Senin, 16 Februari 2009

SENIN, 16 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Kej.4:1-15.25; Mzm.50:1.8.16bc-17.20-21; Mrk.8:11-13.


Injil bercerita tentang orang Farisi yang meminta tanda. Permintaan ini bukan permintaan biasa yang keluar dari hati yang tulus, melainkan keluar dari keinginan untuk mencobai Yesus. Tanda yang dimaksud ialah tanda surgawi, tanda langit, yang membuktikan otoritas Yesus. Yesus tidak mau memberikan tanda itu. Bahkan Yesus mengatakan bahwa kepada orang-orang itu tidak akan diberi tanda. Mengapa? Karena hati mereka tertutup. Sesungguhnya Yesus sudah mengerjakan banyak tanda ajaib, tanda langit, melalui mukjizat. Tetapi mereka tidak mempunyai hati untuk menerima dan melihat itu. Sebab perkataan dan perbuatan Yesus itu sudah cukup sebagai tanda. Tetapi mereka tidak dapat menerima dan percaya. Jadi, yang menjadi perkara di sini ialah mereka tidak bisa menerima, dan karena itu tidak dapat percaya. Hati yang tertutup menutup mereka untuk menerima Yesus. Kaitan injil dengan Bac.I agak sulit dilihat. Sebab Bac.I berkisah tentang tragadi pertama dalam sejarah manusia, terjadinya kekerasan, berupa pembunuhan. Tragisnya lagi ini adalah pembunuhan atas saudara sendiri, fratrisida. Tragedi fratrisida itu tidak berhenti dengan matinya Habel saja, sebab kelak Yesus sendiri pun mati sebagai korban fratrisida. Orang-orang Yahudi membunuh Yesus. Tetapi sebagaimana halnya darah Habel bisa berteriak sampai ke langit dan didengarkan Allah, demikian juga dengan darah Yesus. Darah itu mendatangkan korban penebusan dan keselamatan bagi umat manusia.


MINGGU, 12 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Kis.10:34a.37-43; Mzm.118:1-2.16ab-17.22-23; Kol.3:1-4; Yoh.20:1-9.


Hari ini Minggu Paskah, kebangkitan Tuhan. Segala kemeriahan dan kesemarakan harus ditampakkan hari ini karena Tuhan sungguh bangkit dan hal itu membawa sukacita dan pengharapan kepada kita. Amat menarik jika kita simak injil hari. Ada kontras antara sikap Petrus dan murid yang dikasihi ketika menyaksikan makam kosong. Ketika Petrus sampai di sana, ia melihat apa yang terjadi. Tidak dikatakan apa reaksi dia. Itu berbeda dengan sikap atau reaksi murid yang dikasihi itu. Ketika ia tiba di makam, ia melihat dan percaya. Murid yang dikasihi itu, ketika melihat makam kosong, tidak berhenti dalam kebingungan atau teror, melainkan meloncat ke dalam iman. Ia percaya. Bagi kaum feminis teks ini penting, sebab bagi mereka saksi kebangkitan pertama ialah perempuan. Kaum feminis menyesalkan karena kesaksian perempuan itu masih harus menunggu peneguhan (afirmasi) otoritas pria. Tetapi murid sejati tidak memperkarakan hal seperti itu. Yang penting ialah relasi dengan Yesus: Sejauh mana relasi itu kuat, mendalam, intens. Perempuan saksi kebangkitan itu memberi kesaksian betapa ia mempunyai relasi yang kuat dan dalam dengan Yesus. Itu terbukti dalam teks kelanjutan injil ini. Dengan mendengar suara Tuhan yang memanggil dan menyebut namanya, perempuan itu mengenalNya. Domba mengenal suara gembala, seperti halnya gembala mengenal suara domba-Nya. Sebuah relasi personal-mistik.


SABTU SUCI, 11 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Saya tidak daftarkan semua: Kej.1:1-2:2; Kel.14:15-15:1; Yes.55:1-11; Rm.6:3-11; Mrk.16:1-7.


Hari ini hari Sabtu Suci. Hari yang juga amat istimewa dalam imajinasi religius kita. Upacara kita secara garis besar ialah sbb: ada upacara api dari mana nyala api diambil untuk menyalakan lilin paskah dalam upacara cahaya. Lilin itu diarak dalam kegelapan malam dan keheningan, simbol kebangkitan Yesus yang melintasi lembah kekelaman maut dan keluar dari sana sebagai pemenang. Itu sebabnya penyanyi eksultet harus dengan lantang dan meyakinkan sebab itu adalah proklamasi. Proklamasi tidak boleh dinyanyikan dengan suara loyo atau tidak semangat. Sesudah itu ada liturgi Sabda, di beberapa tempat ada liturgi Baptis atau pengulangan Janji Baptis, liturgi Ekaristi, kemuliaan dinyanyikan dengan meriah diiringi lonceng dan musik. Kontras pun terjadi dengan keheningan sebelumnya. Lalu Alleluya dinyanyikan sebelum Injil untuk pertama kalinya setelah ditangguhkan selama prapaskah. Ada sesuatu yang amat istimewa pada Sabtu ini sebab bacaannya amat panjang. Ada 9 bacaan, walau dalam prakteknya dikurangi. Tetapi harus dibacakan penciptaan, pembebasan dari Mesir (tiga dari PL), lalu epistola dan Injil. Malam ini dibacakan kisah kebangkitan. Seorang malaekat tampak di makam Yesus dan mewartakan dengan lantang: Ia telah bangkit.


JUM'AT AGUNG, 10 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@ fransisbm)

Bc.E: Yes.52:13-53:12; Mzm.31:2.6.12-13.15-16.17.25; Ibr.4:14-16; 5:7-9; Yoh.18:1-19:42.


