Selasa, 22 Desember 2009

RABU, 23 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M (EFBE@fransisbm)
PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FF UNPAR BANDUNG

BcE. Mal.3:1-4; 4:5-6; Mzm.25:4b-5b.8-9.10.14; Luk.1:57-66.




Hari ini hari kedua puluh lima Adven. Pada hari ini ada Peringatan St.Yohanes dr Kety. Mari kita kenang dia dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, mengisahkan kelahiran Yohanes Pembaptis. Ada rangkaian mukjizat dalam kisah ini. Pertama, mukjizat kelahiran itu sendiri. Kedua, mukjizat kelahiran pada hari tua. Orang yang sekian lama dianggap mandul kini melahirkan anak. Mandul pada jaman itu dianggap kutukan. Maka kelahiran adalah berkat dan rahmat Allah yang berlimpah. Ketiga, mukjizat mengenai nama anak itu. Ibunya memberi nama Yohanes. Ternyata nama itu juga yang diberikan ayah kepadanya yang ditulisnya pada batu tulis. Keempat, setelah menuliskan nama itu, terlepaslah “rantai” yang mengikat lidah Zakharia sehingga ia berbicara lagi. Lidah yang sekian lama bisu sejak di bait Allah, kini dapat berbicara lagi ketika anak lahir. Mengalirlah dari mulut dan lidah yang sekian lama kelu sebuah kidung pujian yang amat terkenal dalam tradisi Gereja Barat dan dipakai pada doa pagi (Laudes). Kidung ini pun punya nama teknis dalam bahasa Latin, Benedictus. Tentu rangkaian tanda ajaib itu serta merta membuat orang terheran-heran dan bertanya-tanya: siapa gerangan anak ini? Pasti anak ini anak ajaib. Mengapa? Karena “tangan Tuhan menyertai dia.” Mereka sudah bisa menduga, bahwa tanda ajaib yang menandai kelahirannya menyimpan sesuatu tentang masa depan anak itu. Sekarang belum kelihatan, tetapi nanti akan menjadi nyata dan terang benderang.

Senin, 21 Desember 2009

SELASA, 22 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
PENELITI CCRS (CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES) FF UNPAR BANDUNG

BcE. 1Sam.1:24-28; MT 1Sam.2:1.4-5.6-7.8abcd; Luk.1:46-56.




Hari ini hari keduapuluh empat Adven. Natal sudah dekat. Mari kita bersihkan hati kita lagi dan lagi. Injil hari ini, juga sangat terkenal karena ini adalah kidung Maria atau Magnificat itu. Lagu ini adalah reaksi Maria ketika ia mendengar dan melihat lonjakan kegirangan dari Elisabet. Teks ini terkenal karena teks ini, dalam Gereja Barat, dipakai pada Ibadat Sore (Vesper). Ini adalah sebuah kidung jemaat gereja purba. Dan ini adalah yang pertama dari keempat kidung serupa dalam gereja purba menurut Lukas. Ada beberapa hal penting yang bisa dikemukakan tentang teks ini. Pertama, teks ini mendasarkan diri dengan kuat pada Abraham, karena nama beliau disebut di sana begitu juga para leluhur yang lainnya (disinggung secara sekilas). Lagu ini mempunyai ciri-corak Yahudi-Kristiani yang sangat kuat dan kental. Kedua, teks ini sering sekali dipandang sebagai model teks dengan tema pembalikan (tema subversif dalam artian paling dasar dari kata itu). Dan tema itu sebenarnya mengikuti tema pembalikan yang sama dalam Perjanjian Lama (1Sam.2:1-10), tetapi tema perjanjian lama itu dimodifikasi di sini. Tetapi inti pewartaannya kurang lebih sama. Mereka yang menindas, sekarang ini akan dijungkir-balikkan. Orang yang hina-dina akan diangkat dan dijunjung tinggi. Orang yang lapar akan dikenyangkan. Sebaliknya mereka yang kini kenyang akan disuruh pergi dengan tangan kosong. Tema pembalikan itu tidak boleh hanya berhenti pada level wacana belaka, melainkan harus menjadi sebuah praksis, sebuah perbuatan, yaitu praksis pembebasan, praksis emansipasi. Itulah yang sebenarnya menjadi motivasi dasar dari teks itu sendiri.

SENIN, 21 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FF UNPAR BANDUNG.
BcE. Kid.2:8-14 (Zef.3:14-18a); Mzm.33:2-3.11-12.20-21; Luk.1:39-45.



Hari ini hari kedua puluh tiga Adven. Natal semakin mendekat. Mari kita mempersiapkan diri dengan semakin baik. Injil hari ini, mengisahkan sebuah kisah terkenal yaitu kunjungan Maria kepada Elisabet. Terkenal karena di sini dikisahkan kisah perjumpaan yang penuh pesona antara Maria dan Elisabet. Terkenal karena di sini terdapat sepenggal kalimat yang sering dipakai umat Katolik dalam doa Salam Maria. Terkenal karena di sini muncul teologi rahim, teologi khas perempuan. Terkenal karena di sini muncul teologi solidaritas, teologi ikatan keluarga yang amat indah dan penuh daya pesona, teologi komunitas, teologi relasi. Kunjungan Maria mungkin tidak diduga oleh Elisabet. Tetapi Maria terdorong datang karena diberitahu malaekat bahwa Elisabet mengandung dan kini sudah bulan keenam. Ia dalam penantian menyongsong kelahiran bayi pertama, di masa tua. Bisa dibayangkan, ia rindu pendampingan dari orang tercinta. Tidak mengherankan ketika salam Maria, sang kerabat dekat, terdengar Elisabet sangat bergembira. Bahkan kegembiraan itu turut dirasakan oleh bayi dalam rahimnya. Hal ini dinyatakan Lukas dua kali. Jadi, betapa itu amat penting. Teologi keluarga, teologi ikatan keluarga muncul di sini. Bahkan teologi moral hidup juga ada di sini: Bahwa bayi dalam kandungan pun sudah bisa berkomunikasi dan bisa mengkomunikasikan diri dengan caranya sendiri yang hanya bisa dirasakan oleh para ibu. Maka jangan pernah melakukan aborsi karena mereka sudah ada, sudah bisa berelasi, bisa berkomunikasi, bisa membentuk satu komunitas, komunitas rahim, komunitas kerahiman. Semoga renungan ini bisa membawa perspektif dan kesadaran baru bagi kita.

