Jumat, 31 Juli 2009

SABTU, 01 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Im.25:1.8-17; Mzm.67:2-3.5.7-8; Mat.14:1-12.


Hari ini ada Peringatan wajib S.Alfonsus Maria de Liguori. Tetapi bagi CSsR, ini hari raya. Juga bagi FSE. Mari kita mengenangkan mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, mengisahkan sebuah kisah terkenal, yaitu kisah Yohanes Pembaptis dibunuh. Kisah ini menarik karena meramu pelbagai unsur menarik di dalamnya: Ada unsur kekuasaan, ada kisah cinta segitiga, ada rasa sakit hati, ada ketamakan, dan di sudut lain ada suara kenabian, dll. Dalam inti kisah itu ada orang yang merebut isteri saudaranya. Suara kenabian mengecam keras perbuatan itu. Sebab hal itu jelas dilarang Allah: 10 perintah Allah: jangan mengingini isteri sesamamu. Akibatnya, kekuasaaan ingin sekali melindas suara kenabian itu, tetapi takut. Tetapi kesempatan pun akhirnya tiba. Ada penari yang menawan hati, sehingga sang penguasa keceplosan bersumpah bahkan melampaui batas kewenangannya. Si penari itu tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia berlari kepada si bunda yang benci pada Yohanes. Permohonan hanya satu: kepala Yohanes. Siapa yang berdosa? Siapa yang menjadi korban dari dosa itu? Ini namanya viktimisasi korban. Ini sebentuk kejahatan menurut kacamata wacana HAM modern. Hal seperti ini sering sekali terjadi di sekitar kita. Siapa tahu kita juga termasuk salah satu pelakunya. Kita yang bersalah, tetapi kita mencari kambing hitam untuk dikorbankan. Mari kita bertobat jika memang itu pernah kita lakukan.

JUM'AT 31 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Im.23:1.4-11.15-16.27.34b-37; Mzm.81:3-4.5-6ab;10-11ab; Mat.13:54-58. Hari ini ada peringatan santo Ignatius dari Loyola. Ini hari raya bagi Yesuit karena dialah pendiri serikat itu. Mari kita mengenang beliau dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini berbicara tentang Yesus yang ditolak di Nazaret. Ini menarik sekali bahwa Yesus justru ditolak di tempat asalNya. Menarik juga bahwa Yesus ditolak di Nazaret setelah Ia melakukan banyak tanda dan mukjizat di tempat lain. Timbul pertanyaan: Mengapa Yesus mengerjakan banyak tanda dan mukjizat di tempat lain, tetapi di Nazaret tidak terjadi apa-apa selain penolakan? Jawabannya sederhana: di tempat lain ada keterbukaan untuk menerima dan percaya Yesus. Sedangkan di Nazaret, Yesus disambut dengan pertanyaan sinis mengenai sumber kuasaNya. Pertanyaan sinis itu wajar sekali muncul, karena orang melihat latar belakang asal-usul Yesus. Mereka meremehkan Yesus karena mereka tahu latar belakang asal-usul saudara dan keluargaNya. Orang Nazaret menilai Yesus berdasarkan asal-usul keluargaNya. Mereka menyepelekan keluarga Yesus. Itu sebabnya Yesus mengucapkan kalimat terkenal ini: seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya. Itu juga yang menyebabkan orang Nazaret marah. Kalimat terakhir injil ini menarik: Karena mereka tidak percaya, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ. Jadi, mukjizat hanya bisa terjadi di mana ada iman atau kepercayaan. Bagaimana dengan kita? Semoga kita selalu siap menerima Yesus, dan dengan itu bisa terjadi banyak mukjizat dalam hidup kita.

Rabu, 29 Juli 2009

KAMIS, 30 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.40:16-21.34-38; Mzm.84:3.4.5.6a.8a.11; Mat.13:47-53.



Hari ini ada peringatan santo Petrus Krisologus dan Yustinus de Yakobis. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini berbicara tentang perumpamaan tentang jala besar. Yesus memakai perumpamaan jala besar itu untuk berbicara tentang Kerajaan Surga. Tetapi yang dibicarakan di sini bukan terutama fungsi jalan itu sendiri. Melainkan tindakan para nelayan yang mengumpulkan hasil tangkapan setelah mereka memisahkan ikan yang baik dari hal-hal yang tidak perlu. Biasanya setelah jala penangkap ikan ditarik ke darat, para nelayan akan memisahkan ikan-ikan yang baik dari ikan-ikan yang tidak baik. Yang baik dikumpulkan ke dalam tempayan. Yang tidak baik dibuang. Hal inilah yang dibandingkan Yesus dengan apa yang terjadi dalam Kerajaan Surga kelak. Pada saat itu akan ada pemisahan dan pemilahan juga. Para Malaekatlah yang akan berperan sebagai para nelayan. Mereka akan memisahkan orang jahat dari orang benar. Orang benar akan diterima masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan orang jahat akan dicampakkan ke dalam tungku berapi. Di surga akan terjadi sukacita besar, seperti dinikmati Lazarus itu. Sedangkan dalam tungku api (neraka), terjadi dukacita besar, yang diungkapkan di sini dengan ungkapan ratapan dan kertak gigi. Di hadapan kita terbentang dua macam nasib akhir: Masuk Kerajaan Surga, atau masuk tungku api kekal. Cara hidup kita akan menentukan kelak kita akan masuk ke mana. Semoga kita masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Senin, 27 Juli 2009

RABU, 29 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.1Yoh.4:7-16; Mzm.34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11; Yoh.11:19-27 (atau Luk.10:38-42).



Hari ini ada peringatan Santa Marta, Maria, Lazarus, Sahabat Tuhan. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan doa kita. Ada dua teks injil yang disediakan Kalender Liturgi hari ini. Saya memilih teks dari Yohanes. Injil hari ini berbicara tentang pembangkitan Lazarus oleh Tuhan Yesus. Jika kita baca Injil Yohanes dengan baik, akan tampak bahwa kisah ini merupakan yang ketujuh dari tanda yang dikerjakan Yesus. Masih ada yang kedelapan yaitu kebangkitan dari alam maut. Tetapi yang biasanya disebut tanda-tanda dalam Yohanes berakhir pada tanda ketujuh: Lazarus bangkit. Terjadi peristiwa duka atas Marta dan Maria: saudara lelaki mereka, Lazarus meninggal. Dalam konteks itulah Tuhan datang. Yang dipentaskan di sini ialah sikap iman Marta. Mereka berbicara tentang kebangkitan. Yesus berbicara tentang kebangkitan Lazarus yang terjadi segera. Marta berbicara tentang kebangkitan di akhir jaman. Dalam konteks pembicaraan itu Yesus mewahyukan diri kepada Marta sebagai kebangkitan dan kehidupan. Sikap percaya kepada Yesus membawa konsekwensi kehidupan kekal. Di hadapan penyataan seperti itulah, Yesus menantang kepercayaan dan sikap pribadi Marta. Ternyata ia percaya: “Ya, Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, yang akan datang ke dalam dunia.” Tentu sikap dan keputusan iman Marta menjadi model bagi kita untuk ditiru dan dihayati dalam hidup. Sebagai pengikut Yesus yang percaya kepadaNya, tidak ada jalan lain bagi kita, selain menempuh sikap dan kepercayaan seperti yang dibentangkan dan diucapkan Marta tadi.

