dengan kata lain, kita dikenal dan dicirikan (diidentifikasi) berdasarkan buah-buah dari perbuatan kita, terutama yang bersifat moral-sosial. Bukan terutama yang bersifat intelektual. Kedua, mengenai dua macam dasar. Ada beberapa hal penting juga yang disampaikan di sini. Yaitu bahwa apa yang terpenting ialah hal melakukan perintah Tuhan, dan bukan hanya sekadar menyebut nama Tuhan saja. Itu dua hal yang sangat berbeda satu sama lain. Kalau ada orang yang hanya menyebut nama Tuhan, tetapi tidak melakukan kehendak Tuhan, orang diibaratkan oleh Tuhan Yesus seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Memang rumah pasti bisa dibangun, tetapi landasannya sama sekali tidak kokoh. Hal itu segera terbukti ketika banjir bandang terjadi. Sebaliknya, orang yang menyebut nama Tuhan dan sekaligus juga melakukan perintah dan kehendaknya, orang itu diibaratkan dengan orang yang membangun rumah di atas batu karang. Rumah bisa didirikan. Itu pasti. Tetapi dapat dipastikan juga bahwa rumah itu mempunyai landasan yang sangat kokoh. Manakala banjir bandang tiba, maka ia akan tetap berdiri kokoh. Ini sebuah tawaran pilihan bersikap di hadapan kita. Tinggal kita mau memilih yang mana. Pohon yang baik? Ataukah pohon yang buruk? Ataukah rumah di atas landasan pasir? Atau rumah di atas landasan batu karang? Hanya anda sendiri yang tahu.
JUM'AT, 11 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: 1Tim.1:1-2.12-14; Mzm.16:1.2a.5.7-8.11; Luk.6:39-42.
Hari ini ada peringatan Yohanes Gabriel Perboyre yang diperingati beberapa serikat hidup bakti (CM, HK, PK). Mari kita mengenang orang ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, mengajarkan beberapa hal kepada kita. Pertama, sebuah perumpamaan mengenai kenyataan bahwa orang buta tidak dapat menuntun orang buta. Sebab keduanya akan terjatuh dalam jurang. Kedua, mengenai kedudukan seorang guru dan murid. Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya. Paling banter ia hanya dapat menyamai sang guru. Ketiga, pelajaran mengenai hal introspeksi diri, kemampuan dan kemauan untuk terlebih dahulu melihat ke dalam diri sendiri, baru melihat keluar, kepada orang lain. Mungkin dengan cara itu kita akan bisa melihat kebobrokan kita sendiri, dan tidak cenderung menuding kebobrokan orang lain di luar sana. Maka menurut hemat saya, pesan injil ini tampak paling jelas dalam dua ayat terakhir: 41-42. Di sana Yesus menasihati kita agar terlebih dahulu melihat balok di mata sendiri, dan tidak tergesa-gesa melihat selumbar (serpihan kayu) dalam mata orang lain. Pelajaran ini sangat penting, mengingat kecenderungan kodrati manusia ialah terlebih dahulu dengan mudah menuding orang lain dan tidak suka menuding dan menuduh diri sendiri. Kita memang selalu cenderung melemparkan kesalahan kepada orang lain, sebuah dosa yang sudah ada sejak masa Adam dan Hawa dahulu. Ketika Tuhan bertanya kepada Adam, dari mana kamu tahu bahwa kamu telanjang, lalu dijawab karena kami makan buah pohon itu. Tetapi Adam melanjutkan bahwa ia mendapat buah itu dari perempuan yang engkau tempatkan di sisiku. Ketika Tuhan mengejar kepada Hawa, giliran Hawa lalu menunjuk ular yang akhirnya tidak dapat membela diri. Semoga injil har i ini dapat menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting dan berharga bagi hidup moral kita.
BcE: 1Tim.1:1-2.12-14; Mzm.16:1.2a.5.7-8.11; Luk.6:39-42.