SABTU, 19 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
PENELITI CCRS (CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES) FF UNPAR BANDUNG
BcE. Hak.13:2-7.24-25a; Mzm.71:3-4a.5-6ab.16-17; Luk.1:5-25.



Hari ini hari Kedua puluh satu Adven. Peristiwa kedatangan Tuhan Yesus semakin mendekat dan mendekat. Injil hari ini, mengisahkan sesuatu yang sangat indah dan menarik bagi kita. Ada dua adegan penting yang dibentangkan di sini. Pertama, adegan Zakharia menjalankan tugasnya untuk mempersembahkan korban di Bait Allah dan masuk ke dalam Kudus Mukadas di Yerusalem. Dalam peristiwa itulah terjadi sebuah visiun kepada Zakharia. Berbeda dengan Maria kemudian, Zakharia tidak percaya akan kabar baik dari malaekat itu. Hal itu wajar saja, sebab baik dirinya maupun isterinya (Elisabet) sudah tua. Jadi, tidak ada harapan lagi untuk dapat mengandung. Kabar kehamilan oleh injil disebut kabar baik (injil). Itu pesan paling fundamental dari injil hari ini terutama di tengah kebudayaan yang menurut istilah Paus Yohanes Paulus II, sangat menekankan the culture of death (kultur kematian) dari pada the culture of life and the culture of love and peace (kultur kehidupan, kultur cinta kasih dan perdamaian). Karena Zakharia tidak percaya maka ia pun menjadi bisu yang akan berlangsung sampai kelahiran anaknya. Kiranya pesan injil ini sangat jelas: Tidak ada alasan untuk berhenti berharap pada tindakan dan campur tangan Allah dalam hidup kita ini. Akan selalu ada saat-saat di mana Allah akan bertindak dalam hidup manusia menurut cara-cara dan ukuran-ukuran yang tidak terduga-duga sama sekali. Itulah yang terjadi atas hidup Zakaria dan Elisabet. Di masa tuanya mereka mengalami perbuatan agung Tuhan, mengalami hesed Allah, kasih setia Allah.

JUM'AT, 18 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FF UNPAR BANDUNG
BcE. Yer.23:5-8; Mzm.72:2.12-13.18-19; Mat.1:18-24.




Hari ini hari kedua puluh Adven. Injil hari ini, mengisahkan sesuatu yang sangat indah yaitu kabar gembira dari malaekat Gabriel kepada Yusuf. Jadi, yang mendapat kabar gembira itu tidak hanya Maria, melainkan juga Yusuf. Dalam sebuah visiun (mimpi sebagai sarana wahyu) Gabriel meneguhkan hati Yusuf agar ia tidak takut mengambil Maria sebagai isterinya. Mengapa? Karena anak yang ada dalam rahim Maria itu berasal dari Roh Kudus yang akan menjadi penyelamat umat dari dosa (Yeshuha). Dengan mengutip Yesaya, Matius menetapkan pada awal injilnya bahwa Allah akan senantiasa menyertai kita, Immanuel. Hal itu akan menjadi warta pokok Matius, sebab imanuel itu nanti masih akan muncul di bagian akhir injilnya. Dan yang terpenting ialah keputusan Yusuf yang karena peneguhan dari Malaekat lalu mengambil Maria menjadi isterinya. Yusuf, seorang yang saleh hatinya, bersedia menerima Maria yang sedang mengandung Yesus (keselamatan dari Allah bagi umat) dalam rahimnya. Dengan cara itu Yusuf menjadi sang pelindung Yesus, sang penebus. Itulah sebabnya tradisi Katolik memberi Yusuf sebuah gelar terhormat sebagai pelindung sang Penebus, Protector Redemptoris. Fiat Maria dalam Lukas, diimbangi oleh Matius di sini dengan semacam fiat Yusuf. Kedua fiat itu menjadi model perilaku hidup beriman bagi kita sekalian.

Minggu, 20 Desember 2009

MINGGU, 14 FEBRUARI 2010

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FF UNPAR BANDUNG

BcE. Yer.17:5-8; Mzm.1:1-2,3,4,6; 1Kor.15:12,16-20; Luk.6:17,20-26.




Injil hari ini mengisahkan kepada kita tentang kotbah Yesus di tempat datar (beda dengan Matius, kotbah di bukit yang terkenal itu). Setelah pengantar singkat dalam ayat 17, injil dilanjutkan dengan Ucapan bahagia dan celaka. Di sana muncul empat kali kata “berbahagialah” dan satu kali kata “bersukacitalah” dan “bergembiralah.” Menarik bahwa alasan “berbahagia” itu diletakkan di masa depan, sesuatu yang mungkin kontras dengan pengalaman kini. Di sini Yesus mengajar kita untuk hidup dalam perspektif masa depan dan tidak hanya terkelabu oleh perangkap bentuk dan pengalaman hidup masa kini. Kita tidak boleh hanya hidup dari dan berdasarkan perspektif masa kini, walau kita hidup sekarang dan di sini. Ini pelajaran penting pertama. Kita perhatikan bahwa Yesus memakai kata “celakalah” sebanyak empat kali. Sabda celaka itu dikaitkan dengan pengalaman dan realitas hidup masa kini. Sebagaimana halnya dalam kata-kata pertama yang serba positif dan optimistik, demikian juga dalam pilihan kata-kata bagian ini menjadi cukup jelas, yaitu menetapkan arah orientasi hidup. Hidup harus dihayati dan diarungi dalam konteks bentangan masa depan. Orang jangan sampai hanya terjebak oleh terpaan arus peradaban modern belaka yang menawarkan banyak kemudahan dan kemewahan yang membuat mata kepala dan mata hati orang tertutup. Sabda celaka injil ini sudah terdengar gema awalnya dalam Bac.I. Di sana dikontraskan dua cara hidup: cara hidup yang mengandalkan Allah dan hidup yang mengandalkan manusia. Yang terdahulu dikatakan “Diberkatilah”. Yang kemudian dikatakan “Terkutuklah.” Masing-masing cara hidup itu ditampilkan dengan ibarat yang menarik. Yang satu diibaratkan pohon yang hidup di gurun kering. Yang lain diibaratkan pohon yang hidup di tepi sungai. Yang satu kerdil, yang lain subur. Tinggal kita memilih mau menjadi seperti yang mana? Injil membentangkan hidup dalam perspektif masa depan. Konkretnya perspektif masa depan itu ialah kepercayaan akan kebangkitan. Itulah yang dibicarakan dalam Bac.II. Kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu.