SELASA, 28 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.33:7-11; 34:5b-9.28; Mzm.103:6-7.8-9.10-11.12-13; Mat.13:36-43.



Hari ini adalah hari biasa. Tidak ada pesta, tidak ada peringatan, tidak ada perayaan. Tetapi hari ini tetap penting, seperti halnya hari-hari lain. Injil hari ini berbicara tentang penjelasan perumpamaan lalang di antara gandum. Perumpamaan itu sendiri sudah disampaikan Tuhan Yesus dalam ayat 24-30. Sekarang Tuhan Yesus memberikan penjelasannya bagi para muridNya. Inilah salah satu contoh bagaimana Kitab Suci itu sendiri menyediakan tafsir atau penjelasan bagi dirinya sendiri. Hal itu sangat membantu kita untuk memahami dan menjelaskannya. Tetapi apa yang dimaksud dengan perumpamaan lalang di antara gandum itu? Menurut Tuhan Yesus ada tujuh unsur yang terkandung di dalam perumpamaan itu. Pertama, si penabur itu sendiri, yang tidak lain ialah Anak Manusia. Kedua, ladang, yang tidak lain ialah dunia tempat manusia hidup dan berada. Ketiga, benih yang baik, yang tidak lain ialah anak-anak Kerajaan. Keempat, lalang, yang tidak lain ialah anak-anak si jahat. Kelima, musuh yang menaburkan benih lalang, yang tidak lain ialah Iblis itu sendiri. Keenam, waktu atau saat menuai, yang tidak lain ialah akhir jaman. Ketujuh, para penuai, ialah malaikat. Ketujuh unsur atau peran ini, dengan sengaja dibentangkan oleh Tuhan di hadapan kita semua sebagai model untuk kita tiru dan kita praktekkan dalam hidup. Pilihan dan keputusan ada di tangan kita: mau memilih yang mana? Semoga kita memilih menjadi benih yang baik, dan bukan benih yang jahat. Sebab benih yang baik itu ditabur oleh Anak Manusia, sedangkan benih yang jahat itu ditabur oleh Iblis.

Minggu, 26 Juli 2009

SENIN, 27 JULI, 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.32:15-24.30-34; Mzm.106:19-20.21-22.23; Mat.13:31-35.


Hari ini ada peringatan Titus Brandsma (keluarga besar Karmelit). Selain itu ada juga peringatan beata Maria Magdalena Martinengo (keluarga besar Fransiskan). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini berbicara tentang biji sesawi dan ragi. Menarik bahwa biji sesawi itu memang kecil, tetapi di dalam kekecilannya ia menyimpan sebuah potensi yang sangat besar. Yesus memakai fenomena biji sesawi yang kecil, tetapi bisa menjadi sangat besar ini, sebagai metafor untuk Kerajaan Surga. Sebagaimana biji sesawi, kalau sudah bertumbuh dan menjadi besar, bisa menjadi sarang bagi burung-burung di udara, demikian juga halnya Kerajaan Surga itu bisa menjadi sebuah keadaan yang bisa menampung dan menerima semuanya di dalam sebuah kelegaan dan kerahiman yang tiada terkira luasnya. Selain metafor biji sesawi, Yesus juga memakai perumpamaan ragi untuk melukiskan Kerajaan Surga. Di sini tersirat sebuah pandangan teologi mengenai kehadiran, sebuah teologi kehadiran. Sebuah kehadiran yang memang kecil, tetapi mempunyai daya pengaruh yang sangat besar. Kerajaan Surga seperti itu. Ia adalah kehadiran Allah di tengah dunia ini, yang mempengaruhi, membentuk, dan menentukan arah perkembangan dunia itu sendiri. Bahkan Kerajaan Surga itulah yang menjadi titik orientasi terakhir, titik Omega jika meminjam istilah teologi-evolusi dari Pierre Teilhard de Chardin, dari perkembangan historis dunia itu sendiri. Semoga kita, dengan cara kita sendiri bisa menjadi seperti ragi itu juga bagi masyarakat di sekitar kita, tempat kita hadir dan berada.

Jumat, 24 Juli 2009

SABTU, 25 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.2Kor.4:7-15; Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Mat.20:20-28
.

Hari ini ada pesta Santo Yakobus Rasul. Mari kita kenangkan dia dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini juga sangat terkenal dan akrab di telinga kita. Isinya tentang permintaan ibu Yakobus dan Yohanes kepada Yesus. Permintaan ini mudah dipahami. Ada harapan pada jaman Yesus dulu, bahwa Yesus itu adalah seorang sosok Mesias Politik. Ia akan menjadi raja yang membebaskan Israel dari belenggu penjajahan dan penindasan Roma.Mereka berharap sangat banyak pada dan dari Yesus. Jika hal ini benar, maka wajarlah bahwa orang mencari muka dengan Yesus. Saya kira, itulah yang diminta oleh sang ibu kepada Yesus. Ia meminta agar Yesus memperlakukan kedua anaknya secara istimewa kalau Yesus benar-benar menjadi raja. Ini semacam praksis nepotisme. Seorang ibu mencoba mencari jalan yang enak dan mudah bagi anaknya. Ini sebuah praksis yang masih berlaku juga hingga dewasa ini. Nepotisme ada di tengah-tengah kita dalam pelbagai bentuknya. Mungkin kita juga termasuk salah satu dari pemainnya. Tetapi Yesus dengan tegas dan berani memotong praksis dan fenomena nepotisme itu. Dan memang seharusnya demikian. Kita harus bisa belajar hal seperti itu dari Yesus.

JUM'AT 24 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.20:1-17; Mzm.19:8.9.10.11; Mat.13:18-23
.

Hari ini ada peringatan Santo Sharbel Makhluef. Ada juga Niceforus, Yohanes Soreth, Tiga Martid dari Guadalajara, Luisa dari Savoyen. Mari kita kenang dan peringati mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini sangat terkenal dan sangat akrab di telinga kita. Dalam injil hari ini, Yesus menafsirkan bagi para muridNya arti perumpamaan yang telah Ia kisahkan sebelumnya. Dengan demikian, pemahamannya menjadi sangat mudah bagi kita. Ada empat jenis manusia dalam menghadapi dan menerima firman. Pertama, manusia yang diibaratkan dengan benih yang jatuh di pinggir jalan. Pasti ada banyak gangguan. Diinjak orang. Tidak sempat mengakar. Kedua, manusia yang diibaratkan dengan benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu. Memang ia bisa bertumbuh karena ada tanahnya. Tetapi tidak bisa berurat-berakar karena ada batu. Ia tidak bisa bertahan dalam pencobaan dan godaan. Ia mudah menjadi murtad. Ketiga, manusia yang diibaratkan dengan benih yang jatuh di semak berduri. Yang ini juga tidak dapat bertumbuh dengan baik, karena ada banyak kekhawatiran dunia dan tipudaya kekayaan. Keempat, manusia yang diibaratkan dengan benih yang jatuh di tanah yang baik. Itulah model pendengar firman sejati. Ia menerimanya dan berakar, lalu membuahkan hasil. Ada empat model pilihan bagi kita. Tinggal kita memilih: Kita ada di mana dan sebagai apa? Hanya anda sendiri yang tahu.