Hari ini ada peringatan Yohanes Gabriel Perboyre yang diperingati beberapa serikat hidup bakti (CM, HK, PK). Mari kita mengenang orang ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, mengajarkan beberapa hal kepada kita. Pertama, sebuah perumpamaan mengenai kenyataan bahwa orang buta tidak dapat menuntun orang buta. Sebab keduanya akan terjatuh dalam jurang. Kedua, mengenai kedudukan seorang guru dan murid. Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya. Paling banter ia hanya dapat menyamai sang guru. Ketiga, pelajaran mengenai hal introspeksi diri, kemampuan dan kemauan untuk terlebih dahulu melihat ke dalam diri sendiri, baru melihat keluar, kepada orang lain. Mungkin dengan cara itu kita akan bisa melihat kebobrokan kita sendiri, dan tidak cenderung menuding kebobrokan orang lain di luar sana. Maka menurut hemat saya, pesan injil ini tampak paling jelas dalam dua ayat terakhir: 41-42. Di sana Yesus menasihati kita agar terlebih dahulu melihat balok di mata sendiri, dan tidak tergesa-gesa melihat selumbar (serpihan kayu) dalam mata orang lain. Pelajaran ini sangat penting, mengingat kecenderungan kodrati manusia ialah terlebih dahulu dengan mudah menuding orang lain dan tidak suka menuding dan menuduh diri sendiri. Kita memang selalu cenderung melemparkan kesalahan kepada orang lain, sebuah dosa yang sudah ada sejak masa Adam dan Hawa dahulu. Ketika Tuhan bertanya kepada Adam, dari mana kamu tahu bahwa kamu telanjang, lalu dijawab karena kami makan buah pohon itu. Tetapi Adam melanjutkan bahwa ia mendapat buah itu dari perempuan yang engkau tempatkan di sisiku. Ketika Tuhan mengejar kepada Hawa, giliran Hawa lalu menunjuk ular yang akhirnya tidak dapat membela diri. Semoga injil har i ini dapat menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting dan berharga bagi hidup moral kita.
KAMIS, 10 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kol.3:12-17; Mzm.150:1-2.3-4.5-6; Luk.6:27-38.
Hari ini ada Pesta S.Nikolaus Tolentino, Oglerius, Fransiskus Garate. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, tentu saja sangat menarik perhatian karena judulnya yang menantang: Kasihilah musuhmu. Dengan kata lain, injil hari ini mengajarkan kepada kita agar kita mau dan mampu mengasihi musuh. Tentu saja ini tidak serba mudah. Ya, mencintai musuh itu tidak mudah. Apalagi kalau musuh itu bukan musuh sembarangan melainkan musush yang sudah pernah mencelakakan hidup kita. Jelas ini sebuah perintah yang sangat mulia. Di tengah maraknya situasi terorisme dan kebencian dan saling curiga dalam relasi dengan sesama manusia, teks ini menjadi sangat penting untuk dibaca, dikaji, dan direnungkan bersama. Ini sebuah perintah moral untuk mengasihi. Tidak mudah memang. Tetapi Yesus mewajibkan kepada kita untuk melaksanakan hal itu. Pengampunan itu tidak mudah. Orang sering mengatakan: I can forgive, but I cannot forget. Itulah yang menjadi masalahnya. Tetapi di dalam Tuhan, hal itu mungkin. Sebab hanya Tuhan sendiri yang bisa mengampuni. Mungkin itu sebabnya dari atas salib Yesus pun berdoa: Ya Bapa, ya Abba, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Menurut Yesus, kemampuan mengasihi musuh adalah sebuah panggilan etis. Kemampuan itu menjadi ciri khas para pengikut Yesus. Yang sebaliknya, tentu bukan murid Yesus. Tetapi sekali lagi, hal itu tidak mudah. Tetapi semoga dengan bantuan Allah kita bisa melakukan hal itu.
BcE: Kol.3:12-17; Mzm.150:1-2.3-4.5-6; Luk.6:27-38.
Hari ini ada Pesta S.Nikolaus Tolentino, Oglerius, Fransiskus Garate. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, tentu saja sangat menarik perhatian karena judulnya yang menantang: Kasihilah musuhmu. Dengan kata lain, injil hari ini mengajarkan kepada kita agar kita mau dan mampu mengasihi musuh. Tentu saja ini tidak serba mudah. Ya, mencintai musuh itu tidak mudah. Apalagi kalau musuh itu bukan musuh sembarangan melainkan musush yang sudah pernah mencelakakan hidup kita. Jelas ini sebuah perintah yang sangat mulia. Di tengah maraknya situasi terorisme dan kebencian dan saling curiga dalam relasi dengan sesama manusia, teks ini menjadi sangat penting untuk dibaca, dikaji, dan direnungkan bersama. Ini sebuah perintah moral untuk mengasihi. Tidak mudah memang. Tetapi Yesus mewajibkan kepada kita untuk melaksanakan hal itu. Pengampunan itu tidak mudah. Orang sering mengatakan: I can forgive, but I cannot forget. Itulah yang menjadi masalahnya. Tetapi di dalam Tuhan, hal itu mungkin. Sebab hanya Tuhan sendiri yang bisa mengampuni. Mungkin itu sebabnya dari atas salib Yesus pun berdoa: Ya Bapa, ya Abba, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Menurut Yesus, kemampuan mengasihi musuh adalah sebuah panggilan etis. Kemampuan itu menjadi ciri khas para pengikut Yesus. Yang sebaliknya, tentu bukan murid Yesus. Tetapi sekali lagi, hal itu tidak mudah. Tetapi semoga dengan bantuan Allah kita bisa melakukan hal itu.