Hari ini juga amat istimewa dalam liturgi kita. Kita lakukan banyak hal dalam hening dan sunyi. Itulah sikap yang tepat dalam mengiringi sengsara Tuhan. Di pagi hari ada jalan salib terakhir. Sesudah tengah hari (pukul 3 sore) ada upacara mengenang sengsara Tuhan yang terdiri atas liturgi sabda, Penghormatan Salib, dan komuni yang sudah dikonsakrir dalam Ekaristi Kamis Putih (sebab sore ini tidak ada Konsekrasi karena Tuhan sedang dalam sengsara dan sakratmaut). Upacara penghormatan Salib itu didahului dengan peninnggian salib untuk disembah. Imam menyanyikan lagu sambil perlahan-lahan membuka selubung ungu penutup corpus salib: Ecce Lignum Crucis....etc... Dengan meriah umat menjawab: Venite, adoremus. Semua berlangsung hening. Itulah sikap yang sepantasnya mengenang dan mengiringi sengsara dan wafat Tuhan. Hati kita jangan “diangkat” ke atas oleh bunyi musik. Melainkan hati kita harus “tunduk” sedih, diseret hening. Kita coba diam, hening dalam sengsara Tuhan. Itulah kekhasan perayaan Jum’at Agung, supaya ia kontras dengan Sukacita Paskah yang sebentar lagi terjadi, dalam Eksultet malam paskah, dan dalam Gloria yang diiringi lonceng dan musik meriah untuk pertama kalinya sejak Gloria malam Kamis Putih.


KAMIS PUTIH, 09 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Kel.12:1-8.11-14; Mzm.116:12-13.15-16bc.17-18; 1Kor.11:23-26; Yoh.13:1-15.


Sejak pagi ada banyak yang dilakukan gereja. Di Katedral, di pagi hari ada misa Krisma. Ada Pembaruan Janji Imam. Ada tradisi yang sangat tua dalam gereja: Pada hari ini diadakan pendamaian, rekonsiliasi, yaitu diterimanya kembali pendosa berat ke pangkuan gereja. Jadi, kalau anda pendosa berat, ini kesempatan untuk bertobat. Itu masuk akal karena sore atau malamnya kita merayakan perjamuan cinta kasih, agape. Maka pendosa diberi peluang bergabung kembali dalam perjamuan kasih itu. Hari ini juga adalah peringatan Perjamuan Tuhan. Ada juga pembasuhan kaki, yang dalam tradisi lama disebut Mandatum, karena dalam upacara ini dibacakan Injil Yohanes, tentang Perintah Baru Yesus kepada muridNya untuk saling mengasihi. Dalam Latin disebut Mandatum Novum. Setelah selesai Ekaristi ada pengosongan altar dan Sakramen Mahakudus ditempatkan di tempat lain yang layak dan mudah dikunjungi dalam doa berjaga-jaga. Ada juga perarakan sakramen mahakudus diiringi Pange Lingua yang terkenal itu. Semuanya dilakukan dalam hening. Kita iringi awal sengsara Tuhan dengan diam. Musik menandakan sukacita. Itu sebabnya musik ditiadakan.


MINGGU, 05 APRIL 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M (EFBE@fransisbm)

BcE. Yes.50:4-7; Mzm.22:8-9.17-18a.19-20.23-24; Flp.2:6-11; Mrk.14:1-15:47.


Hari ini Minggu Palma. Ada perarakan dengan Palma mengenang peristiwa Yesus masuk dengan semarak ke Yerusalem. Ia dielu-elukan sebagai Putera Daud: Hosana Putera Daud. Injilnya ialah kisah sengsara menurut Markus yang mengisahkan beberapa adegan: Rencana membunuh Yesus, pengurapan Yesus, pengkhianatan, Perjamuan Paskah Yesus bersama muridNya, penetapan perjamuan Tuhan, nubuat penyangkalan Petrus, adegan di taman Getsemani, penangkapan Yesus, Yesus diseret ke Mahkamah Agama, Petrus menyangkal Yesus, Yesus di hadapan Pilatus, Yesus didera dan diolok, Yesus disalibkan, Yesus wafat, dan dimakamkan. Itulah rangkaian peristiwa yang kita dengar dan kita kenangkan dalam Passio. Pasio itu menjadi “panggung” pementasan para tokoh untuk kita nilai dan refleksi. Di depan “panggung” itu kita ditantang untuk refleksi: Kita menjadi seperti siapa di hadapan Yesus? Mau menjadi Yudas, atau Petrus, atau ahli-ahli Taurat, Pilatus, tentara? Atau siapa? Anda sendiri yang bisa mengidentifikasi diri anda di depan “panggung” sengsara Yesus itu.


Minggu, 15 Februari 2009

MINGGU, 29 MARET 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Yer.31:31-34; Mzm.51:3.4.12-13.14-15; Ibr.5:7-9; Yoh.12:20-33.


Hari ini Minggu Paskah V. Injil yang kita dengar berbicara tentang cara Yesus wafat. Inilah gaya Yohanes menubuatkan wafat Yesus. Mula-mula Ia mengambil ibarat biji. Biji itu mutlak harus jatuh ke tanah, lalu mati, dan dari sana ia bisa hidup lagi. Itulah cara Yesus mengibaratkan hidupNya. Biji yang tumbuh dari tanah itu bisa menghasilkan buah berlimpah. Ia tidak bisa tumbuh kalau ia tidak jatuh ke tanah dan mati. Jadi, mati adalah prasyarat hidup dan prasyarat menghasilkan buah. Ini susah diterima, tetapi gejala alam membenarkan hal itu. Di ayat 32 Yesus secara lebih khusus lagi melukiskan bagaimana Ia akan mati, yaitu dengan ditinggikan di salib. Peninggian itulah yang menyelamatkan, sebab Ia akan menarik semua orang kepadaNya. Itulah shalom kita. Kita diselamatkan dalam Yesus Kristus. Itulah keyakinan iman kita. Itulah yang dilukiskan dalam Bac.II: “...dan sesudah Ia disempurnakan, Ia menjadi sumber keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.” Dengan itu Yesus mengadakan perjanjian baru, sesuatu yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama oleh Yeremia yang kita dengar dalam Bac.I. Revolusi Yeremia akan agama batiniah menjadi nyata dalam Yesus. Agama bukan lagi perkara formal hukum legalistik, melainkan perkara hati, harus keluar dari hati. Hanya agama seperti itulah yang dianggap sebagai agama otentik, yang melampaui ketatapan dan tuntutan hukum.