KAMIS, 23 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.19:1-2.9-11.16-20b; MT.Dan.3:52-53.54-56; Mat.13:10-17
.

Hari ini ada peringatan Santa Brigitta. OCD mempunyai peringatan SP Maria Bunda Rahmat Ilahi. Mari kita kenangkan mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, merupakan lanjutan dari teks yang berbicara tentang Yesus yang mengisahkan perumpamaan tentang penabur itu. Lalu para murid datang meminta alasan mengapa Yesus berbicara kepada orang-orang dengan memakai bahasa perumpamaan? Yesus lalu menjawab pertanyaan itu sekarang dan di sini. Menurut Yesus, Ia mengajar dalam bentuk perumpamaan karena itulah cara paling efektif bagi Yesus untuk dapat berkomunikasi dengan mereka. Ada hal-hal yang sulit disampaikan secara gamblang begitu saja. Perlu medium perumpamaan sebagai sarana untuk mengungkapkannya. Ternyata para murid juga tidak begitu memahami arti perumpamaan itu. Itulah sebabnya Yesus selanjutnya menjelaskan arti perumpamaan itu. Menjadi murid Yesus, tidak berarti bahwa semuanya menjadi serba jelas dan gamblang begitu saja. Selalu saja ada sisi-sisi yang misteri dan gelap, yang butuh penjelasan dan pendampingan khusus. Kiranya itulah tugas para guru iman dalam gereja. Semoga kita bisa mendengarkan dan mentaati para guru iman itu.

RABU, 22 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kid.3:1-4a atau 2Kor.5:14-17; Mzm.63:2.3-4.5-6.8-9; Yoh.20:1-2.11-18
.

Hari ini ada peringatan Santa Maria Magdalena. Ada beberapa lembaga hidup bakti yang mempunyai pesta khusus juga. Mari kita juga mengenangkan dia dalam hidup dan doa kita. Teks Injil hari ini, sangat saya sukai karena melukiskan satu perjumpaan dan kesaksian unik. Maria pergi ke makam Yesus dan melihat makam itu sudah terbuka. Simpulan dia hanya satu: ada orang yang telah mencuri jenazah Yesus dari sana. Maka ia pun menangis. Ketika ia sedang menangis, seseorang mendatangi dia dan bertanya: mengapa engkau menangis? Lalu terjadilah dialog cukup panjang antara keduanya. Dialog itu bermuara pada sapaan nama Maria oleh Yesus. Ketika nama itu terucap, Maria langsung mengenal suara sang Guru. Sang Gembala juga tidak pernah lupa akan nama masing-masing dombaNya. Berbeda dengan injil sinoptik, Maria datang ke makam bukan untuk mengurapi jenazah Yesus, sebab hal itu sudah dilakukan sebelum pemakaman. Maka pasti ada alasan lain ia datang. Menurut saya, alasan itu, ialah karena cinta. Ia datang karena cinta dan mau melihat orang yang dicintainya itu ke tempat di mana ia hilang untuk terakhir kalinya. Itu hal biasa dalam hidup manusia. Maka ketika ia disapa Tuhan, ia masih belum bisa mengenal sepenuhnya karena matanya berkaca-kaca. Ia baru bisa mengenal bukan dengan melihat, melainkan karena dan dengan mendengar namanya disebut. Ini sangat penting bagi kita. Kita percaya bukan karena melihat tetapi karena mendengar. Ini sebuah tema penting dalam injil Yohanes. Mari kita coba beriman bukan karena melihat melainkan karena mendengarkan.

SELASA, 21 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.14:21—15:1; MT.Kel.15:8-9.10.12.17; Mat.12:46-50
.

Hari ini ada peringatan Santo Laurensius dari Brindisi (Keluarga besar Fransiskan). Mari kita kenangkan dia dalam hidup dan doa kita juga. Injil hari ini juga sebuah teks yang terkenal dan akrab di telinga kita. Ia berbicara tentang sebuah kriteria baru mengenai relasi kekeluargaan menurut Yesus. Ia tidak lagi terutama terpaku pada relasi kejasmanian. Walaupun hal itu tetap penting, sebab Yesus tidak meremehkannya sama sekali. Melainkan Yesus terpaku pada relasi kerohanian baru. Muncul sebuah kriteria baru bagi keibuan, dan persaudaraan. Relasi itu tidak lagi terutama ditentukan oleh hubungan jasmani dan genealogis, melainkan terutama ditentukan oleh relasi dengan firman dan kehendak Bapa. Siapa saja yang melaksanakan kehendak Bapa, itulah yang ibu dan saudara-saudara Yesus. Ini sebuah peluang baru tentu saja bagi kita semua. Kita bisa masuk dalam relasi unik persaudaraan dengan Yesus, sejauh kita melaksanakan firman dan kehendak Bapa. Maka mari kita berlomba-lomba melaksanakan firman dan kehendak Bapa itu, agar Yesus sudi mengakui kita sebagai ibu dan saudara-saudaraNya.

SENIN, 20 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.14:5-18; MT.Kel.15:1-2.3-4.5-6; Mat.12:38-42
.

Hari ini ada peringatan Apollinaris. Juga ada pesta Nabi Elia yang dirayakan dan dipestakan oleh O.Carm dan OCD. Mari kita ikut bersama merayakan mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, berbicara tentang tanda Yunus. Yesus berbicara tentang tanda Yunus ini untuk menanggapi permohonan orang Farisi yang meminta tanda dari Yesus. Yesus mengangkat tanda Yunus ini untuk berbicara tentang diriNya sendiri, atau tentang Anak Manusia, yang tidak lain ialah Yesus sendiri. Yunus dulu tinggal dalam perut ikan selama tiga hari. Sesudah ia keluar dari sana dan pergi mewartakan tobat ke kota Ninive. Dan kita semua tahu bahwa terjadi pertobatan di kota itu. Dan pertobatan itu menjadi awal keselamatan dan hidup bagi mereka. Padahal sebelumnya mereka terancam oleh maut karena bakal dilindas oleh hukuman Allah. Tetapi karena mereka percaya pada tanda Yunus, maka mereka selamat. Nasib angkatan sekarang ini, oleh Yesus dipertentangkan dengan nasib orang Ninive tadi. Orang Ninive akan selamat, sedangkan orang angkatan sekarang ini tidak selamat, karena mereka sulit percaya. Wacana itu diakhiri Yesus dengan membandingkan diriNya dengan Salomo, yang dikagumi oleh Ratu Selatan. Padahal Yesus lebih besar dari pada Salomo, itupun orang angkatan ini tidak bisa percaya. Maka mereka akan diadili oleh ketidakpercayaan mereka. Ya, ini pelajaran penting bagi kita: kita akan diadili oleh sikap kita, entah kita percaya dan menerima Yesus atau tidak.

Jumat, 17 Juli 2009

SABTU, 18 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE.Kel.12:37-42; Mzm.136:1.23-24.10-12.13-15; Mat.12:14-21.