RABU, 09 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kol.3:1-11; Mzm.145:2-3.10-11.12-13ab; Luk.6:20-26.
Hari ini ada Peringatan Petrus Klaver, Beato Frederik Ozanam. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, membentangkan warta bahagia dan warta celaka menurut versi Lukas. Di sini kita dapat menemukan lima sabda bahagia. Sebenarnya ada empat sabda bahagia dan satu sabda bersukacitalah. Tetapi keduanya mempunyai arti yang sama. Maka dijumlahkan total menjadi lima sabda bahagia. Itu berbeda dengan versi Matius yang mempunyai delapan sabda bahagia itu. Kemudian kita juga menemukan ada empat sabda celaka. Kelima sabda bahagia itu sendiri sudah mengandung pesan dan nasihat tertentu. Di sana dilukiskan kontras antara nasib dan keadaan yang sekarang ini ada dan dialami, yang akan diubah dalam perspektif masa depan dalam kerajaan Allah. Begitu misalnya yang terdapat dalam contoh kutipan sbb: Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Jadi, kondisi yang ada dan dialami sekarang ini akan diubah mejadi kebalikannya di masa yang akan datang. Keempat sabda celaka itu juga sudah mengandung pesan dan nasihat tertentu juga. Sebagaimana halnya dengan sabda bahagia di atas tadi, sabda celaka ini juga melukiskan sebuah kontras antara apa yang dialami sekarang dan di sini dan apa yang dialami dan ada nanti. Contoh berikut ini kiranya dapat menjelaskan hal itu dengan lebih baik. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Warta ini mengingatkan dan menasihati kita untuk jangan sampai terlalu berlebih-lebihan di dalam mengarungi apa yang saat ini kita alami. Sebab keadaan bisa saja berubah dan menjadi lain sama sekali dalam perjalanan waktu yang berikutnya.
BcE: Kol.3:1-11; Mzm.145:2-3.10-11.12-13ab; Luk.6:20-26.
Hari ini ada Peringatan Petrus Klaver, Beato Frederik Ozanam. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, membentangkan warta bahagia dan warta celaka menurut versi Lukas. Di sini kita dapat menemukan lima sabda bahagia. Sebenarnya ada empat sabda bahagia dan satu sabda bersukacitalah. Tetapi keduanya mempunyai arti yang sama. Maka dijumlahkan total menjadi lima sabda bahagia. Itu berbeda dengan versi Matius yang mempunyai delapan sabda bahagia itu. Kemudian kita juga menemukan ada empat sabda celaka. Kelima sabda bahagia itu sendiri sudah mengandung pesan dan nasihat tertentu. Di sana dilukiskan kontras antara nasib dan keadaan yang sekarang ini ada dan dialami, yang akan diubah dalam perspektif masa depan dalam kerajaan Allah. Begitu misalnya yang terdapat dalam contoh kutipan sbb: Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Jadi, kondisi yang ada dan dialami sekarang ini akan diubah mejadi kebalikannya di masa yang akan datang. Keempat sabda celaka itu juga sudah mengandung pesan dan nasihat tertentu juga. Sebagaimana halnya dengan sabda bahagia di atas tadi, sabda celaka ini juga melukiskan sebuah kontras antara apa yang dialami sekarang dan di sini dan apa yang dialami dan ada nanti. Contoh berikut ini kiranya dapat menjelaskan hal itu dengan lebih baik. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Warta ini mengingatkan dan menasihati kita untuk jangan sampai terlalu berlebih-lebihan di dalam mengarungi apa yang saat ini kita alami. Sebab keadaan bisa saja berubah dan menjadi lain sama sekali dalam perjalanan waktu yang berikutnya.
SELASA, 08 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Mi.5:1-4a; Mzm.13:6ab.6cd; Mat.1:1-16.18-23.