RABU, 25 MARET 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M (EFBE@fransisbm)

BcE: Yes.7:10-14.8:10; Mzm.40:7-8a.8b-9.10.11; Ibr.10:4-10; Luk.1:26-38.


Hari ini Hari Raya Kabar Sukacita. Intinya ialah Maria menerima kabar dari malaekat Tuhan bahwa ia mengandung dari Roh Kudus. 19 Maret silam kita rayakan St.Yusuf Suami Maria, yang juga menerima kabar dari malaekat Tuhan dalam mimpi. Alangkah baik kalau ada seniman yang mau menuangkan peristiwa ini dalam kanvas agar kita mempunyai harta kekayaan lukisan: tidak hanya Maria menerima kabar dari malaekat Tuhan, melainkan juga Yusuf menerima kabar dari malaekat Tuhan. Sebab yang sering menjadi objek seni ialah injil hari ini. Sedangkan peristiwa Yusuf mendapat kunjungan Gabriel dalam mimpi tidak pernah menjadi objek seni (sejauh pengamatan saya). Sebagaimana halnya Yusuf yang segera bangun dari tidurnya lalu melakukan apa yang diperintahkan malaekat itu, demikian juga dengan Maria di sini: sangat terkenal jawaban ketaatan iman Maria: ecce ancilla domini, fiat mihi secundum verbum tuum. Keterbukaan itulah titik awal inkarnasi, titik awal penebusan dan shalom kita. Itulah perkataan yang memungkinkan sabda menjadi daging, verbum caro factum est.


MINGGU 22 MARET 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: 2Taw.36:14-16.19-23; Mzm.137:1-2.3.4-5.6; Ef.2:4-10; Yoh.3:14-21.


Hari ini Minggu Prapaskah IV. Injil hari ini adalah bagian utuh dari peristiwa percakapan Yesus dengan Nikodemus. Mereka membicarakan beberapa hal penting. Tetapi dalam bagian ini, yang mereka bicarakan ialah perihal kedatangan Anak Manusia yang menyelamatkan. Tetapi ada syaratnya: orang harus percaya kepadaNya. Kalau orang tidak percaya maka tidak bisa selamat. Kira-kira sama seperti peristiwa Musa dan ular tembaga itu. Kalau orang yang terpagut ular mau melihat ular tembaga yang ditegakkan Musa, mereka bisa sembuh. Demikian juga di sini: Yesus ditinggikan di salib, dan peristiwa peninggian itu mendatangkan penyelamatan bagi manusia. Sekali lagi dengan syarat: percaya. Tanpa percaya tidak ada shalom. Tanpa percaya orang tetap hidup dalam kegelapan. Dengan percaya orang masuk dalam terang, sebab Yesus adalah terang dunia. Bac.II merayakan kehidupan dan shalom manusia dalam Allah dan Yesus itu. Yesuslah yang memungkinkan kita dapat ikut ambil bagian dalam sukacita surgawi.


SARI FIRMAN MINGGU DAN HARI RAYA MARET 2009 II

Oleh: Fransiskus Borgias M (EFBE@fransisbm)

Kamis, 19 Maret 2009: BcE. 2Sam.7:4-5a.12-14a.16; Mzm.89:2-3.4-5.27.29; Rm.4:13.16-18.22; Mat.1:16.18-21.24a (atau Luk.2:41-51a). Hari ini Hari Raya St.Yosef, Suami SP.Maria. Santo ini luar biasa. Dirayakan 18 serikat hidup bakti menurut kalender liturgi Indonesia. Mungkin lebih banyak lagi dalam konteks gereja dengan latar belakang katolik yang kental seperti Filipina dan Amerika Latin dan beberapa negara Eropa. Lebih menarik lagi, tokoh ini tidak pernah bicara dalam Injil. Ia tokoh diam, tetapi berpengaruh besar. Ia tidak bicara, tetapi banyak aksi. Ia bukan tipe NATO, No Action Talk Only. Ia tipe ANTO: Action and Not Talk Only. Itu tampak dalam Injil hari ini. Kita biasa dengan peristiwa “Maria menerima kabar dari Malaekat Tuhan.” Kita lupa bahwa ada peristiwa lain: “Yusuf menerima kabar dari Malaekat Tuhan.” Yang di atas dilanjutkan dalam doa angelus sbb: Bahwa ia mengandung dari Roh Kudus. Yang kedua, dilanjutkan sbb: maka bangunluh Yusuf dan berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Maria memohon klarifikasi. Yusuf, langsung mengerti dan bertindak. Teologi ayah ada di sini. Ayah langsung menangkap inti masalah dan bertindak mengatasinya dan dengan itu terjadilah kehendak Allah di bumi ini. Luar biasa si ayah ini. Para ayah, tirulah sosok ayah agung ini. Tidak banyak bicara tetapi banyak berbuat dan perbuatannya itu efektif, transformatif. Ia tipe manusia yang dikenang bukan karena bicara, melainkan karena diamnya. Kiranya renungan ini sudah cukup, tanpa harus mengulik BacI dan II.


Jumat, 13 Februari 2009

SABTU 14 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)

BcE: Kej.3:9-24; Mzm.90:2.3-4.5-6.12-13; Mrk.8:1-10.