MINGGU, 07 FEBRUARI 2010

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Yes.6:1-2a,3-8; Mzm.138:1-2a,2bc-3,4-5,7c-8; 1Kor.15:1-11; Luk.5:1-11.



Injil hari ini mengisahkan pemanggilan para murid dari pekerjaan mereka sebagai penjala ikan menjadi penjala manusia. Setelah mengajar di tepi pantai, Yesus menyuruh Simon agar “duc in altum” untuk menangkap ikan. Petrus berkata bahwa mereka sudah tangkap ikan semalaman tetapi gagal. Kini Petrus mencoba melakukan lagi hal itu karena perintah Yesus. Hasilnya, luar biasa. Hal itu menyebabkan Petrus merasa kecil dan berdosa di hadapan Yesus. Jawaban Yesus mendatangkan perubahan transformatif besar dalam hidup Simon dkk: Mereka diubah dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Sejak itu, mereka meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus. Sebagaimana dalam injil kita mendengar “panggilan” Petrus dkk, demikian juga dalam Bac.I kita membaca kisah lain, yaitu panggilan Yesaya. Lewat peristiwa visiun dramatis di Bait Allah, Yesaya dipilih, dipanggil dan diutus untuk melaksanakan perintah Allah. Dalam injil peristiwa pemanggilan itu didahului mukjizat yang memurnikan motivasi, demikian juga dalam Bac.I ini panggilan dan penugasan Yesaya didahulu peristiwa ajaib. Dalam injil pemanggilan itu dilanjutkan dengan penugasan, demikian juga di sini pemanggilan Yesaya dilanjutkan dengan penugasan. Bedanya Yesaya menyatakan eksplisit persetujuannya atas penugasan itu sedangkan Simon dkk tidak eksplisit menyatakan hal itu, hanya secara simbolis. Bac.II hari ini mengemukakan sisi lain dari panggilan itu: Bahwa panggilan itu tidak terutama ditentukan oleh disposisi hidup batin seseorang. Apapun disposisi orang itu, kalau Allah memutuskan untuk memilih dan menetapkan orang itu menjadi alatNya, maka hal itu akan terjadi. Itulah yang terjadi dengan kisah Paulus. Ia yang tadinya penganiaya jemaat, kini menjadi pewarta ulung dan tangguh. Itu semua terjadi karena rahmat dan kasih setia Allah semata-mata.

MINGGU, 31 JANUARI 2010

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransibm)
BcE. Yer.1:4-5,17-19; Mzm.71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17; 1Kor.12:31;13:13; Luk.4:21-30.



Injil hari ini merupakan kelanjutan injil Minggu lalu. Minggu lalu kita mendengar Yesus mengajar di rumah ibadat di Nazaret. Ia membaca teks dari Yesaya. Ketika selesai membaca, orang menantikan bagaimana Ia menafsirkan teks itu. Keluarlah perkataan ini: bahwa apa yang dikatakan dalam teks itu, hari ini tergenapi. Sebagian pendengar merasa bahwa tafsir itu benar. Sebagian lagi ragu-ragu karena sulit percaya karena mereka mengenal siapa Dia? Siapa saudara-Nya. Itu sebabnya Yesus berkata bahwa tidak ada nabi yang dihormati di tempat asalnya. Dan itu tidak mengherankan karena selama ini dalam sejarah Israel hal seperti itu pernah terjadi pada Elia dan Elisa. Mereka tidak mengerjakan mukjizat di tempat asal mereka yaitu di Israel, melainkan untuk orang di luar Israel. Sedangkan di Israel sendiri ada penolakan. Mendengar itu orang di rumah ibadat itu marah dan mau membunuh Yesus. Yesus tidak gentar. Mungkin karena Yesus merasa bahwa tugas perutusanNya berasal dari Allah dan Allah menjadi benteng pertahanan bagiNya, sebagaimana dikatakan dalam Bac.I: “Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau…” Yesus berani melakukan semuanya ini karena didorong cinta kasih, yang dimadahkan dengan sangat indah dalam Bac.II. Ya, Kasih itu tidak berkesudahan.

MINGGU, 24 JANUARI 2010

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransibm)
BcE. Neh.8:3-5a,6-7,9-11; Mzm.19:8,9,10,15; 1Kor.12:12-30; Luk.1:1-4; 4:14-21.



Injil hari ini cukup aneh karena menggabungkan dua perikopa berbeda. Pertama, pendahuluan injil Lukas. Kedua, Yesus kembali ke Galilea. Dalam yang pertama, ada dua hal yang dikemukakan yaitu niat penginjil untuk membukukan kabar baik tentang Yesus secara teratur. Juga agar “…segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.” Jadi, injil ditulis untuk menjamin kebenaran pemberitaan Injil. Dalam yang kedua, ada satu peristiwa penting: Yesus mengajar di rumah ibadat di Nazaret dengan mengutip nabi Yesaya. Pendengar berharap agar Ia menafsirkan teks itu. Apa hubungan kedua perikopa ini? Sederhana saja: salah satu hal yang mau diwartakan Lukas ialah bahwa Yesus ditolak oleh orang sebangsaNya. Bac.II mengajarkan sesuatu yang lain dan juga menarik yaitu mengenai satu tubuh dalam Kristus, walau terdiri atas banyak anggota. Ya, di dalam Kristus kita semua adalah satu, bahkan satu tubuh, dan Kristus kepalanya. Tidak boleh ada saling meremehkan dalam solidaritas satu tubuh Kristus itu. Bac.I dari Neh dipilih di sini karena seperti mau menampilkan prototipe Kristus yang masuk dalam rumah ibadat dan dengan penuh kewibawaan membacakan firman Allah dan menjelaskannya kepada pendengar. Seperti Nehemia, Yesus pun tampil memukau yang pada gilirannya memunculkan reaksi beragam. Yesus, yang dipenuhi Roh Allah mampu mewartakan kehadiran Roh Allah itu ke atas dunia ini.