Hari ini hari Pesta Kelahiran SP Maria. Kita boleh menyebutnya “Dies Natalis Mariae.” Hari ini juga adalah Hari besar SVD sebab ini adalah hari kelahiran SVD. Saya teringat akan tanggal 8 September di Seminari kecil dahulu: Selalu ada pesta yang disebut Pesta keluarga. Ini tidak mengherankan karena di seminari kami dahulu sebagian besar guru kami adalah para imam SVD. Selamat atas hari jadi serikat mereka. Beberapa lembaga hidup bakti merayakan hari ini dengan sangat meriah. Mari kita juga ikut merayakan hari ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, berkisah tentang dua hal besar. Pertama, tentang silsilah Yesus. Dalam yang pertama ini, tampak jelas Maria memainkan peranan penting di bagian akhir untaian silsilah itu, sebab berbeda dengan bagian yang sebelumnya, di ayat 16 dikatakan, Maria-lah yang melahirkan (mempunyai anak) Yesus. Kedua, tentang kelahiran Yesus. Dalam yang kedua ini Yusuf yang lebih berperan. Di sini kita baca bahwa Yusuf pun “mendapat kabar dari malaekat Tuhan” seperti halnya Maria menerima kabar dari malaekat Tuhan dalam Injil Lukas. Memang mungkin terasa agak aneh bahwa injil inilah yang dibacakan dalam pesta kelahiran Maria ini. Mungkin hal itu disebabkan karena dalam untaian silsilah tadi, Maria ditampilkan sebagai orang yang muncul di antara untaian nama-nama kaum pria yang memainkan peranan penting dalam sejarah keselamatan. Dengan kata lain, mau dikatakan di sini bahwa kelahiran Maria menjadi pengandaian dasar dari kelahiran Yesus. Salah satu kabar baik yang bisa dipetik dari warta injil hari ini ialah mengenai kesetiaan dan keberanian iman Yusuf. Keberanian itulah yang memungkinkan terjadinya Immanuel itu. Semoga kita juga dapat menjadi tanda dan warta kehadiran immanuel dalam kehidupan kita sehari di tengah-tengah masyarakat.
BcE: Mi.5:1-4a; Mzm.13:6ab.6cd; Mat.1:1-16.18-23.
Hari ini hari Pesta Kelahiran SP Maria. Kita boleh menyebutnya “Dies Natalis Mariae.” Hari ini juga adalah Hari besar SVD sebab ini adalah hari kelahiran SVD. Saya teringat akan tanggal 8 September di Seminari kecil dahulu: Selalu ada pesta yang disebut Pesta keluarga. Ini tidak mengherankan karena di seminari kami dahulu sebagian besar guru kami adalah para imam SVD. Selamat atas hari jadi serikat mereka. Beberapa lembaga hidup bakti merayakan hari ini dengan sangat meriah. Mari kita juga ikut merayakan hari ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, berkisah tentang dua hal besar. Pertama, tentang silsilah Yesus. Dalam yang pertama ini, tampak jelas Maria memainkan peranan penting di bagian akhir untaian silsilah itu, sebab berbeda dengan bagian yang sebelumnya, di ayat 16 dikatakan, Maria-lah yang melahirkan (mempunyai anak) Yesus. Kedua, tentang kelahiran Yesus. Dalam yang kedua ini Yusuf yang lebih berperan. Di sini kita baca bahwa Yusuf pun “mendapat kabar dari malaekat Tuhan” seperti halnya Maria menerima kabar dari malaekat Tuhan dalam Injil Lukas. Memang mungkin terasa agak aneh bahwa injil inilah yang dibacakan dalam pesta kelahiran Maria ini. Mungkin hal itu disebabkan karena dalam untaian silsilah tadi, Maria ditampilkan sebagai orang yang muncul di antara untaian nama-nama kaum pria yang memainkan peranan penting dalam sejarah keselamatan. Dengan kata lain, mau dikatakan di sini bahwa kelahiran Maria menjadi pengandaian dasar dari kelahiran Yesus. Salah satu kabar baik yang bisa dipetik dari warta injil hari ini ialah mengenai kesetiaan dan keberanian iman Yusuf. Keberanian itulah yang memungkinkan terjadinya Immanuel itu. Semoga kita juga dapat menjadi tanda dan warta kehadiran immanuel dalam kehidupan kita sehari di tengah-tengah masyarakat.
Rabu, 02 September 2009
SENIN, 07 SEPTEMBER 2009
Oleh Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kol.1:24-2:3; Mzm.62:6-7.9; Luk.6:6-11.