Hari ini ada pesta St.Odilia (OSC); juga ada peringatan Penampakan I Maria kepada St.Catarina Laboure (PK). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan iman kita. Injil hari ini menarik karena kita membaca tentang rencana orang Farisi untuk membunuh Yesus yang melanggar Sabat. Sebelumnya ada kisah di mana Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Ketika hal itu dipersoalkan oleh orang Farisi, dengan enteng Yesus menjawab dengan sebuah pertanyaan retoris yang menyentuh dan menantang citarasa kemanusiaan mereka: kalau ada domba yang terjeblos ke dalam sumur para hari Sabat, bukankah kita spontan menolongnya? Perbuatan itu tidak salah. Sebab yang dilarang pada hari Sabat ialah berbuat jahat. Tetapi jangan lalu disimpulkan bahwa hanya pada hari Sabat orang mau hidup bermoral. Tentu tidak demikian. Hidup bermoral adalah tuntutan dan kewajiban dari waktu ke waktu. Tetapi orang Farisi tidak bisa menerima argumen dan jalan pikiran Yesus. Maka mereka berusaha membunuhnya, lalu Yesus pergi dari situ. Ternyata ada banyak orang mengikuti dan mengagumi Dia. Tetapi Yesus melarang mereka menceritakan tentang siapa DiriNya, agar dengan itu terpenuhi sebuah nubuat dalam kitab Yesaya. Pertanyaan reflektif bagi kita ialah: bagaimana penghayatan hidup keagamaan kita, menjadi kaku dan legalistik atau tidak? Kalau menjadi seperti itu, maka kita perlu belajar lagi dari Yesus.

Kamis, 16 Juli 2009

JUM'AT, 17 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.11:10-12:14; Mzm.116:12-13.15-16bc.17-18; Mat.12:1-8.



Ada beberapa lembaga hidup bakti yang mempunyai peringatan untuk Beata Magdalena Albrici dari Como, Teresia dari S.Agustinus, Maria Magdalena Postel. Mari kita ikut mengenang mereka ini dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, menarik karena mementaskan salah satu konfrontasi Yesus dengan orang Farisi. Para murid Yesus memetik gandum pada hari Sabat. Orang Farisi yang melihat hal itu, mempersoalkannya kepada Yesus. Mereka menganggap hal itu sebagai salah. Tetapi Yesus membela muridNya dengan mengutip dua kasus dalam Perjanjian Lama. Di sana ada kasus di mana orang masuk Rumah Allah untuk mengambil roti korban tetapi tidak dianggap salah. Juga ada kasus di mana orang melanggar Sabat dan tidak dianggap salah. Dengan memakai dasar kasus itu, Yesus membela para muridNya. Sekaligus juga Ia menyatakan diri sebagai lebih besar dari Bait Allah. Juga Ia menyatakan diri sebagai tuan atas Sabat. Betul bahwa memang perlu ada hari suci untuk Tuhan. Tetapi pelaksanaan hari suci itu haruslah sedemikian rupa jangan sampai melanggar prinsip-prinsip dan citarasa kemanusiaan. Jangan sampai demi mentaati hari suci, manusia justru dikorbankan. Yesus melawan tendensi legalistik seperti itu. Dan kita pun dipanggil untuk selalu menyadari tegangan antara pelaksanaan hari suci dan intuisi dasar kemanusiaan.

KAMIS, 16 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.3:13-20; Mzm.105:1.5.8-9.24-25.26-27; Mat.11:28-30.


Hari ini hari biasa, tetapi ada peringatan fakultatif Maria di Gunung Karmel. Beberapa serikat hidup bakti mengenang secara khusus hari ini (CP, CMF, DW/SMM, FIC, OAD, O.Carm/OCD, OCSO, Sr.Misc). Mari kita ikut mengenang peringatan ini dalam hidup kita. Injil hari ini amat terkenal. Ini adalah ajakan Juruselamat kepada umatNya, agar mereka dengan senang hati mau datang kepadaNya. Saya kutip ajakan itu: Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Kalau kita lihat dengan baik, seruan Yesus ini sama seperti seruan hikmat dalam tradisi Hikmat Perjanjian Lama. Hikmat (dipersonifikasi sebagai Perempuan), mengundang siapa saja yang mau, agar datang kepadanya dan menimba daripadanya. Yang ditimba di sana ialah hikmat dan pengetahuan. Yesus memakai perlambang itu untuk melukiskan diriNya. Hikmat dan pengetahuan itulah yang membawa kelegaan dan kebebasan dan kepuasan. Belajar menimba dan menghirup hikmat, tentu merupakan suatu yang luhur dan mulia dalam hidup ini. Jika orang melakukannya dengan tekun, sadar dan dengan rela, maka aktifitas itu tidak lagi menjadi beban (kuk) rutinitas yang menghimpit, melainkan menjadi latihan atau praksis pembebasan rohani yang luar biasa. Itulah pesan pokok injil hari ini. Semoga kita sudi mendengarkan ajakan sang Juruselamat itu.

Rabu, 15 Juli 2009

RABU, 15 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Kel.3:1-6.9-12; Mzm.103:1-2.3-4.6-7; Mat.11:25-27.



Hari ini pesta Santo Bonaventura. Keluarga besar Fransiskan mempestakan hari ini. Mari kita ikut serta juga di dalamnya. Bonaventura adalah salah seorang teolog besar abad pertengahan. Ia terkenal dengan apa yang disebut eksemplarisme. Juga terkenal dengan bukunya: Itinerarium Mentis in Deum. Dalam sejarah Ordo, ia dikenal sebagai pembaharu sejati, sehingga ada diskusi besar tentang dia: apakah dia “The Founder of the second Order?” ataukah dia adalah “The Second Founder of the Order.” Saya memilih haluan kedua sebab Bonaventura tidak mendirikan Ordo Baru. Injil hari ini berbicara tentang beberapa hal penting. Pertama, tentang doa syukur Yesus kepada Bapa. Yesus bersyukur kepada Bapa karena ada rahasia agung yang hanya bisa dilihat oleh orang kecil dan sederhana. Sedangkan orang cerdik pandai tidak melihatnya. Kedua, injil juga berbicara tentang relasi unik antara Bapa dan Anak. Inti relasi itu ialah pengenalan timbal balik antara Bapa dan Anak. Kata “mengenal” dalam kitab suci mempunyai konotasi relasi intim. Yesus berada dalam relasi sangat intim dengan Bapa, sehingga hanya Anak yang mengenal Bapa. Tetapi relasi intim itu bisa dianugerahkan kepada orang lain, yaitu mereka yang kepadanya Bapa berkenan. Nah, permenungan kita hari ini ialah: apakah kita juga ada dan hidup dalam relasi intim dan ultim dengan Bapa dan Yesus? Semoga kita menjawab ya. Jika belum, inilah saatnya memulai kembali.

SELASA, 14 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel2:1-15a; Mzm.69:3.14.30-31.33-34; Mat.11:20-24.



Hari ini ada peringatan Santo Kamillus dari Lellis, Fransiskus Solanus. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, bagi saya amat menarik, sebab dalam penggalan teks ini kita baca bahwa Yesus mengecam beberapa kota. Ini menarik karena Yesus mengutuk kota-kota itu. Terasa sekali bahwa Yesus seperti orang yang sedang marah dan berputus-asa. Ia sudah mengerjakan banyak mukjizat di pelbagai tempat dan kota. Tetapi reaksi terhadap karya-karya ajaib itu berbeda-beda. Ada yang langsung bertobat dan melakukan semacam upacara perkabungan sebagai tanda tobat dan sesal, sekaligus niat yang baik untuk berubah dan berbuah di masa-masa yang akan datang. Dalam pengamatan Yesus, perubahan atau metanoia justru terjadi di kota-kota yang bukan Israel. Misalnya di Tirus dan Sidon. Orang-orang di sana, ketika melihat mukjizat Yesus, mereka langsung bertobat. Tidak demikian halnya dengan kota-kota di Israel. Mereka sulit bertobat. Hati mereka sudah tertutup. Itu sebabnya Yesus menubuatkan hukuman yang lebih berat bagi kota-kota Israel daripada kota-kota para bangsa. Ya, dari kita juga dituntut reaksi yang tepat dan sepatutnya terhadap semua karya agung Tuhan bagi kita. Termasuk yang paling utama, karya agung Tuhan dalam wujud kehadiran Yesus di dunia ini, baik itu dalam sabda maupun dalam Ekaristi. Semoga kita bisa bertobat karena dan dengan mengalami mukjizat firman dan ekaristi itu.