MINGGU, 17 JANUARI 2010

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Yes.62:1-5; Mzm.96:1-2a.2b-3,7-8a,9-10ac; 1Kor.12:4-11; Yoh.2:1-11.



Injil hari ini mengisahkan mengenai mukjizat pertama yang dikerjakan Yesus dalam perkawinan di Kana. Itulah yang pertama dari tujuh tanda yang dikerjakan Yesus dalam layanan publikNya. Teks ini amat akrab di telinga kita. Sebagai orang Katolik kita menekankan peranan Bunda Maria di sini. Ia menjadi “pengantara” untuk melihat situasi kekurangan yang dialami tuan pesta dan menyampaikan keadaan itu kepada Yesus. Per Mariam ad Yesum. Hal itu tepat diterapkan di sini. Tetapi kali ini yang lebih penting ialah transformasi kultural yang dilakukan Yesus. Air tempayan yang biasanya dipakai sebagai pembasuhan, sekarang diubah dan mendapat martabat dan fungsi baru, menjadi minuman menyegarkan. Transformasi kultural-ritual itu membuat banyak orang heran. Dalam Bac.I dikatakan bahwa ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah yang sama yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Salah satu perbuatan ajaib itu ialah tindakan Yesus mengubah air menjadi anggur. Pasti di sini Allah bekerja aktif. Kalau dalam injil dikisahkan mengenai pesta perkawinan di Kana, dalam Bac.I, perkawinan itu dipakai sebagai ibarat perjumpaan Allah dan umat. Perjumpaan itu mendatangkan sukacita yang tiada terkira pada kedua belah pihak (mempelai pria dan wanita). Sukacita dan optimisme itulah yang dibangun Yesus dalam perkawinan di Kana. Anggur itu mendatangkan sukacita, mengubah pesta yang hampir muram durja, menjadi ceria kembali, bukan terutama karena anggur, melainkan karena kehadiran Tuhan di dalamnya.

Kamis, 17 Desember 2009

KAMIS, 17 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Kej.49:2.8-10; Mzm.72:1.3-4b.7-8.17; Mat.1:1-17.



Hari ini hari kesembilanbelas Adven. Injil hari ini membeberkan kepada kita silsilah Yesus Kristus. Setiap manusia yang lahir dan hidup di dunia ini tentu mempunyai daftar silsilahnya. Demikian juga dengan Yesus. Dalam injil hari ini kita dengar daftar silsilah Yesus. Hal itu menjelaskan dan menggambarkan mengenai asal-usul Yesus Kristus. Membaca daftar ini bisa membosankan karena hanya menyebutkan nama orang. Tetapi ada hal yang sangat menarik juga. Yaitu bahwa dalam daftar silsilah ini ada nama beberapa perempuan, sesuatu hal yang tidak lazim dalam sebuah kultur yang kental dengan cengkeraman patriarki. Biasanya daftar silsilah itu ditentukan oleh nama-nama kaum pria. Di sini, ada juga nama kaum perempuan. Bahkan di akhir daftar silsilah ini, Maria-lah yang tampil menonjol sebagai pemeran utama. Lebih menarik lagi ialah bahwa dari beberapa perempuan itu ada pelacur (Tamar, Rahab), ada juga orang asing (Rut). Istri Uria (Batseba) disebut juga di sini (ini menyiratkan perkawinan Daud yang merampas istri orang). Apa yang dapat ditimba sebagai pelajaran penting dari semua hal ini? Yaitu tidak lain ialah bahwa dalam diri Yesus “terangkul” semua unsur dan potensi, termasuk hal-hal yang biasanya dianggap sepele dan dipandang sebelah mata oleh orang lain dan masyarakat umumnya. Sikap dan pandangan inklusif ini akan terus bertahan sebagai benang merah dalam seluruh injil Matius. Semoga hal ini juga dapat menjadi sikap dasar hidup kita masing-masing.

RABU, 16 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Yes.45:6b-18.21b-25; Mzm.85:9ab-10.11-12.13-14; Luk.7:19-23.



Hari ini hari kedelapanbelas Adven. Ada Peringatan Beata Maria dr Malaekat. Mari kita kenang dia dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini bercerita kepada kita mengenai Yohanes yang mengutus muridnya menanyakan sesuatu kepada Yesus. Mereka tanyakan mengenai status Kemesiasan Yesus: Apakah dia mesias? Kalau tidak, mereka harus menunggu yang lain. Ketika pertanyaan Yohanes itu disampaikan utusannya kepada Yesus, Yesus menjawab secara tidak langsung. Ia meminta utusan itu untuk melihat apa yang dikerjakan Yesus. Saat itu Yesus sedang melakukan banyak mukjizat dan tanda ajaib. Sebagai jawaban Yesus hanya mempersilahkan utusan itu untuk membuka mata terhadap semua karya ajaib Yesus. Di akhir rangkaian daftar perbuatan ajaib itu, ada satu pernyataan penting. Yaitu Yesus mewartakan kabar baik kepada orang miskin. Memang jaman mesianis adalah jaman pemulihan manusia dan kemanusiaan. Mesias datang untuk mewartakan kabar baik kepada orang miskin dan sederhana. Kabar baik itu harus mempunyai dampak bagi hidup orang kecil, miskin dan menderita. Dalam arti itu, kabar baik itu mempunyai dampak liberatif dan transformatif. Itulah arti dan tanda penting dari ada dan kehadiran Mesias. Sebagai pembaca masa kini, saya bisa menyimpulkan bahwa Yesus sebenarnya secara tidak langsung menyatakan bahwa dirinya adalah Mesias. Tetapi kita tidak dapat memastikan apakah kedua utusan itu percaya dan menerima Yesus. Namun yang jelas pada akhir injil ini dibeberkan kriteria dalam relasi dengan Yesus. Yang menerimaNya akan menjadi bahagia. Tentu yang tidak menerima-Nya akan menderita. Semoga kita termasuk dalam kelompok pertama, yang bersedia menerima dan percaya kepada Yesus.