Injil hari ini, juga amat menarik. Injil masih membahas soal hari sabat. Jadi injil hari ini masih melanjutkan diskusi sabat dari hari kemarin. Kalau kemarin yang dipersoalkan ialah “bekerja” pada hari Sabat, maka hari ini yang dipersoalkan ialah “menyembuhkan” pada hari Sabat. Jadi pada dasarnya juga bekerja. Tetapi yang dipersoalkan bukan perkara “menyembuhkan” itu sendiri, melainkan perkara “menyuruh orang lain melakukan sesuatu” pada hari Sabat. Konteks injil amat menarik perhatian. Yesus mengajar di sebuah rumah ibadat. Dalam rumah ibadat itu ada seorang yang mati tangan kanannya. Orang Farisi dan ahli Taurat mengintai, apakah Yesus akan menyembuhkan orang itu. Mereka mau menjebak Dia untuk mempersalahkan Dia di mata hukum. Justru karena itu, Yesus malah “nekat.” Ia menantang mereka. Ia memanggil orang yang sakit itu ke tengah. Tantangan Yesus sangat telak: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, beruat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” Ini pertanyaan yang mengandung tantangan telak. Semua orang tahu mana jawaban yang benar secara moral dan kemanusiaan. Tetapi tidak ada orang yang berani menjawab. Termasuk orang Farisi dan ahli Taurat. Maka Yesus mengikuti intuisi moral terdalam anak manusia: Ia menyembuhkan orang itu. Tetapi justru karena itulah Ia semakin dibenci oleh para lawanNya. Mereka sangat marah. Para hamba hukum itu menjadi murka besar. Sebagai para pengikut Yesus, semoga kita mempunyai intuisi kemanusiaan melampaui jeratan rumusan hukum. Untuk dapat sampai ke sana, tidak mudah. Kita harus terus menerus dekat dengan Yesus.
BcE: Kol.1:24-2:3; Mzm.62:6-7.9; Luk.6:6-11.
Injil hari ini, juga amat menarik. Injil masih membahas soal hari sabat. Jadi injil hari ini masih melanjutkan diskusi sabat dari hari kemarin. Kalau kemarin yang dipersoalkan ialah “bekerja” pada hari Sabat, maka hari ini yang dipersoalkan ialah “menyembuhkan” pada hari Sabat. Jadi pada dasarnya juga bekerja. Tetapi yang dipersoalkan bukan perkara “menyembuhkan” itu sendiri, melainkan perkara “menyuruh orang lain melakukan sesuatu” pada hari Sabat. Konteks injil amat menarik perhatian. Yesus mengajar di sebuah rumah ibadat. Dalam rumah ibadat itu ada seorang yang mati tangan kanannya. Orang Farisi dan ahli Taurat mengintai, apakah Yesus akan menyembuhkan orang itu. Mereka mau menjebak Dia untuk mempersalahkan Dia di mata hukum. Justru karena itu, Yesus malah “nekat.” Ia menantang mereka. Ia memanggil orang yang sakit itu ke tengah. Tantangan Yesus sangat telak: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, beruat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” Ini pertanyaan yang mengandung tantangan telak. Semua orang tahu mana jawaban yang benar secara moral dan kemanusiaan. Tetapi tidak ada orang yang berani menjawab. Termasuk orang Farisi dan ahli Taurat. Maka Yesus mengikuti intuisi moral terdalam anak manusia: Ia menyembuhkan orang itu. Tetapi justru karena itulah Ia semakin dibenci oleh para lawanNya. Mereka sangat marah. Para hamba hukum itu menjadi murka besar. Sebagai para pengikut Yesus, semoga kita mempunyai intuisi kemanusiaan melampaui jeratan rumusan hukum. Untuk dapat sampai ke sana, tidak mudah. Kita harus terus menerus dekat dengan Yesus.
SABTU, 05 NOVEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kol.1:21-23; Mzm.54:3-4.6.8; Luk.6:1-5.