SENIN, 13 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
Bc.E.Kel.1:8-14.22; Mzm.124:1-3.4-6.7-8; Mat.10:34-11:1.


Hari ini ada peringatan fakultatif Santo Henrikus, dan Teresia Yesus dari Andes. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, memberitakan beberapa hal penting dan sulit. Pertama, sabda Yesus yang mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Agak sulit memahami teks ini. Ini termasuk teks sulit dalam kitab suci. Tetapi kiranya yang dimaksud ialah bahwa ketika berkenalan dengan Yesus, orang perlu mengambil sikap tegas. Biasanya sikap tegas itu, tidak selalu mudah didamaikan dengan dunia lama kita. Mau tidak mau ada peristiwa kekerasan yang terjadi di sini, betapa pun itu adalah kekerasan pada level rohani belaka. Itulah kiranya yang dimaksudkan dengan pedang. Kedua, Yesus tidak main-main dengan ucapanNya itu. Sebab lebih lanjut Ia mengatakan bahwa barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Jadi, orang harus mengambil sikap dan keputusan tegas dalam mengikuti Yesus, termasuk mengikuti Dia di jalan salibNya (via dolorosa). Masih ada beberapa hal lain yang menarik yang ada dalam teks ini. Tetapi saya mau fokus pada bagian akhir dari injil hari ini. Di sana Yesus membentangkan sebuah perintah etis kepada kita: memberi per-hati-an kepada orang kecil. Apa saja yang kita perbuat untuk orang kecil dan sederhana, hal itu kita lakukan bagi Yesus. Memberi per-hati-an tidak usah dengan cara yang besar dan hebat. Cukup dengan memberi segelas air saja. Itu pun adalah sebentuk per-hati-an, sebuah aksi memberi hati. Yesus amat menghargai hal seperti itu. Semoga kita sanggup melakukan hal itu. Dan tidak melarikan diri dengan dalih mencari perbuatan yang lebih agung, besar dan meriah. Jika ini yang terjadi, kita sudah mendapat upah di bumi ini. Kita hanya mencari kebesaran diri kita sendiri saja.

SABTU, 11 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.49:29-32; 50:15-26a; Mzm.105:1-2.3-4.6-7; Mat.10:24-33.



Hari ini ada peringatan Benediktus, Abas (dirayakan oleh beberapa lembaga hidup Bakti seperti OCSO). Mari kita mengenang hidupnya dalam hidup kita sendiri. Injil hari ini, melanjutkan injil kemarin. Kemarin kita sudah melihat mengenai penganiayaan atas para murid Yesus karena nama Yesus itu. Sesuatu yang tampaknya tidak terhindarkan juga. Hari ini kita melihat beberapa hal penting lain. Pertama, perkataan Yesus bahwa murid tidak mungkin melebihi gurunya. Yang dimaksudkan ialah bahwa kalau sang guru sudah menderita penganiayaan, maka para murid jangan pernah memimpikan sebuah nasib yang lebih baik dari itu. Paling banter mereka juga akan menderita. Maka mereka harus bersiap-siap menghadapi hal itu. Dengan nasihat seperti itu, Yesus kemudian menegaskan kepada para murid, agar jangan takut terhadap orang yang dapat melakukan penghambatan dan penganiayaan itu. Sebab paling banter mereka hanya bisa membunuh tubuh, tetapi tidak dapat membunuh jiwa. Kita harus lebih takut kepada dia yang berkuasa membunuh jiwa dalam neraka. Nasihat untuk tidak takut itu diberi keterangan berupa metafor: bahwa Bapa sungguh memperhatikan nasib dan hidup mereka. Akhirnya, kita melihat sebuah hal penting yang lain: yaitu keberanian kita untuk mengakui Yesus di hadapan manusia, menjadi syarat penting untuk pengakuan Yesus akan kita di hadapan Bapa di sorga. Pengakuan itu berarti shalom. Sebaliknya kalau kita tidak berani mengakui Yesus di dunia ini, maka Yesus pun tidak akan mengakui dan mengenal kita di surga. Tinggal kita memilih yang mana dari kedua sikap itu: Mengakui Yesus dan selamat, atau menyangkal Yesus dan binasa. Jawaban ada di tangan kita masing-masing.

JUM'AT, 10 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.46:1-7.28-30; Mzm.37:3-4.18-19.27-28.39-40; Mat.10:16-23.



Pada hari ini ada peringatan Veronika Yuliani (yang diperingati oleh beberapa lembaga hidup bakti, seperti OCSO, OFM, OFS, dll). Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita sendiri. Injil hari ini, amat terkenal sebab teks itu menyampaikan beberapa hal menarik. Pertama, Yesus meminta para muridNya agar cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Kedua, Yesus juga mengingatkan para murid agar waspada. Sebab ada hambatan dan penganiayaan dalam karya pewartaan dan perutusan itu. Yesus menubuatkan tentang penganiayaan yang akan terjadi karena tugas perutusan mewartakan kerajaan Sorga. Tentu ini menakutkan. Tetapi Yesus memberi jaminan: kalau semua itu sampai terjadi, para murid dianjurkan untuk tenang dan tidak usah merisaukan kata-kata pembelaan. Sebab Roh Bapa akan menjadi pembela mereka, menjadi jurubicara mereka. Roh itu akan menghembuskan ilham hikmat kepada mereka agar mereka bisa membela diri. Bagi saya hal ini amat menarik, sebab itu adalah janji Yesus sendiri bagi pengikut-Nya. Tentu penganiayaan dan hambatan menjadi godaan untuk mengkhianati Yesus. Tetapi Yesus memberi jaminan bahwa jika orang bertahan dalam status dan martabatnya sebagai murid Kristus, mereka selamat. Tetapi pengkhianatan tidak usah dicari-cari atau tidak usah dihadapi dengan membabi-buta. Sebaliknya kalau di satu tempat dianiaya, pergi ke kota lain untuk meneruskan pewartaan itu. Ini juga sebuah perintah dan sikap realistik. Tidak semua bisa dihadapi dengan kekerasan. Kadang-kadang dengan cara menghindar pun orang akan mendapat jalan masuk yang tepat. Hanya perlu kesabaran saja.

KAMIS, 09 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.44:18-21.23b-29; 45:1-5; Mzm.105:16-17.18-19.20-21; Mat.10:7-15.