SELASA, 15 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Zef.3:1-2.9-13; Mzm.34:2-3.6-7.17-18.19-23; Mat.21:28-32.



Tanpa terasa hari ini hari ketujuh belas Adven. Injil hari ini, melukiskan kepada kita perumpamaan tentang dua orang anak. Ada seorang ayah yang mempunyai dua anak laki-laki. Ayah itu mendatangi anak pertama dan menyuruhnya pergi bekerja tetapi anak itu tidak mau. Maka si ayah pun mendatangi anak kedua dan menyuruh anak itu pergi bekerja. Anak pertama mengatakan tidak mau, tetapi kemudian ia pergi bekerja. Anak kedua mengatakan mau, tetapi ia tidak mau pergi bekerja. Jika dinilai berdasarkan perbuatannya (bukan berdasarkan perkataannya), tentu anak pertama-lah yang baik, karena ia yang mau melakukan kehendak bapanya. Sedangkan anak kedua tidak karena ia tidak melakukan kehendak bapanya. Kedua model sikap ini langsung diterapkan pada sikap hidup bangsa Yahudi. Yohanes sudah datang kepada mereka untuk menunjukkan jalan kebenaran kepada mereka, tetapi mereka tidak percaya kepadanya. Jadi, mereka “mendengarkan” Yohanes tetapi tidak mau melakukannya. Padahal percaya itu keluar dari pendengaran (fides ex auditu). Kelompok yang percaya ialah justru para pendosa, pelacur dan pemungut cukai. Mereka, dalam dan melalui perbuatannya, percaya kepada dan menerima Yohanes. Sikap inilah yang dibenarkan dan bahkan dimuliakan oleh Yesus. Semoga kita didapati demikian oleh Tuhan Yesus sendiri.

SENIN, 14 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Bil.24:2-7.15-17a; Mzm.25:4bc-5ab.6-7c.8-9; Mat.21:23-27.



Hari ini Hari keenam belas Adven. Ada Peringatan St.Yohanes dr Salib. Mari kita kenang dia dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini mengisahkan mengenai pertanyaan yang diajukan para imam dan tua-tua Yahudi sehubungan dengan Kuasa Yesus. Tuhan mempunyai otoritas mengajar yang luar biasa. Hal itu menimbulkan pertanyaan dalam diri orang banyak: dari mana datangnya kuasa itu? Itu yang ditanyakan para penatua Yahudi. Memang begitu sifat manusia: setiap kali melihat sesuatu yang baru, hal itu bisa dihadapi dengan kagum atau mengagumi, tetapi bisa juga dihadapi dengan menanyakan dan mempertanyakan. Penatua Yahudi di sini bertanya dalam rangka mempertanyakan atau mempersoalkan otoritas Yesus. Karena itu, Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan. Kebetulan yang diangkat Yesus ialah kasus Yohanes Pembaptis. Penatua Yahudi tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Maka Yesus pun tidak mau menjawab pertanyaan mereka mengenai kuasa Yesus. Pelajaran yang bisa ditimba dari bacaan ini. Relasi antar manusia adalah sesuatu yang rumit dan berbelit-belit. Itu tidak terhindarkan. Ada orang yang membangun relasi itu dengan berdialog positif. Ada juga yang membangunnya dengan pendekatan konfrontatif. Itulah yang dilakukan petinggi Yahudi terhadap Yesus. Mereka datang bukan untuk belajar melainkan untuk bertanya dan mempertanyakan. Mari kita tengok kembali bagaimana relasi kita dengan sesama. Semoga kita adalah tipe orang yang mau membangun relasi itu ke arah yang lebih baik.

Jumat, 11 Desember 2009

SABTU, 12 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Sir.48:1-4.9-11; Mzm.80:2ac,3b.15-16.18-19; Mat.17:10-13.



Hari ini hari ke-14 Adven. Ada Peringatan St.Yohana Fransiska de Chantal, SP Maria Guadalupe. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini amat singkat. Di sini dibahas sebuah diskusi teologis yang tidak mudah diterangkan dan dipahami. Teks ini ada dalam konteks kisah besar “Yesus dimuliakan di gunung” (transfigurasi). Para murid bertanya mengenai salah satu pendapat yang beredar di masyarakat, terutama di kalangan ahli Taurat. Mereka beranggapan bahwa kedatangan Anak Manusia didahului kedatangan Elia. Itu yang menjadi pendapat umum. Rupanya Tuhan Yesus membenarkan pendapat itu. Bahkan menurut Tuhan Yesus, Elia sudah datang dengan tugas utama memulihkan segala sesuatu. Tetapi, ia tidak diterima sebagaimana mestinya. Ia tidak dikenal orang yang menantikan kedatangannya. Ini paradoksal: dinantikan tetapi tidak dikenal. Ia diperlakukan dengan kasar dan semena-mena. Para muridpun teringat akan sosok Yohanes Pembaptis. Nasib pendahulu, selama tidak ada perubahan cara hidup dan cara pandangan, alias jika tidak terjadi pertobatan/metanoia, akan terjadi juga pada Anak Manusia, bagi siapa pendahulu datang. Sebagaimana pendahulu, Anak Manusia pun tidak dikenal orang, juga diperlakukan sewenang-wenang. Ia akan menderita sengsara karena orang angkatan ini. Di depan kita terbentang model bersikap dalam menghadapi kedatangan Anak Manusia. Yaitu Model mengenal dan peduli. Juga ada model sikap tidak mau tahu. Semoga kita bisa memilih kita ada di mana? Saya berharap kita sekalian berada pada jalur yang benar.

JUM'AT, 11 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yes.48:17-19; Mzm.1:1-2.3.4.6; Mat.11:16-19.