Injil hari ini, menarik perhatian karena di sini dipentaskan salah satu konflik atau pertikaian antara Yesus dan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Dikisahkan bahwa para murid Yesus memetik dan memakan gandum pada hari Sabat. Hal itu jelas melanggar ketetapan hukum Sabat yang melarang orang berjalan, dan melakukan sesuatu pada hari Sabat. Dan para hari ini kita baca bahwa Yesus dan para muridNya berjalan di ladang gandum. Di sana mereka memetik gandum dan menggosok-gosoknya dengan tangan, lalu dimakan. Jadi, mereka “bekerja” pada hari Sabat. Hal itulah yang dipersoalkan oleh orang Farisi. Tetapi Yesus membela perbuatan para muridNya dengan mengutip sebuah praktek atau peristiwa yang terjadi dalam Perjanjian Lama. Daud dalam perjanjian lama juga melanggar peraturan suci: yaitu memakan roti sesajian yang seharusnya tidak boleh dimakan, tetapi karena ia dan para pengikutnya lapar, mereka mengambil dan memakannya. Sebab hanya para imam sajalah yang boleh memakan roti sesajian itu. Tetapi Daud “melanggarnya.” Itu berarti, hukum suci itu bisa dilanggar dalam kasus di mana ada ancaman terhadap hidup. Kasus ini sangat terkenal dalam sejarah diskusi moral hidup: ketika pilihan hanya tersisa antara memilih hidup dan taat pada aturan suci, maka ada intuisi moral yang mengatakan bahwa orang harus memilih hidup. Kalau ada seorang anak kecil jatuh ke sumur pada hari Sabat, kita harus segera menolongnya saat itu juga. Kalau menunggu hari Sabat lewat, anak itu akan mati. Dan Yesus menegaskan itu semua karena Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Lagipula di tempat lain dikatakan bahwa Sabat adalah untuk manusia, dan bukan manusia untuk Sabat. Jangan pernah mengorbankan manusia demi pelaksanaan Sabat.
BcE: Kol.1:21-23; Mzm.54:3-4.6.8; Luk.6:1-5.
Injil hari ini, menarik perhatian karena di sini dipentaskan salah satu konflik atau pertikaian antara Yesus dan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Dikisahkan bahwa para murid Yesus memetik dan memakan gandum pada hari Sabat. Hal itu jelas melanggar ketetapan hukum Sabat yang melarang orang berjalan, dan melakukan sesuatu pada hari Sabat. Dan para hari ini kita baca bahwa Yesus dan para muridNya berjalan di ladang gandum. Di sana mereka memetik gandum dan menggosok-gosoknya dengan tangan, lalu dimakan. Jadi, mereka “bekerja” pada hari Sabat. Hal itulah yang dipersoalkan oleh orang Farisi. Tetapi Yesus membela perbuatan para muridNya dengan mengutip sebuah praktek atau peristiwa yang terjadi dalam Perjanjian Lama. Daud dalam perjanjian lama juga melanggar peraturan suci: yaitu memakan roti sesajian yang seharusnya tidak boleh dimakan, tetapi karena ia dan para pengikutnya lapar, mereka mengambil dan memakannya. Sebab hanya para imam sajalah yang boleh memakan roti sesajian itu. Tetapi Daud “melanggarnya.” Itu berarti, hukum suci itu bisa dilanggar dalam kasus di mana ada ancaman terhadap hidup. Kasus ini sangat terkenal dalam sejarah diskusi moral hidup: ketika pilihan hanya tersisa antara memilih hidup dan taat pada aturan suci, maka ada intuisi moral yang mengatakan bahwa orang harus memilih hidup. Kalau ada seorang anak kecil jatuh ke sumur pada hari Sabat, kita harus segera menolongnya saat itu juga. Kalau menunggu hari Sabat lewat, anak itu akan mati. Dan Yesus menegaskan itu semua karena Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Lagipula di tempat lain dikatakan bahwa Sabat adalah untuk manusia, dan bukan manusia untuk Sabat. Jangan pernah mengorbankan manusia demi pelaksanaan Sabat.
JUM'AT, 04 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kol.1:15-20; Mzm.100:2-3.4.5; Luk.5:33-39.
Hari ini ada Peringatan Rosa dari Viterbo, Maria Bunda Penghiburan yang dirayakan oleh beberapa lembaga hidup bakti. Mari kita juga ikut mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, amat menarik perhatian. Ada beberapa hal yang disampaikan di sana. Pertama, Injil menyampaikan salah satu pertanyaan yang mengarah ke pertikaian dari orang Farisi kepada Yesus, menyangkut praktek doa dan puasa. Para murid Yohanes dan para murid orang Farisi melakukan kedua kewajiban mendasar itu. Tetapi para murid Yesus tidak melakukan hal itu. Hal itulah yang dipersoalkan oleh orang Farisi. Tentu Yesus harus membela para muridNya. Dan pembelaanNya amat menarik. Ia mengambil perumpamaan perkawinan. Seorang mempelai laki-laki tidak berpuasa selama mempelai ada bersama dengan dia. Dia baru akan berpuasa kalau sang mempelai itu tidak ada lagi bersama mereka. Perumpamaan ini agak sulit dimengerti. Mungkin karena ini adalah sebuah praksis baru yang tidak dapat dipahami dalam bingkai pemahaman praksis hidup lama. Hal itulah yang diungkapkan dalam dua perumpamaan berikutnya dalam teks injil hari ini. Perumpamaan pertama menyangkut kantong anggur lama yang tidak cocok untuk menampung anggur baru. Perumpamaan kedua menyangkut kain baru dan kain lama. Kain lama tidak dapat ditambal dengan kain baru, sebab hal itu akan menyebabkan kain lama itu sobek dan rusak. Yang harus dilakukan ialah, mengganti sama sekali kain lama itu dengan kain baru. Jika tidak maka akan terjadi kerusakan.