Hari ini ada peringatan Santo Agustinus Zhao Rong, Maria Bunda Pengharapan Suci, Hermina, Yohanna Scopelli, Nikolaus Pick, Martir Ursulin dari Orange, Pesta Bunda Maria, Ratu Damai. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, merupakan kelanjutan dari injil kemarin. Para murid diutus untuk mewartakan Kerajaan Sorga yang sudah dekat. Hadirnya kerajaan itu mendatangkan shalom, keutuhan, keselamatan. Itu sebabnya ada penyembuhan, ada pengusiran setan, pokoknya segala sesuatu yang bertentangan dengan kerajaan sorga itu. Yang menarik ialah perkataan Yesus bahwa apa yang sudah diperoleh dengan cuma-cuma harus diberikan cuma-cuma juga. Dengan kata lain, orang tidak dapat berbahagia sendirian di dalam kerajaan sorga itu. Kebahagiaan itu harus saling berbagi. Sebab berbahagia sendirian itu, sangat tidak pantas, tidak etis, dan sebuah contradictio in terminis. Lalu sesudah itu menyusul beberapa larangan sebagai syarat dalam perjalanan perutusan itu. Misalnya disebutkan, jangan membawa perak, atau membawa bekal, dst. Ya, kiranya ini jelas: orang harus mengandalkan dan percaya kepada Allah, yang maha menyelenggarakan hidup. Hidup dari dan dalam Allah. Itulah yang diharapkan di sini. Menarik bahwa Yesus meminta para muridNya untuk masuk ke kota dan mencari orang yang layak ditumpangi. Juga dianjurkan untuk memberi salam kepada mereka, yaitu salam damai sejahtera dari Allah bagi mereka. Salam damai sejahtera itu akan melaksanakan dirinya sendiri. Kalau orang berkenan menerimanya, maka salam itu akan tinggal di tengah mereka. Jika tidak, maka salam itu akan kembali. Bagi saya, ini adalah pegangan paling baik dalam melakukan tugas perutusan: harus bisa membawa damai sejahtera, biarpun itu ditolak atau tidak mudah diterima. Tetapi penghakiman atas penolakan itu biarlah diserahkan kepada Allah saja, sang Hakim mahaadil.

RABU, 08 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.41:55-57; 42:5-7a; Mzm.33:2-3.10-11.18-19; Mat.10:1-7.



Hari ini ada beberapa tokoh yang diperingati: Eugenius III (OCSO), ada Gregorius Grassi, Marie Hermine, Martir (yang diperingati oleh OFM, OFMCap, OFMConv., OSC, OSCCap, OFR, OFS). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini, mengisahkan dua hal atau peristiwa penting. Pertama, pemanggilan para murid. Mari kita perhatikan baik-baik. Menurut injil, para murid dipanggil untuk tinggal bersama Yesus. Yesus memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir setan (roh jahat), dan menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan. Jadi, mereka dipanggil untuk ikut mewartakan shalom Allah. Shalom Allah berarti keutuhan hidup, kepenuhan hidup. Kedua, pengutusan para murid. Setelah para murid dipilih atau dipanggil, maka mereka pun diutus. Mereka diutus kepada Israel, untuk mencari yang hilang dari kawanan domba Israel itu. Itulah tujuan utama perutusan mereka. Ada pun isi tugas perutusan mereka itu singkat saja: memberitakan fakta bahwa kerajaan sorga sudah dekat. Kedatangan kerajaan sorga itu perlu dipersiapkan. Salah satu persiapannya ialah melalui penyembuhan, dengan pengusiran setan. Segala sesuatu yang tampak paradoks dengan eksistensi hadirnya kerajaan surga itu harus diatasi atau disingkirkan. Itulah yang menjadi tugas perutusan para murid. Dan tugas itu tetap berlaku juga bagi jaman sekarang ini sehingga hal itu juga menjadi tugas perutusan kita. Semoga kita siap melaksanakan tugas perutusan demi datangnya kerajaan sorga itu. Sebab setiap hari kita berdoa: datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di dalam sorga.

SELASA, 07 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.32:22-32; Mzm.17:1.2-3.6-7.8b.15; Mat.9:32-38.



Injil hari ini, mengisahkan dua hal penting. Pertama, kisah penyembuhan seorang bisu. Ada anggapan bahwa orang menjadi bisu karena lidahnya diikat setan. Maka ketika setan itu diusir, sembuhlah orang tersebut. Ada dua reaksi yang muncul. Ada yang kagum dan mengatakan bahwa ini sebuah keajaiban yang tidak pernah ada sebelumnya. Tetapi ada juga yang memberi reaksi negatif (orang Farisi). Yesus mengusir setan dengan kuasa kepala setan. Satu peristiwa atau tindakan, ada beragam reaksi terhadapnya. Satu peristiwa memang dapat ditafsir dengan beragam cara. Peristiwa memang selalu bersifat multi-interpretable. Tetapi yang terpenting bagi kita ialah bahwa sudah terjadi mukjizat. Kedua, kisah Yesus menampakkan sikap belas kasih, misericordia, terhadap orang banyak yang mengikutiNya. Itu terjadi, karena Yesus melihat bahwa orang-orang itu tampak kelelahan dan seperti domba tidak bergembala. Biasanya mereka (domba) ditandai kebingungan bahkan kemurungan. Di tengah situasi seperti itu, Yesus tampil sebagai orang yang menaruh belas-kasih terhadap mereka, memberi per-hati-an kepada mereka, memberi hati kepada mereka. Ini tidak selalu mudah. Tidak mudah memberi hati kepada orang lain. Tetapi Yesus memperlihatkan contoh teladan agung dalam hal memberi hati, membuka hati, karena hatiNya ikut merasa perih, prihatin dengan keadaan mereka. Kiranya inilah salah satu dasar biblis dari praksis devosi kita akan Hati Yesus Yang Mahakudus, Sanctissima Cordis Iesu Christi. Memang dalam hati Yesus ada keluasan yang penuh kerahiman.

SENIN, 06 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE: Kej.28:10-22a; Mzm.91:1-2.3-4.14-15ab; Mat.9:18-26.



Hari ini ada peringatan fakultatif Maria Goretti, Perawan dan Martir. Pembela kemurnian dan keperawanan. Maria Goretti adalah Model keteladanan kaum perempuan Kristiani (Katolik). Dua serikat hidup bakti mengenangnya secara khusus, CP, PRR. Mari kita mengenang hidup beliau dalam hidup dan doa kita sendiri. Injil hari ini, mengisahkan dua kisah penyembuhan ajaib yang dikerjakan Yesus. Pertama, mukjizat pembangkitan anak perempuan dari seorang kepala rumah ibadat. Tetapi sebelum itu terjadi, ada mukjizat lain, yang kedua (tetapi sesungguhnya inilah yang pertama dalam urutan waktu, tetapi kedua dalam urutan kisah), yang dikerjakan Yesus. Dilukiskan bahwa ada seorang perempuan yang sakit pendarahan. Tetapi perempuan ini, menurut ketetapan agama Yahudi, adalah najis. Ia tidak boleh tampil di ruang publik karena kenajisan pendarahannya itu. Menarik bahwa perempuan itu, walaupun dengan diam-diam, masuk menerobos ruang publik dan tabunya itu. Tidak hanya sampai di situ saja. Ia bahkan berani menyentuh jubah Yesus. Ini sebuah model keberanian luar biasa. Seorang perempuan menyentuh ujung jubah seorang pria di muka umum. Bagi kaum feminis teks ini menjadi amat penting. Ia menjadi model perempuan yang berani menegaskan diri di tengah kultur patriarki yang begitu ketat mengikat. Setelah mukjizat ini, barulah Yesus melanjutkan rencana tindakan mukjizat pertama: membangkitkan anak perempuan dari kepala rumah ibadat itu. Terjadilah demikian. Saya perlu mencatat reaksi banyak orang terhadap Yesus: mereka menertawakan Dia. Apakah kita juga termasuk orang yang menertawakan Yesus? Hanya anda sendiri yang tahu.