Injil hari ini berkisah tentang Yesus memberi makan empat ribu orang. Dikisahkan bahwa ada banyak orang datang mendengar Yesus. Itu terjadi selama beberapa hari berturut-turut. Itu yang menyebabkan Yesus merasa kasihan kepada mereka. Yesus tergerak oleh belas kasihan, oleh misericordia. Hatinya menjadi perih dan pedih melihat mereka yang begitu banyak dan setia mendengarkan pengajaranNya. Mereka tidak peduli akan lapar. Seakan-akan mereka lupa akan lapar karena mendengarkan ajaran Yesus. Dalam situasi seperti itulah terjadi sebuah mukjizat yang menyebabkan mereka semua bisa makan sampai kenyang. Sumber daya yang ada pada para murid, tujuh roti dan beberapa ikan kecil, oleh Yesus dibagikan. Itulah tindakan Yesus, memprakarsai sebuah tindakan berbagi. Setelah langkah awal berbagi itu mulai terjadi, maka terjadilah mukjizat itu. Orang makan sampai kenyang, bahkan ada sisa. Memang kalau orang berbagi maka orang akan menjadi kenyang. Kalau tidak berbagi maka orang akan kenyang sendiri dan masih ada orang yang kelaparan. Tetapi dengan berbagi semua orang bisa makan sampai kenyang. Agak sulit dicari kaitannya dengan Bac.I. Di sana dikisahkan akibat dosa yang dilakukan manusia. Manusia saling menuduh, saling melempar tanggung-jawab. Manusia terkutuk, diusir keluar dari taman Eden. Mereka harus bersusah payah untuk bekerja agar bisa hidup. Akan ada permusuhan antara ular dan manusia, bahkan antara manusia dan tanah. Sebuah pembalikan total dari suasana Firdausi. Mukjizat Yesus secara sekilas memberi gambaran terpulihkannya situasi firdausi itu. Dan itu hanya mungkin karena hati Yesus tergerak oleh belas kasih, oleh misericordia. Misericordia itu menjadi medium shalom.


Kamis, 12 Februari 2009

JUM'AT, 13 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)

BcE: Kej.3:1-8; Mzm.32:1-2.5.6.7; Mrk.7:31-37.

Injil hari ini berbicara tentang penyembuhan seorang tuli dan gagap oleh Yesus. Biasanya kedua masalah itu terkait satu sama lain. Kalau orang tuli sejak kecil maka ia juga sulit bicara. Sebab ia tidak dapat belajar kata-kata lewat proses mendengarkan. Kalau orang tidak bisa berbicara maka ia juga sulit berkomunikasi. Betapa orang itu amat terisolir dari dunia di sekitar dan sesama. Pintu relasi dan komunikasi serba tertutup. Ia menjadi serba terkurung. Maka Yesus datang menyembuhkan dia dengan satu ucapan singkat: Efata. Artinya: Terbukalah. Apa yang tadinya serba tertutup, kini terbuka. Pendengaran dan kemampuan tutur adalah syarat komunikasi dan proklamasi. Itulah sebabnya ketika orang itu sudah sembuh, ia mulai berkata-kata. Kata-kata itulah yang mengandung pewartaan tentang karya-karya mukjizat Yesus. Itulah efek proklamatoris dari mukjizat Tuhan Yesus. Bac.I menampilkan sisi lain dari kemampuan mendengarkan dan bicara. Ular tampil dengan berbicara dan memanipulasi wacana itu dan dengan itu jatuhlah manusia ke dalam dosa. Peristiwa jatuh ke dalam dosa itu menjadi titik awal putusnya komunikasi firdausi antara Allah dan manusia. Tetapi Yesus datang untuk memulihkan itu semua. Dosa Adam pertama telah memutus rantai komunikasi-relasi, Adam baru yaitu Yesus, datang untuk memulihkannya. Yesus adalah penyelamat kita.


Rabu, 11 Februari 2009

KAMIS, 12 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)

BcE: Kej.2:18-25; Mzm.128:1-2.3,4-5; Mrk.7:24-30.

Injil ini berkisah tentang penyembuhan anak seorang perempuan Siro-Fenisia. Teks ini amat terkenal dalam pembacaan feminis. Mereka berkata bahwa ini adalah salah satu teks di mana pandangan Yesus berubah oleh karena dialog antara Dia dan perempuan Siro-Fenisia itu. Dia yang tadinya seakan mau membatasi (mengurung) rahmat dan mukjizat penyembuhan hanya kepada orang Israel saja, sekarang setelah berdialog dengan perempuan ini, mau menerima kenyataan bahwa rahmat dan mukjizat penyembuhan itu dapat diberikan kepada bangsa lain. Itulah yang terjadi pada hari ini: Tahun Rahmat Tuhan terjadi di rumah perempuan ini. Perempuan ini menempatkan diri dalam posisi rendah. Keberanian merendah itulah yang menyebabkan keselamatan terjadi atas anaknya. Bac.I mengisahkan penciptaan perempuan. Agak sulit melihat kaitannya. Maka saya renungkan secara terpisah. Allah menciptakan perempuan sebagai penolong sepadan bagi manusia. Ya perempuan adalah penolong sepadan. Bukan budak, bukan tuan bagi pria, melainkan penolong sepadan. Dalam martabat itulah pria menjumpai perempuan. Ia mengalaminya sebagai sama dengan dirinya: tulang dari tulangku, daging dari dagingku. Ia melihat kesamaan. Atas dasar itulah ia tertarik kepadanya. Itulah dasar perkawinan, persatuan perkawinan. Perkawinan itu dilandasi kesepadanan. Dalam relasi seperti itu tidak ada peluang pelecehan, penindasan, poligami, supremasi pria atas wanita ataupun sebaliknya. Dengan latar belakang seperti itu, Yesus sudi menyembuhkan anak perempuan dari si perempuan itu. Kebanyakan rabbi jaman Yesus tidak mau berdialog dengan perempuan, tidak mau mengambil perempuan sebagai murid (pengikut). Yesus menobrak adat itu: Yesus berdialog dengan perempuan, menjadikan mereka sebagai anggota lingkaran murid karena mereka juga adalah citra Allah yang diciptakan sepadan dengan pria.