BcE: Kol.1:15-20; Mzm.100:2-3.4.5; Luk.5:33-39.
Hari ini ada Peringatan Rosa dari Viterbo, Maria Bunda Penghiburan yang dirayakan oleh beberapa lembaga hidup bakti. Mari kita juga ikut mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, amat menarik perhatian. Ada beberapa hal yang disampaikan di sana. Pertama, Injil menyampaikan salah satu pertanyaan yang mengarah ke pertikaian dari orang Farisi kepada Yesus, menyangkut praktek doa dan puasa. Para murid Yohanes dan para murid orang Farisi melakukan kedua kewajiban mendasar itu. Tetapi para murid Yesus tidak melakukan hal itu. Hal itulah yang dipersoalkan oleh orang Farisi. Tentu Yesus harus membela para muridNya. Dan pembelaanNya amat menarik. Ia mengambil perumpamaan perkawinan. Seorang mempelai laki-laki tidak berpuasa selama mempelai ada bersama dengan dia. Dia baru akan berpuasa kalau sang mempelai itu tidak ada lagi bersama mereka. Perumpamaan ini agak sulit dimengerti. Mungkin karena ini adalah sebuah praksis baru yang tidak dapat dipahami dalam bingkai pemahaman praksis hidup lama. Hal itulah yang diungkapkan dalam dua perumpamaan berikutnya dalam teks injil hari ini. Perumpamaan pertama menyangkut kantong anggur lama yang tidak cocok untuk menampung anggur baru. Perumpamaan kedua menyangkut kain baru dan kain lama. Kain lama tidak dapat ditambal dengan kain baru, sebab hal itu akan menyebabkan kain lama itu sobek dan rusak. Yang harus dilakukan ialah, mengganti sama sekali kain lama itu dengan kain baru. Jika tidak maka akan terjadi kerusakan.
KAMIS, 03 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kol.1:9-14; Mzm.98:2-3ab.3cd-4.5-6; Luk.5:1-11.
Hari ini ada Peringatan Gregorius Agung. Ini seorang Paus Agung dalam sejarah gereja yang tampil pada masa-masa krisis gereja. Dan tampilnya dia menjadi mercusuar yang mampu membuat bahtera gereja melewati badai malam dan batu karang jaman. Injil hari ini, amat menarik perhatian karena di sini dilukiskan perubahan hidup orang karena Yesus. Yesus melihat orang banyak orang di Danau Genazaret. Maka ia mulai mengajar mereka dari dalam perahu Petrus. Setelah selesai mengajar, Ia mengajak Petrus agar “bertolak ke tempat yang lebih dalam.” Duc in altum. Dan di tempat yang dalam itu, Petrus diminta untuk menebarkan jalanya. Yang menarik ialah bahwa Petrus taat pada perintah itu walaupun dari pengalamannya sebagai nelayan ia tahu bahwa mereka tidak akan mendapat ikan. Tetapi ternyata, dugaan Petrus itu meleset: mereka bisa menangkap ikan dalam jumlah besar. Jelas ini sebuah mukjizat. Dan hal itu menyebabkan Petrus tunduk menyembah. Mereka ketakutan menyaksikan tanda ajaib yang berada di luar jangkauan pemikiran mereka. Pada saat itulah, Yesus mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan diubah hidupnya: dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Di sini kita bisa melihat dan merasakan betapa kehadiran dan perbuatan Yesus bisa mendatangkan perubahan yang sangat berarti dan drastik dalam hidup orang. Semoga hal ini juga bisa terjadi dalam hidup kita masing-masing.
BcE: Kol.1:9-14; Mzm.98:2-3ab.3cd-4.5-6; Luk.5:1-11.