Hari ini hari ke-13 Adven. Ada peringatan St.Damasus I (Paus). Mari kita kenang dia dalam hidup dan doa. Injil hari ini mengisahkan dua hal. Pertama, perumpamaan yang dipakai Tuhan untuk menjelaskan orang jaman ini. Menurut Tuhan, angkatan ini adalah orang apatis, indiferentis, penganut cuekisme. Mereka tidak bisa memberi reaksi yang tepat dan sepadan dengan situasi yang muncul atau diciptakan di sekitar mereka. Ada yang meniup seruling, tetapi mereka tidak menari. Ada yang mengidungkan kidung duka, tetapi mereka tidak meratap. Reaksinya tidak pas. Orang seperti itulah yang dihadapi Tuhan. Itu yang dilukiskan dalam bagian berikut. Kedua, pelukisan mengenai reaksi orang ketika melihat Anak Manusia. Sebelum Anak Manusia datang, sudah hadir terlebih dahulu Yohanes. Ia tampil sebagai asketik, bermatiraga (tidak makan, tidak minm). Orang menganggap dia gila, kerasukan setan karena matiraganya. Lalu tampil Anak Manusia. Kebalikan dari cara Yohanes. Anak Manusia makan dan minum. Tetapi orang menganggap Dia pelahap dan peminum. Memang repot memenuhi kriteria dan harapan semua orang. Tidak mungkin bisa memuaskan tuntutan dan harapan semua orang. Maka perlu ada pemilihan yang tegas dan konsisten. Tuhan Yesus memilih untuk berada pada pihak yang selama ini dianggap sampah. Lalu dikatakan di akhir injil: Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Hikmat itu ialah Tuhan Yesus. Perbuatannya berada pada pihak orang kecil. Tema ini bergema sampai akhir injil Matius. Semoga kita mampu menarik pelajaran dari sikap dan hidup Tuhan Yesus.

Kamis, 10 Desember 2009

KAMIS, 10 DESEMBER 2009

Oleh Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
Bc.E.Yes.41:13-20; Mzm.145:9.10-11.12-13ab; Mat.11:11-15.



Hari ini hari keduabelas Adven. Ada Peringatan Beato Marc Antonio Durando, SP Maria Loreto. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini berbicara tentang pandangan Yesus mengenai Yohanes Pembaptis. Jelas ini sebentuk kristologi Matius. Muncul di sini dua level perbandingan. Tataran satu, perbandingan di antara semua orang yang terlahir dari perempuan. Pada tataran ini, Yohanes Pembaptis-lah yang terbesar. Dikatakan terbesar, karena tidak ada lagi yang lebih besar dari dia. Jadi, dia yang terbesar. Tetapi ada tataran lain, yaitu perbandingan dalam Kerajaan Surga. Dikatakan bahwa yang terkecil dalam Kerajaan Surga, tetap masih lebih besar dari Yohanes. Pertanyaannya ialah siapa yang dimaksud dengan “yang terkecil dalam Kerajaan Surga.” Tentu ada banyak hipotesis untuk menjawab pertanyaan itu. Tetapi saya lebih condong kepada hipotesis yang mengatakan bahwa yang dimaksud ialah Yesus. Jadi, Yesus berbicara mengenai diriNya sendiri. Yesus tetap masih lebih besar dari Yohanes kalau dilihat dari perspektif Kerajaan Surga, walau Yohanes lebih besar kalau dilihat dari perspektif kelahiran dari perempuan. Sesudahnya muncul wacana mengenai apa yang terjadi dengan Kerajaan Surga. Kerajaan Surga itu diserbu orang untuk dikuasai dan diduduki. Bagian akhir dari teks ini agak sulit dijelaskan dan dipahami. Tetapi nasihat yang ada di sini sangat penting untuk diingat dan dihafalkan. Itu menjadi nasihat moral bagi kita: Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!

Selasa, 08 Desember 2009

RABU, 09 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yes.40:25-31; Mzm.103:1-2.3-4.8.10; Mat.11:28-30.



Hari ini hari Adven kesebelas. Ada Peringatan Didakus Cuahtlatoazin, SP.Maria dr Guadalupe, B. Bernardus Maria Silvestrelli. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini amat singkat. Hanya dua ayat. Tetapi teks ini amat terkenal dan favorit dalam sejarah gereja, sejarah hidup rohani, sejarah arsitektur rohani. Kiranya akrab di telinga dan hati kita. Di sini Tuhan Yesus tampil sebagai orang yang memberikan kekuatan dan penghiburan bagi orang yang letih lesu dan berbeban berat. Tuhan Yesus juga menjanjikan sesuatu, yaitu pembebasan bagi mereka yang datang kepadaNya. Sebagai gantinya Tuhan menawarkan tugas baru bagi mereka yang datang kepadaNya. Tuhan menjamin bahwa tugas baru itu tidak membuat mereka mengalami kesusahan. Mengapa? Karena Tuhan lembut dan rendah hati. Inilah yang mendatangkan ketenangan bagi jiwa orang-orang yang datang kepadaNya. Juga karena tugas baru itu menyenangkan dan ringan. Para kudus yang diperingati hari ini adalah orang yang sudah mengalami dan merasakan gandar dan kuk Tuhan. Semoga dalam hidup kita, dalam beban hidup kita, kita selalu kembali kepada Yesus. Ia sumber air hidup, fons vitae, yang membawa kehidupan, membawa kesegaran. Dengarlah suaraNya yang lembut memanggil. Jangan bertegar hari seperti di Meriba, di Masa, di Padang Gurun. Semoga.

SELASA, 08 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.3:9-15.20; Ef.1:36.11-12; Luk.1:26-38.



Hari ini hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa. Ini adalah perayaan besar dalam kalender liturgi kita. Itu sebabnya perayaan ini dirayakan oleh seluruh gereja dan banyak serikat hidup bakti (lihat kalender liturgi kita). Injil hari ini, berkisah tentang kelahiran Yesus. Spontan saya mengajukan pertanyaan kritis: apa hubungan Injil ini dengan hari raya yang kita rayakan? Tidak mudah menjawabnya. Tetapi kiranya sbb: oleh karena Maria bersedia menjadi bunda penebus (mater redemptoris), sabda yang menjadi manusia, maka sang bunda pun diyakini dan dirayakan sebagai orang yang tidak berdosa. Keyakinan bahwa ia tidak berdosa itulah yang dirayakan dalam perayaan ini. Maria seutuhnya menyediakan diri bagi pelaksanaan rencana dan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia. Kerela-sediaan Maria itu tampak dalam jawaban Maria di akhir perikopa: aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu. Kerela-sediaan Maria dipertentangkan dengan tragedi Hawa dalam Bac.I. Berbeda dengan Maria, Hawa mendengar godaan setan dan dengan itu ia jatuh ke dalam dosa. Tetapi pembangkangan Hawa, dipulihkan dalam kerela-sediaan Maria. Bac.II menyediakan kunci bagi kita untuk memahami status keterpilihan Maria secara istimewa. Dalam teks itu kita baca: Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya. Apa yang berlaku bagi semua orang beriman, berlaku secara khusus dan istimewa bagi Bunda Penebus. Itulah yang kita rayakan hari ini. Bagi kita orang Katolik hari raya ini sangat istimewa, sebab Maria adalah teladan kita dalam iman dan cinta kasih.