RABU, 11 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)

BcE.Kej.2:4b-9,15-17; Mzm.104:1-2a.27-28.29bc; Mrk.7:14-23.

Hari ini ada beberapa hal penting. Pertama, ialah Pesta penampakan SP Maria di Lourdes. Juga pesta St.Benediktus Aniane, abas besar dalam sejarah gereja. Hari ini juga Hari Orang Sakit Sedunia. Mari kita rayakan. Mari kita berdoa bagi orang sakit di seluruh dunia. Mari kita renungkan injil. Teks injil ini adalah salah satu teks revolusioner Yesus. Kritik Sabat yang sudah dilihat kemarin adalah salah satu kritik revolusioner Yesus. Sekarang kita lihat kritik hukum haram-halal. Kritik itu terpadatkan dalam ucapan ini: Tidak ada sesuatu pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, dapat menajiskannya; tetapi hal-hal yang keluar dari dalam diri seseorang, itulah yang menajiskan. Selanjutnya Yesus berkata untuk lebih mempertegas ucapan itu. Yang masuk ke dalam manusia yaitu makanan: masuk ke perut lalu keluar lagi ke tempat pembuangan. Maka tidak menajiskan manusia. Yang menajiskan ialah yang keluar dari seseorang. Seperti dikatakan di akhir teks ini: Semua hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang. Ini revolusioner sebab dengan ini Yesus menyatakan bahwa semua makanan halal. Tidak ada yang haram. Yang haram ialah apa yang keluar dari manusia, bukan apa yang masuk ke dalam manusia. Bac.I menyinggung kisah penciptaan manusia versi kedua dalam Kejadian. Setelah diciptakan manusia ditempatkan di Eden. Di situlah muncul salah satu peraturan mengenai makan. Intinya mengatakan bahwa semua boleh dimakan, kecuali satu pohon di tengah taman. Betul bahwa peraturan mengenai makan ini juga berasal dari Tuhan. Tetapi pelaksanaan dan penghayatannya bisa menjadi sangat legalistik dan membelenggu. Yesus mau membebaskan orang dari belenggu itu dan menyadarkan kembali eksistensi awal manusia, yaitu sebagai “ruang tinggal” atau kediaman Roh Allah. Itulah martabat asali manusia: Bait Roh Kudus. Dalam arti itu, ia punya martabat luhur kebebasan yang tidak boleh dibelenggu oleh peraturan yang tidak perlu-perlu.


Senin, 09 Februari 2009

SELASA, 10 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE.Kej.1:20-2:4a; Mzm.8:4-5,6-7.8-9; Mrk.7:1-13.

Hari ini pesta St.Skolastika. Dalam injil kita temukan salah satu konfrontasi antara Yesus dan orang Farisi dan ahli Taurat. Pokok kontroversinya ialah soal cuci-mencuci tangan sebelum makan. Ini hukum ketahiran. Orang Farisi dan ahli Taurat melaksanakan hal-hal itu. Sementara murid Yesus, tidak peduli. Maka muncul gugatan terhadap Yesus mengenai hal itu. Dalam tanggapanNya Yesus mengecam mereka karena dianggap sebagai orang yang mentaati huruf hukum dan tidak memperhatikan roh hukum itu. Huruf memperbudak mereka. Roh merdeka tidak ada pada mereka. Kewajiban memelihara orang tua sebagai wujud hormat dan cinta kasih, dikorbankan dengan alasan kesalehan ritualistik semu. Hal itu dikecam Yesus. Kewajiban kepada Allah tidak membebaskan kita dari kewajiban moral etis kepada sesama, termasuk orang tua. Apa kaitan dengan Bac.I? Teks itu adalah lanjutan riwayat penciptaan langit dan bumi, mulai hari kelima hingga keenam. Pada hari keenam Allah menciptakan manusia. Perhatikan: refrein evaluasi Allah menjadi superlatif. Allah melihat bahwa segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Lalu pada hari ketujuh Allah beristirahat. Itulah hari Sabat. Hari yang diberkati dan dikuduskan Tuhan. Tuhan berlibur. Maka kita juga berlibur untuk dan bersama Tuhan. Itulah tujuan pokok Hari Sabat: berlibur untuk dan bersama Tuhan. Itu paling utama. Segala peraturan tetek-bengek lain sekitar Sabat menjadi tidak penting.


SENIN, 09 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)


BcE.Kej.1:1-19; Mzm.104:1-2a.5-6.10.12.35c; Mrk.6:53-56.


Injil hari ini berkisah tentang kegiatan Yesus yang menyembuhkan banyak orang sakit di Genesaret. Yesus sangat sibuk. Ke mana saja Ia pergi selalu diikuti banyak orang. Itulah risiko menjadi terkenal. Yesus menjadi selebritas. Tetapi ada beberapa catatan menarik di sini. Pertama, kehadiran Yesus di tempat tertentu menimbulkan kegairahan besar di antara orang yang mendengarNya. Ini sesuatu yang luar biasa. Mereka begitu bersemangat ketika mendengar dan melihat bahwa Yesus hadir di tengah mereka. Kedua, kegairahan itulah yang menyebabkan mereka mengumpulkan orang sakit agar disembuhkan Yesus. Tentu di balik ini semua, ada iman. Mereka percaya Yesus bisa menyembuhkan mereka, biarpun dengan menyentuh ujung jubahNya saja. Ketiga, kehadiran itu akhirnya bisa menjadi kabar baik, yang mendatangkan efek pembebasan dan penyelematan bagi orang yang mendengarnya. Itu yang bisa kita baca dari Injil. Apa kaitan Injil dengan Bac I dari Perjanjian Lama. Kisah yang dibaca ialah penciptaan: mulai dari hari pertama hingga hari keempat. Dengan penciptaan berarti muncul ciptaan baru, makhluk hidup baru. Sebagaimana halnya dengan penciptaan, mukjizat penyembuhan juga dimaksudkan membawa hidup baru kepada orang yang disembuhkan. Dengan mukjizat mereka diharapkan memulai kembali hidup baru. Mudah-mudahan di dalam dan bersama dengan Tuhan, semuanya baik adanya, seperti evaluasi Allah pada awal mula penciptaan.