Hari ini ada Peringatan Gregorius Agung. Ini seorang Paus Agung dalam sejarah gereja yang tampil pada masa-masa krisis gereja. Dan tampilnya dia menjadi mercusuar yang mampu membuat bahtera gereja melewati badai malam dan batu karang jaman. Injil hari ini, amat menarik perhatian karena di sini dilukiskan perubahan hidup orang karena Yesus. Yesus melihat orang banyak orang di Danau Genazaret. Maka ia mulai mengajar mereka dari dalam perahu Petrus. Setelah selesai mengajar, Ia mengajak Petrus agar “bertolak ke tempat yang lebih dalam.” Duc in altum. Dan di tempat yang dalam itu, Petrus diminta untuk menebarkan jalanya. Yang menarik ialah bahwa Petrus taat pada perintah itu walaupun dari pengalamannya sebagai nelayan ia tahu bahwa mereka tidak akan mendapat ikan. Tetapi ternyata, dugaan Petrus itu meleset: mereka bisa menangkap ikan dalam jumlah besar. Jelas ini sebuah mukjizat. Dan hal itu menyebabkan Petrus tunduk menyembah. Mereka ketakutan menyaksikan tanda ajaib yang berada di luar jangkauan pemikiran mereka. Pada saat itulah, Yesus mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan diubah hidupnya: dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Di sini kita bisa melihat dan merasakan betapa kehadiran dan perbuatan Yesus bisa mendatangkan perubahan yang sangat berarti dan drastik dalam hidup orang. Semoga hal ini juga bisa terjadi dalam hidup kita masing-masing.
RABU, 02 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kol.1:1-8; Mzm.52:10.11; Luk.4:38-44.
Hari ini ada peringatan Beato Ludovikus Yosef Francois, Yohanes Gruyer dan Petrus Renatus Rogue (Imam dan Martir). Ada juga Yohanes Fransiskus Burte, Severinus Firault, Apolinarius Morel. Mari kita mengenang hidup dan jasa mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, bagi saya amat terkenal karena dalam kisah inilah Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus. Inilah perbuatan ajaib yang dikerjakan Yesus di Kapernaum. Yesus tidak hanya menyembuhkan dia saja. Yesus juga masih menyembuhkan beberapa orang lain yang sakit dan kerasukan setan. Setan-setan itu pergi meninggalkan orang-orang yang sakit itu sambil mewartakan sesuatu tentang identitas Yesus. Tetapi Yesus melarang mereka agar tidak memberitahukan kepada siapa-siapa apa yang mereka ketahui. Kehadiran Yesus memang membawa pembebasan dan penyembuhan. Semoga kita pun bisa mengalami pembebasan dan penyembuhan itu karena Yesus hadir dalam hidup dan diri kita. Kalau kita merayakan ekaristi setiap hari, dan kalau kita membaca serta merenungkan firmannya setiap hari, Yesus pasti hadir di sana. Dan percayalah, kehadiran itu, seperti halnya dulu, pasti selalu membawa pembebasan, penyembuhan dan sukacita. Semoga demikian adanya.
BcE: Kol.1:1-8; Mzm.52:10.11; Luk.4:38-44.
Hari ini ada peringatan Beato Ludovikus Yosef Francois, Yohanes Gruyer dan Petrus Renatus Rogue (Imam dan Martir). Ada juga Yohanes Fransiskus Burte, Severinus Firault, Apolinarius Morel. Mari kita mengenang hidup dan jasa mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, bagi saya amat terkenal karena dalam kisah inilah Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus. Inilah perbuatan ajaib yang dikerjakan Yesus di Kapernaum. Yesus tidak hanya menyembuhkan dia saja. Yesus juga masih menyembuhkan beberapa orang lain yang sakit dan kerasukan setan. Setan-setan itu pergi meninggalkan orang-orang yang sakit itu sambil mewartakan sesuatu tentang identitas Yesus. Tetapi Yesus melarang mereka agar tidak memberitahukan kepada siapa-siapa apa yang mereka ketahui. Kehadiran Yesus memang membawa pembebasan dan penyembuhan. Semoga kita pun bisa mengalami pembebasan dan penyembuhan itu karena Yesus hadir dalam hidup dan diri kita. Kalau kita merayakan ekaristi setiap hari, dan kalau kita membaca serta merenungkan firmannya setiap hari, Yesus pasti hadir di sana. Dan percayalah, kehadiran itu, seperti halnya dulu, pasti selalu membawa pembebasan, penyembuhan dan sukacita. Semoga demikian adanya.
Langganan:
Postingan (Atom)