SENIN, 07 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yes.35:1-10; Mzm.85:9ab-10.11-12.13-14; Luk.5:17-26.



Hari ini hari Adven kesembilan. Ada Peringatan St.Ambrosius. Mari kita kenang dia dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini berkisah tentang penyembuhan seorang lumpuh. Tuhan Yesus sedang mengajar dan menyembuhkan. Lalu datang sekelompok orang mengusung orang lumpuh untuk disembuhkan. Tetapi mereka sulit mendekati Yesus yang dikelilingi banyak orang. Mereka tidak putus asa. Mereka cari cara. Mereka kreatif. Menerobos atap rumah pun jadi, asalkan bisa sampai ke dekat Yesus. Mereka berusaha untuk terwujudnya keinginan mereka. Ketika orang lumpuh itu sudah diturunkan ke dekat Tuhan Yesus, Ia hanya melihat satu hal tampak dalam wajah dan tatapan mereka: iman. Itulah yang menyelamatkan dia. Iman itulah yang memungkinkan terjadinya mukjizat penyembuhan. Iman itulah yang mendatangkan pengampunan dosa. Tetapi sebuah perbuatan besar dari orang besar selalu menimbulkan perdebatan, pro-kontra. Itu juga terjadi di sini. Perbuatan Yesus dipersoalkan oleh orang Farisi dan ahli taurat. Tetapi mereka tidak dapat berbuat banyak ketika orang lumpuh itu bangun. Semua orang takjub dan memuji Allah. Dua hal patut diajukan sebagai pelajaran berharga. Pertama, jangan pernah putus asa untuk datang ke Yesus. Mungkin ada banyak rintangan, tetapi harus datang ke hadapanNya. Di hadapanNya ada kesembuhan, ada hidup, ada kekuatan. Kedua, jangan pernah melupakan Tuhan sumber segala rahmat, segala mukjizat yang terjadi dalam hidup kita. Sikap memuliakan Allah, harus menjadi reaksi dan sikap spontan kita sebagai orang beriman.

Rabu, 02 Desember 2009

SABTU, 05 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Yes.30:19-21.23-26; Mzm.147:1-2.3-4.5-6; Mat.9:35-10:1.6-8.


Ini hari ketujuh adven. Hari ini ada Peringatan S.Philippus Rinaldi, peringatan B.Bartolomeus Fanti, Sabas. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan doa. Injil hari ini, mengisahkan tentang dua hal penting. Pertama, Tuhan yang menampakkan belas-kasihanNya kepada orang banyak. Selama ini, Tuhan sudah mengadakan perjalanan berkeliling. Dalam kesempatan itu Ia mengajar di rumah ibadat. Ia memberitakan Injil Kerajaan Surga. Ia menyembuhkan orang dari segala penyakit dan kelemahan. Inilah konsekwensi Kerajaan Surga. Banyak orang mengikuti Dia. Hati-Nya pun tergerak oleh belas-kasihan, misericordia, hati yang prihatin. Jelas bahwa tuaian banyak, tetapi pekerja sedikit. Maka perlu diminta tambahan tenaga pekerja untuk menuai panenan itu agar tidak busuk. Itulah yang ditugaskan Tuhan kepada muridNya. Kedua, kisah panggilan kedua belas rasul dan terutama pengutusan mereka. Tuhan memanggil kedua belas muridNya. Tuhan juga memberikan kepada mereka kuasa untuk mengerjakan tanda-tanda ajaib. Mereka juga diutus Tuhan sendiri. Mereka diutus untuk pergi ke domba-domba yang hilang dari Israel. Tugas mereka jelas: mewartakan bahwa kerajaan surga sudah dekat. Tidak lupa mereka harus memperlihatkan tanda-tanda kehadiran kerajaan itu. Yakni dalam mukjizat penyembuhan. Menarik bahwa seluruh rangkaian injil ini ditutup dengan ucapan indah: Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Jelas yang dimaksud ialah karunia rahmat yang mereka peroleh dari Tuhan. Karunia itu tidak dimaksudkan untuk ditampung dan dinikmati sendiri, melainkan dibagi-bagikan kepada orang lain. Itu inspirasi sekaligus tantangan bagi kita semua.

JUM'AT, 04 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransibm)
BcE.Yes.29:17-24; Mzm.27:1.4.13-14; Mat.9:27-31.



Ini hari keenam adven. Hari ini ada Peringatan St.Yohanes Damsyik, B.Adolph Kopling. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil mengisahkan tentang tindakan Yesus menyembuhkan mata dua orang buta. Menarik bahwa ada dua orang buta yang mengikuti Yesus dalam perjalananNya. Mereka mengikuti Tuhan sambil berseru-seru meminta belas-kasih. Mereka tidak minta uang atau makanan, sesuatu yang jasmaniah demi perut. Mereka minta kesembuhan. Ketika Tuhan sudah sampai di suatu kampung, barulah Ia memberi kesempatan kepada kedua orang itu untuk menghadap. Jadi, ada perjuangan panjang bagi kedua orang buta itu (mengikuti Yesus, dan sepanjang jalan berseru meminta agar Tuhan mengasihi mereka). Di kampung itu, Yesus menantang iman mereka. Ternyata mereka percaya atas kemampuan istimewa Tuhan untuk menyembuhkan. Di atas kepercayaan itu, Tuhan mengerjakan mukjizat penyembuhan dengan kata-kata sbb: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Jadi, Tuhan tidak mengerjakan sesuatu yang lain selain dari apa yang mereka minta dengan penuh iman dan kepercayaan. Terjadilah mukjizat agung itu: Dari buta, lalu mereka dapat melihat. Jelas itu perbuatan baik. Perbuatan bagi pasti selalu “mewartakan” atau “menebarkan” diri sendiri. Biarpun tidak dibicarakan, tetapi orang bisa melihatnya dengan jelas. Itu yang terjadi, mukjizat penyembuhan itu terdengar dan diketahui banyak orang. Pernahkah kita mendapat mukjizat dari Tuhan dalam hidup kita? Pernahkah kita dengan berani memuliakan nama Tuhan di tengah masyarakat karena pengalaman agung dan mulia itu? Ini sebuah tantangan bagi kita semua.