Kamis, 05 Februari 2009

JUM'AT, 06 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)


BcE.Ibr.13:15-17.20-21; Mzm.23:1-3a.3b-4.5.6; Mrk.6:14-29.


Hari ini ada pesta wajib santo Paulus Miki. Ia adalah seorang martir dari Jepang. Ia menjadi martir Jepang bersama dengan duapuluh lima orang temannya. Mereka ini menjadi istimewa karena mereka adalah para orang kudus yang berasal dari Asia. Mari kita merayakannya. Injil hari ini berbicara kepada kita tentang salah satu drama pembantaian. Injil memang fokus pada Yesus. Tetapi Yesus yang tampil dengan hebat itu, diduga sebagai Yohanes yang sudah bangkit kembali. Sebab Yohanes ini memang dibunuh oleh Herodes. Jelas ini suatu kekejaman. Kita semua tahu alur kisah itu. Tentu tidak layak ditiru. Tetapi ada pelajaran agung yang dapat ditimba dari sana. Kita tidak dapat dan tidak boleh menjanjikan sesuatu yang berada di luar jangkauan hak dan kuasa kita agar kita jangan sampai terjebak untuk menjilat ludah sendiri. Tetapi kita baca bahwa Herodes lebih memilih mengorbankan Yohanes dari pada menanggung rasa malu karena tidak konsisten. Yohanes boleh dipandang sebagai martir yang mendahului Yesus. Sedangkan Paulus Miki dan kawan-kawan adalah juga para martir karena Kristus. Memang ada situasi di mana kita harus berani bersaksi, juga sampai berdarah. Semoga kita mendapat terang dan keberanian kalau memang saat seperti itu harus datang juga dan menimpa kita. Siapa tahu, hal seperti itu bisa juga terjadi di Indonesia. Sebab BacI memberi kita nasihat ini: Janganlah kamu lalai untuk berbuat baik dan memberi bantuan, sebab kurban-kurban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah. Dan juga dikatakan, kiranya Allah....memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, melalui Yesus Kristus.


Rabu, 04 Februari 2009

KAMIS, 05 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)


BcE.Ibr.12:18-19.21-24; Mzm.48:2-3a.3b-4.9.10.11; Mrk.6:7-13.


Hari ini ada pesta wajib St.Agata, seorang martir dan perawan dari abad ketiga. Ia adalah sebuah contoh teladan dalam hidup keperawanan, kemartiran, dan pelayanan cinta kasih. Injil hari ini berbicara kepada kita tentang pengutusan keduabelas rasul oleh Yesus sendiri. Dalam penugasan ini kita bisa melihat beberapa hal yang menjadi tugas utama para murid Yesus. Mereka diberi kuasa atas roh jahat agar bisa menyembuhkan orang dari pelbagai macam penyakit,mengusir setan-setan. Tugas berikut ialah, hidup dalam kesederhanaan, memakai sumber daya sederhana untuk melakukan sebuah tugas mulia. Tugas yang lain ialah,memperlihatkan keramah-tamahan (hospitalitas) kepada orang-orang kepada siapa mereka datang. Caranya? Yaitu dengan menerima tumpangan yang mereka berikan. Akhirnya, ada tugas lain yaitu mewartakan dan menuntut pertobatan sebagai persiapan untuk dapat menerima kerajaan Allah. Tentu semuanya ini tidak mudah. Tetapi seperti halnya St.Agata, para Rasul, kita juga hendaknya berusaha mewartakan Sabda Allah dengan sumber daya yang kita miliki. Tidak menuunggu “fasilitas” yang mewah. Mulai saja dengan dan dalam kesederhanaan. Sulit memang. Tetapi itulah yang diteladankan kepada kita. Kita tidak dapat tawar menawar dengan kenyataan itu. Kita harus bisa mulai dari hal-hal yang paling sederhana dan serba sehari-hari.


RABU, 04 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)


BcE: Ibr.12:4-7,11-15; Mzm.103:1-2.13-14.17-18a; Mrk.6:1-6.


Injil hari ini berbicara kepada kita tentang kunjungan Yesus ke Nazaret, kota asalNya, kota tempat para sanak saudaraNya hidup dan tinggal. Ketika Ia berada di sana, sebagaimana biasanya Ia pada hari Sabat berkotbah di sinagoga. Dan seperti biasanya juga, Ia tampil mengagumkan. Ia membaca dan menafsirkan Kitab Suci. Tetapi ternyata orang-orang di sana tidak mau mendengarkan Dia karena merasa bahwa Ia tidak istimewa. Ia hanya salah satu dari antara kita saja. Tidak ada yang istimewa dengan Dia. Mengapa dan untuk apa Ia harus didengarkan. Padahal di tempat-tempat lain, Yesus disambut dan didengarkan. Ia dikagumi dan dicari banyak orang. Sedangkan di Nazaret, Ia diremehkan, dilecehkan. Tetapi ada akibat fatal yang terjadi di Nazaret. Yaitu Yesus tidak mengerjakan mukjizat di sana. Ya, mukjizat hanya dapat terjadi kalau orang mempunyai hati yang terbuka untuk melihat dan menerima kehadiran Allah dalam dirinya. Kalau orang tertutup dari Allah maka tidak akan pernah bisa terjadi mukjizat juga dalam hidup orang seperti itu. Jalan yang ditempuh Tuhan untuk mendidik umatNya tidak selalu mudah. Tidak jarang jalan itu keras dan menyakitkan. Tetapi itu adalah pendidikan menuju kepada kebaikan. Bc.I menasihatkan kita agar kita mencoba bertekun dalam pendidikan menuju kebaikan seperti itu, walau pun mungkin terasa keras. Sebab “...kemudian ganjaran itu menghasilkan buah kebenaranyang memberikan damai kepad amereka yang dilatih olehnya.”