Selasa, 14 Juli 2009

RABU, 15 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Kel.3:1-6.9-12; Mzm.103:1-2.3-4.6-7; Mat.11:25-27.

Hari ini pesta Santo Bonaventura. Keluarga besar Fransiskan mempestakan hari ini. Mari kita ikut serta juga di dalamnya. Bonaventura adalah salah seorang teolog besar abad pertengahan. Ia terkenal dengan apa yang disebut eksemplarisme. Juga terkenal dengan bukunya: Itinerarium Mentis in Deum. Dalam sejarah Ordo, ia dikenal sebagai pembaharu sejati, sehingga ada diskusi besar tentang dia: apakah dia “The Founder of the second Order?” ataukah dia itu “The Second Founder of the Order.” Saya memilih haluan kedua sebab Bonaventura tidak mendirikan Ordo Baru. Injil hari ini berbicara tentang beberapa hal penting. Pertama, tentang doa syukur Yesus kepada Bapa. Yesus bersyukur kepada Bapa karena ada rahasia agung yang hanya bisa dilihat oleh orang kecil dan sederhana. Sedangkan orang cerdik pandai tidak melihatnya. Kedua, injil juga berbicara tentang relasi unik antara Bapa dan Anak. Inti relasi itu ialah pengenalan timbal balik antara Bapa dan Anak. Kata “mengenal” dalam kitab suci mempunyai konotasi relasi intim. Yesus berada dalam relasi sangat intim dengan Bapa, sehingga hanya Anak yang mengenal Bapa. Tetapi relasi intim itu bisa dianugerahkan kepada orang lain, yaitu mereka yang kepadanya Bapa berkenan. Nah, permenungan kita hari ini ialah: apakah kita juga ada dan hidup dalam relasi intim dan ultim dengan Bapa dan Yesus? Semoga kita menjawab ya. Jika belum, inilah saatnya memulai kembali.

MINGGU, 13 SEPTEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Yes.50:5-9a; Mzm.115:1-2.3-4.5-6.8-9; Yak.2:14-18; Mrk.8:27-35.


Hari ini adalah Hari Minggu Biasa XXIV. Injil hari ini amat terkenal. Ada dua hal yang disampaikan. Pertama, pengakuan Petrus. Dimulai dengan pertanyaan Yesus mengenai persepsi orang tentang Dia. Muncul banyak jawaban. Ini menandakan bahwa dalam Perjanjian Baru ada banyak versi Kristologi. Di sini kita bisa melihat empat visi Kristologis yang hidup pada jaman gereja purba. Tentu Kristologi normatif kita menurut injil hari ini tampak dalam jawaban dan pengakuan iman Petrus: Engkau adalah Mesias. Yang menarik ialah bahwa Yesus melarang murid agar tidak memberitahukan pengakuan dasar itu kepada orang. Inilah yang dalam ilmu tafsir dikenal dengan sebutan: rahasia Mesias (Mesias Geheimnis). Kedua, yang menarik ialah bahwa setelah pengakuan iman akan Mesias, injil dilanjutkan dengan pemberitahuan tentang derita Yesus. Warta agung Mesias, dikaitkan dengan derita. Ini khas kristiani, Mesias harus menderita. Itulah yang diwartakan pertama kalinya dalam teks ini. Ternyata ide Mesias menderita itu tidak mudah diterima oleh para murid, termasuk Petrus. Itu sebabnya Petrus tidak menerima paham itu. Tetapi Petrus dikecam Yesus dengan kata-kata keras. Lebih menarik lagi ialah kenyataan bahwa setelah mewartakan ide mengenai mesias yang menderita, Yesus berbicara tentang syarat mengikuti Dia. Intinya mengatakan bahwa orang yang mau mengikuti Dia harus mau menderita bersama Dia. Tidak bisa tidak. Mesias yang menderita itu, dalam pandangan orang Kristiani sudah dinubuatkan dalam perjanjian lama, khususnya dalam Yesaya. Itulah yang kita dengar hari ini. Bac.II hari ini juga amat terkenal: iman tanpa perbuatan adalah mati. Memang relasi iman kita akan Kristus harus tampak dalam perbuatan, dalam praksis, juga praksis derita sekalipun. Sebab dalam derita, mutu iman kita diuji. Emas murni diperoleh lewat api.

MINGGU, 06 SEPTEMBER 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Yes.35:4-7a. Mzm.146:7.8-9a.9bc-10; Yak.2:1-5; Mrk.7:31-37.



Hari ini adalah Hari Minggu Biasa XXIII. Hari ini adalah Hari Minggu Kitab Suci Nasional (HMKSN). Jadi, ini hari Minggu istimewa. Hari ini secara khusus kita memberi perhatian terhadap Kitab Suci. Diharapkan agar dengan cara itu kita dapat semakin hidup dari Firman dan berdasarkan Firman. Itulah cita-cita luhur hidup Kristiani: hidup berdasarkan Sabda Allah. Juga diharapkan agar kita semakin mengenal kitab suci, sebab jika kita tidak mengenal kitab suci, kita tidak mengenal Kristus, kata Hieronimus. Injil hari ini mengisahkan tentang penyembuhan orang tuli. Reaksi orang terhadap peristiwa itu ialah, memberitakan perbuatan baik dan ajaib itu ke dunia sekitar. Inti warta mereka ialah: Ia menjadikan segala-galanya baik. Warta ini mengingatkan kita akan kisah penciptaan pada awal mula oleh Allah. Sesudah penciptaan itu setiap kali Allah memberi evaluasi positif atas ciptaanNya itu: Allah melihat bahwa semuanya baik adanya. Ya, Yesus juga membawa hidup dan martabat baru pada ciptaan, membawa ciptaan ke arah mutu hidup yang lebih baik. Itulah inti mukjizat yang dikerjakan Yesus dalam injil hari ini. Semoga kita juga, berkat hidup dekat dan bersama dengan Kristus, bisa mejadi lebih baik. Jika tidak, maka tidak ada gunanya. Transformasi hidup iman dalam Yesus, harus tampak dalam penghayatan iman, yakni tidak membeda-bedakan orang berdasarkan harta. Itulah nasihat Bac.II. Mengapa? Karena Allah tidak membedakan orang. Mukjizat Yesus sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (Bc.I). Kedatangan Allah yang menyelamatkan dan mengubah hidup, itulah sumber hiburan dan kekuatan bagi orang yang meringkuk dalam lembah penderitaan. Bagi mereka akan segera terjadi warta pembebasan dan kelepasan. Mereka tidak lagi akan meringkuk dalam lembah derita.

MINGGU, 30 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Ul.4:1-2.6-8; Mzm.15:2-3a.3cd-4ab.5; Yak.1:17-18.21b-22.27; Mrk.7:1-8.14-15.21-23.