KAMIS, 03 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.1Kor.9:16-19.22-23; Mzm.117:1.2; Mrk.16:15-20.



Hari kelima adven. Hari ini ada Pesta St.Fransiskus Xaverius yang dirayakan beberapa serikat hidup bakti. Mari kita kenang dia dalam hidup dan doa. Injil hari ini menceritakan tentang pengutusan para murid. Tuhan Yesus memberi satu tugas utama, yakni memberitakan injil kepada segala makhluk. Perhatikan: injil diberitakan kepada segala makhluk. Bukan hanya untuk manusia, juga tidak dimonopoli manusia. Hasil pewartaan ialah muncul dua reaksi. Ada yang percaya dan dibaptis. Mereka selamat. Ada yang tidak percaya. Mereka dihukum. Kelompok yang percaya ditandai tanda agung: kemampuan mengerjakan tanda ajaib (mengusir setan, berbicara dalam bahasa baru, memegang ular, minum racun tetapi tidak mati, tidak celaka, menyembuhkan orang sakit). Lalu dikisahkan bahwa Tuhan terangkat ke surga dan duduk di sisi kanan Allah. Kita membaca injil ini karena pesta istimewa St.Fransiskus Xaverius. Istimewa karena dia adalah salah satu rasul para bangsa yang dengan tekun dan semangat melaksanakan perintah Tuhan. Juga amat penting, karena dia adalah salah satu penginjil yang sampai ke tanah air, tepatnya di Ternate dan di Flores/Timor. Tidak berlebihan kalau kita merayakan beliau sebagai rasul agung yang berani memberitakan injil. Semoga ini menjadi motivasi, pendorong kita untuk menjadi penginjil, misionaris, dengan cara dan porsi masing-masing. Sebab dengan baptis kita diangkat menjadi pewarta, misionaris. Semoga kita mampu menghayati dan melaksanakan tugas itu.

RABU, 02 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yes.25:6-10b; Mzm.23:1-3a.3b-4.5.6; Mat.15:29-37.



Hari keempat Adven. Hari ini ada Peringatan Maria Angela Astorch, St.Edmund Campion, St.Robertus Southwell, dkk. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini mengisahkan kepada kita dua mukjizat yang dikerjakan Tuhan. Pertama, Ia menyembuhkan banyak orang sakit (ay.29-31): orang lumpuh, orang buta, orang timpang, orang bisu, dan masih banyak penyakit lain. Seperti penyembuhan massal. Hasilnya ialah orang kagum dan memuliakan Allah Israel. Diyakini Allah berkarya dalam dan melalui Tuhan Yesus. Kedua, Ia memberi makan empat ribu orang (ay.32-37). Hal itu diawali oleh satu peristiwa dalam hati Yesus. Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan, misericordia, karena orang banyak yang datang mendengarkan Dia selama tiga hari dan tidak pulang. Yesus terpanggil melakukan sesuatu bagi mereka. Ada pada mereka tujuh roti dan beberapa ekor ikan kecil. Lalu Yesus mengambil roti dan ikan itu, mengucap-syukur dan memecahkan roti itu dan dibagikan. Seperti perayaan ekaristi. Dan terjadilah mukjizat itu: semua orang makan sampai kenyang. Inilah inti mukjizat: semua orang makan sampai kenyang (bukan penggandaan roti). Setelah perjamuan bersama itu Yesus menyuruh mereka pulang. Ada kelegaan. Memberimiseri per-hati-an itu amat penting. Hati yang tergerak oleh belas-kasihan (misericordia) adalah awal untuk melakukan tindakan kemanusiaan. Tanpa hati yang tergerak, orang tetap akan menjadi seperti batu. Dan hati yang membantu berarti sama dengan mati.

Selasa, 01 Desember 2009

SELASA, 01 DESEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yes.11:1-10; Mzm.72:2.7-8.12-13.17; Luk.10:21-24.



Hari ini ada Peringatan wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Biarawan/Martir Indonesia. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, menyampaikan Ucapan Syukur dan Bahagia. Seperti tampak dari kedua tema itu, injil membentangkan dua hal yang dilakukan Yesus. Pertama, Ia tampak seperti sedang berdoa, melambungkan pujian dan syukur kepada Bapa. Ini Ia lakukan dalam suasana gembira karena dipenuhi Roh Kudus. Yesus mengucapkan syukur itu karena ada sebuah relasi unik dan erat antara Bapa dan Anak. Baik itu relasi pengetahuan dan hikmat kebijaksanaan, maupun relasi menyangkut martabat kesatuan Bapa dan Anak dan orang yang diperkenankan ikut dalam dinamika relasi itu. Kedua, setelah selesai berdoa, Yesus memandang para murid. Ia memandang dan memberi perhatian khusus kepada mereka. Pada saat itulah Yesus mengucapkan sabda Bahagia. Ia mengatakan bahwa mereka berbahagia karena mereka melihat apa yang telah mereka lihat. Sebab ada banyak orang yang ingin melihat apa yang mereka lihat tetapi tidak melihatnya. Pertanyaannya, apa yang mereka lihat dan alami? Saya kira misteri relasi unik dan dinamis dan persatuan ajaib Bapa dan Putera seperti dilukiskan dalam bagian pertama. Ini hanya pengalaman mereka yang percaya sehingga diperkenankan terlibat dalam misteri persatuan dinamis Bapa dan Putera. Semoga kita layak dan pantas untuk diikut-sertakan dalam kebahagiaan Yesus dalam persatuanNya dengan Bapa.