SELASA, 03 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)


BcE: Ibr.12:1-4; Mzm.21:26b-27.28.30.31-32; Mrk.5:21-43.


Hari ini kita mempunyai sebuah pesta fakultatif untuk St.Blasius, uskup dan martir. Santo Blasius ini dalam tradisi Katolik dikaitkan dengan tindakan menyembuhkan sakit tenggorokan atau kerongkongan. Gereja Katolik meneruskan tradisi itu dengan upacara lilin yang disilangkan di leher kita. Injil hari ini berbicara tentang dua mukjizat yang dikerjakan Yesus. Mukjizat pertama ialah kisah pembangkitan anak Yairus dengan ucapan yang terkenal itu: talita kum. Di tengah kisah ini disisipkan kisah mukjizat lain, penyembuhan perempuan yang menderita pendarahan. Terkenallah ucapan hati si perempuan ini: Asal aku menyentuh saja ujung jubahNya, pasti aku akan sembuh. Dan ternyata benar. Ia menyentuh jumbai jubahNya dan ia pun menjadi sembuh. Tatkala membangkitkan putri Yairus, Yesus berseru: bangunlah. Ya, kepada kita juga, Yesus berseru: bangunlah. Semoga kita pun bisa selalu bangun dari tidur iman kita. Ya, kita harus menjaga iman kita, sebab hidup iman itu amat penting. BacI menasihatkan kita agar kita hidup bertekun dalam iman. Maka ada baiknya saya ulangi sepotong nasihat ini, yang meminta kita agar selalu tertuju kepada Yesus: Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Semoga memang demikian adanya.


SENIN, 02 FEBRUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)


BcE: Mal.3:1-4 atau Ibr.2:14-18; Mzm.24:7.8.9.10; Luk.2:22-40 (22-32).


Hari ini ada Pesta Yesus dipersembahkan di Kanisah di Yerusalem. Injil versi singkat mengisahkan tentang Yesus dipersembahkan di Bait Allah dan disambut oleh Simeon (dan kemudian juga oleh Hana). Ya, orang tua wajib mempersembahkan anaknya kepada Tuhan, juga sejak usia dini. Orang tua mempunyai kewajiban mendasar untuk mendidik dan membesarkan anak-anak mereka di dalam dan bersama dengan Tuhan sendiri. Kewajiban itu tidak dapat dan tidak boleh juga ditunda-tunda. Para orang tua harus segera memberi mereka kepada Tuhan. Dalam hidup gereja, kiranya hal itu berarti, orang tua harus segera membaptis anak-anak mereka. Dengan kesadaran akan martabat luhur baptis itu, semoga para orang tua itu sendiri mengupayakan hidup yang kudus juga di dalam Tuhan. Itulah pejalaran pertama yang dapat ditarik dari Injil hari ini. Pelajaran kedua dapat kita ambil dari apa yang dibuat Simeon. Ia menerima bayi Yesus dan mengucap syukur kepada Allah atas semuanya ini. Terkenallah kalimat pendek ini dalam Kidung Simeon: Sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu. Semoga kita bisa sampai kepada kesadaran seperti itu, merasakan shalom Allah, dan meluapkan rasa syukur itu dalam pujian.


Selasa, 03 Februari 2009

SABTU, 31 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Ibr.11:1-2.8-19; MT.Luk.1:69-70.71-72.73-75; Mrk.4:35-41.

Hari ini kita punya pesta wajib, St.Yohanes Bosco. Ada yang menghayatinya sebagai hari raya. Injil hari ini mengisahkan sebuah kisah yang terkenal dan akrab di telinga kita: Yesus meredakan angin ribut di danau. Tafsir populer atas teks ini adalah tafsir alegoris. Laut atau danau adalah ibarat untuk hidup manusia. Di tengah hidup itu ada banyak badai. Tidak jarang badai itu menggoncang sampai perahu yang mengarungi laut hidup itu terancam tenggelam. Kita yang mengalami semuanya itu dilanda kecemasan dan ketakutan. Tetapi injil hari ini juga membawa kabar baik bagi kita: kita datang kepada Yesus, memohon agar Ia sudi meredakan angin dan badai dalam laut hidup kita. Badai itu bisa macam-macam. Tetapi sejauh kita percaya kepadaNya, dan mempercayakan semuanya kepada Dia, maka semuanya akan bisa teratasi. Itulah keyakinan kita sebagai orang yang percaya kepada Yesus. Itu sebabnya, Yesus, dalam salah satu simbol gereja purba dilambangkan sebagai jangkar. Ia menjadi jangkar yang menenangkan perahu yang terombang-ambing di tengah badai laut kehidupan. Di bagian akhir injil hari ini, Yesus mempertanyakan sikap para murid yang kurang atau tidak percaya. Padahal sikap percaya itulah yang menentukan dan menyelamatkan. BacI pertama hari ini mementaskan keunggulan dan keagungan dan keluhuran hidup dalam dan karena iman. Iman itulah yang menjadi kunci segala-galanya. Mari kita hidup atas dasar iman dan kepercayaan kita, dan itu berarti menjadikan Yesus sebagai jangkar perahu hidup kita.

JUM'AT, 30 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE.Ibr.10:32-39; Mzm.37:3-4.5.23-24.30-40; Mrk.4:26-34.

Hari ini ada satu orang kudus yang kita kenang, Yasinta Mareskoti. Hendaknya kita sadar bahwa ia menjadi kudus karena hidup dalam kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu tidak selalu kentara hadirnya di dunia ini. Itulah sebabnya Yesus menyampaikan banyak perumpamaan tentang kerajaan Allah agar orang bisa menangkap dan merasakan kehadirannya. Ya, memang hadirnya Allah dalam hidup manusia di dunia ini tidak selalu tampak kentara, tetapi sesungguhnya kehadiran itu mempunyai daya kuasa yang besar untuk mendatangkan perubahan (transformasi). Hadirnya Allah dan kerajaanNya mendatangkan perubahan besar dalam hidup pribadi manusia dan juga tata hidup sosial kemasyarakatan. Apa yang kecil dapat menjadi besar di dalam kerajaan Allah. Dan Allah bekerja secara tidak kentara, tidak berada dalam kontrol dan kesadaran kita. Ia datang dan bertumbuh serta meraja begitu saja. Tugas kita ialah melihatnya, menyadarinya, dan memuliakan kehadiran itu dalam dan melalui hidup kita. Yang jelas kalau kerajaan itu datang, maka semua orang akan mendapat tempat di dalamnya. Ya, kerajaan Allah itu tidak eksklusif. Ia serba inklusif, merangkul, dan merangkum semuanya dalam kasih dan kerahimanNya. Kita akan bisa mendapat bagian di dalamnya kalau kita dengan tekun mencari dan menemukannya dan kalau sudah menemukannya kita tekun berkanjang juga hidup di dalamnya (Bac.I).

KAMIS, 29 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE.Ibr.10:19-25; Mzm.24:1-2.3-4ab.5-6; Mrk.4:21-25.

Ada dua orang kudus yang dikenang hari ini: Yosef Freinademetz dan Arkanjela Girlani. Mereka menjadi kudus karena mengikuti Yesus Kristus. Mereka menjadi kudus dalam Yesus Kristus. Hidup mereka yang kudus menjadi pelita yang tampak ke dunia di sekitar dan menerangi dunia itu. Dalam Kristus mereka seakan ditaruh di atas kaki dian sehingga menjadi tampak dan terang benderang dan bisa menerangi dunia sekitar. Itulah nasihat pertama yang dapat kita tarik dari injil hari ini. Nasihat kedua ialah perintah untuk mendengarkan. Kalau kita bertelinga, maka orang harus mendengarkan. Kalau tidak mau mendengarkan, maka telinga itu percuma. Nasihat ketiga, menyangkut etika bisnis: Jangan memanipulasi alat timbang dalam dagang. Hal seperti itu tidak baik. Nanti akan terkena batu sendiri. Nasihat keempat, soal memiliki sesuatu dan sesuatu yang dimiliki itu harus berkembang, dikembangkan. Kalau tidak maka akan menyusut, bahkan hilang. Itu hukum alam. Seperti bahasa, you use it or loose it. Bahasa itu kalau dipakai semakin lancar, tetapi kalau tidak dipakai akan mati. Semua ini mungkin “karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Bc.I).

RABU, 28 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE.Ibr.10:11-18. Msm.110:1.2.3.4; Mrk.4:1-20.

Hari ini kita punya sebuah pesta wajib untuk salah satu santo kita yang terkenal, Thomas Aquino. Ia adalah teolog agung Abad Pertengahan. Ia juga filsuf. Gereja pantas bersyukur karena mendapat anugerah besar dari Allah dalam diri santo Thomas ini. Injil hari ini sangat terkenal dan akrab di telinga kita, sebab ia berbicara tentang penabur itu. Dengan jelas injil melukiskan bahwa ada empat jenis tanah. 1). Tanah di pinggir jalan. 2). Tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya. 3). Tanah dalam semak berduri. 4). Tanah yang baik. Jelas, kategorisasi tanah ini adalah nasihat dan imbauan implisit bagi kita untuk berefleksi: Termasuk jenis tanah seperti apakah diri kita? Tentu hanya anda yang tahu. Semoga kita termasuk kategori tanah keempat, yang subur, dan karena itu bisa menghasilkan buah berlimpah. Teks ini adalah salah satu petunjuk bagaimana Kitab Suci menafsir dirinya sendiri, sebab ay 13-20 adalah tafsir atas ay 1-12. Pesannya jelas: kita harus menjadi tanah yang baik, yang dapat menumbuhkan benih Sabda Allah dan menghasilkan buah berlipat ganda. Model tanah keempat adalah model tanah efektif, seperti dalam BacI kita diberi model korban persembahan sempurna dan efektif, karena dilakukan satu kali dan selamanya. Itulah korban Yesus di salib yang mendatangkan efek penebusan dan penyelamatan bagi kita.


SELASA, 27 JANUARI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

BcE: Ibr.10:1-10. Mzm.40:2.4ab.7-8a.10-11; Mrk.3:31-35.

Hari ini ada peringatan fakultatif St.Angela Merici. Bagi OSU, ini hari raya. Masih ada orang kudus lain yang diperingati hari ini. Injil membentangkan kepada kita sesuatu yang menarik, yaitu kriteria saudara-saudara Yesus. Ini kriteria baru menjadi “kerabat” Yesus. Yang lebih penting bukan lagi hubungan jasmani, darah, melainkan hubungan rohani, hubungan dalam dan karena firman, ketaatan kepada Sabda Allah. Orang yang melakukan kehendak Allah, itulah yang dipandang Yesus sebagai saudara, ibu dan bapaNya. Itu sebabnya kita mengakhiri Injil dengan proklamasi sbb: Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya. Dan kita menjawab dengan lantang-meriah: Tanamkanlah sabdaMu ya Tuhan, dalam hati kami. Dalam arti itu, kita berpeluang sama menjadi saudara Yesus asal kita mau melakukan kehendak Allah. Orang kudus, terutama yang diperingati hari ini, menjadi kudus, karena mereka melakukan kehendak Allah dalam seluruh hidup mereka. Menjadi kudus berarti menjadi saudara Yesus. Itu harus diperjuangkan dalam seluruh hidup. Semoga kita mampu berkanjang dalam upaya itu. Kalau kita mampu melakukan hal itu, kiranya seluruh hidup kita dapat menjadi “persembahan yang sempurna” di hadapan Allah (Bc.I: walau bacaan ini berbicara tentang kesempurnaan persembahan Yesus sang imam agung. Tetapi kita pun dapat melakukan persembahan sempurna itu dalam dan melalui hidup kita).