Hari ini, Hari Minggu Biasa XXII. Ada beberapa hal penting yang disinggung injil hari ini. Pertama, orang Farisi yang mempersoalkan cara hidup murid Yesus yang tidak mengikuti adat istiadat nenek moyang. Terhadap hal itu Yesus memberi kecaman: mereka itu mengabaikan perintah Allah lalu memperhatikan hal-hal sepele. Kedua, mengenai kriteria kenajisan. Di sini kita lihat bahwa, berbeda dengan anggapan dan penetapan tradisional, apa saja yang datang dari luar, menajiskan orang. Menurut Yesus, yang menajiskan itu bukan apa yang masuk, melainkan apa yang keluar dari orang. Itu yang najis dan menajiskan. Jadi, sesama manusia tidak najis dan tidak menajiskan. Ketiga, kriteria najis dan kenajisan. Hal najis dan menajiskan adalah hal-hal yang keluar dari manusia. Menurut Bac.II, , ada satu syarat agar hati bisa diubah, yaitu terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Firman itu harus dilaksanakan dalam hidup agar tidak mati. Akhirnya, Bac.II juga mengedepankan kriteria ibadat murni, yang mirip dengan seruan nabi, yang memprioritaskan perbuatan baik di atas ibadat. Ibadat tidak ada gunanya tanpa perbuatan baik, terutama kepada yang kecil, miskin dan tertindas. Tuhan meminta agar kita melakukan semuanya ini dengan tekun dan setia (seperti kata Bac.I).

MINGGU, 23 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Yos.24:1-2a.15-17.18b; Mzm.34:2-3.16-17.18-19.20-21.22-23; Ef.5:21-32; Yoh.6:60-69.


Hari Minggu Biasa XXI. Injil mementaskan dua hal penting dalam hidup pengikut Yesus. Pertama, reaksi murid yang mundur setelah mendengar pernyataan Yesus tentang diriNya sebagai makanan dan minuman. Mereka menganggap ajaran itu keras. Di kalangan murid muncul salah paham kanibalisme yang membuat mereka mundur. Menghadapi hal itu, Yesus tidak menyurutkan perkataanNya. Kedua, Ia malah menantang kelompok duabelas untuk menguji iman mereka: Apakah kamu tidak pergi juga? Di sini, muncul Petrus yang memberi jawaban terkenal, mewakili murid yang lain: Engkau adalah Yang Kudus dari Allah. Agak sulit melihat kaitan Injil dengan Bac.II. Tetapi, kaitan itu dapat dijelaskan sbb: bahwa yang diperkarakan dalam injil ialah relasi khusus dan eksklusif antara Yesus dan murid. Relasi eksklusif itulah yang disinggung dalam Bac.II, yaitu relasi khusus-eksklusif antara Kristus dan gereja. Untuk menjelaskan hal itu, Paulus memakai bahasa metafor relasi suami dan isteri. Relasi khusus dan eksklusif itulah yang dipentaskan dan dituntut dalam Bac.I hari ini. Memang, dalam relasi iman dengan Allah kita dituntut untuk menjalin relasi khusus, eksklusif, mesra. Tidak ada yang lain di antara kita. Kira-kira begitu bahasa populernya.

SENIN, 17 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Sir.10:1-8; Mzm.101:1a.2ac.3a.6-7; 1Ptr.2:13-17; Mat.22:15-21.

Hari ini hari raya kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan itu kata benda. Tetapi sesungguhnya kemerdekaan itu adalah proses terus menerus, keadaan dinamis yang harus terus diperjuangkan. Kemerdekaan bukanlah sebuah ruangan yang tinggal diisi dengan pembangunan atau apa pun. Kemerdekaan adalah pemerdekaan. Mungkin istilah terakhir ini paling tepat mengungkapkan isinya. Maka setiap orang Indonesia bertanggung-jawab atas kemerdekaan dan pemerdekaan dirinya. Itulah pemaknaan hidup sebagai bangsa dan terutama sebagai individu bermartabat. Ikut serta merayakan kemerdekaan dan mengupayakan pemerdekaan adalah bagian utuh dari hidup kita dalam tatanan politis tertentu. Kita tidak bisa menghindar dari kewajiban politis kepada negara dan sebagai warga negara. Tetapi kewajiban kepada negara jangan sampai mengalahkan kewajiban kepada Allah. Itulah pesan injil hari ini. Bac.II hari ini juga memberi pendasaran biblis bagi kita untuk taat dan tunduk kepada lembaga manusia. Ketundukan itu diberi dasar teologis: karena Allah. Inti nasihat di hari raya kemerdekaan ini ialah: Hiduplah sebagai orang merdeka, dan bukan sebagai orang yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan mereka. Mari kita mengusahakan hal itu dalam hidup kita setiap hari: Hidup sebagai orang merdeka.

MINGGU, 16 AGUSTUS 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M.
BcE. Ams.9:1-6; Mzm.34:2-3.10-11.12-13.14-15; Ef.5:15-20; Yoh.6:51-58.


Hari ini, Hari Minggu Biasa XX. Injil hari ini bicara tentang roti hidup yang turun dari sorga. Yesus menyatakan diri sebagai roti hidup. Roti itu ialah tubuhNya sendiri. Roti itu diberikan agar dunia hidup. Ada reaksi salah paham dari orang banyak yang mengira ini praktek kanibalisme. Tetapi Yesus tidak membatalkan perwahyuan-Nya. Ia malahan menegaskan bahwa hal makan dan minum tubuh dan darah Tuhan adalah prasyarat hidup, termasuk hidup kekal. Ajakan Yesus dalam injil untuk makan roti hidup, kurang lebih sama dengan undangan hikmat yang menyediakan perjamuan dan mengundang semua yang mau makan bersama dia dalam perjamuannya. Ia mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi dengan syarat agar mereka membuang kebodohan dan mengikuti jalan pengertian (Bac.I). Itu adalah nasihat dan ajakan untuk hidup berhikmat, untuk tidak hidup seperti orang bebal (Bac.II). Melainkan hidup sebagai orang yang dipengaruhi rahmat Tuhan. Kiranya pesannya sangat jelas: setia ikut serta dalam perjamuan Tuhan, dalam ekaristi, tempat kita bersatu dengan Tuhan dalam communio kudus. Jika kita bersatu dengan Tuhan, maka kita harus meninggalkan cara hidup serampangan, kacau balau, tidak teratur, penuh kemabukan dan pesta pora. Mari kita hidup sebagai anak-anak Tuhan.

Senin, 13 Juli 2009

SABTU, 04 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.27:1-5.15-29; Mzm.135:1-2.3-4.5-6; Mat.9:14-17.



Hari ini ada peringatan fakultatif, Elisabet dari Portugal. Dua serikat hidup bakti mempunyai peringatan akan Pierre Georges Frassati. Mari kita kenang mereka dalam hidup dan iman kita. Injil hari ini berkisah tentang hal berpuasa. Ada beberapa pihak yang mempersoalkan praksis para murid Yesus yang tidak berpuasa, padahal murid orang lain berpuasa. Terhadap hal itu Yesus memberi jawaban yang dapat dipadatkan dalam rumusan sbb: Selama mempelai ada dalam pesta, maka rasanya tidak bagus kalau ada pihak yang mundur dari pesta itu dan berpuasa. Yang paling baik ialah, orang terus bersukacita dalam pesta selama mempelai itu ada bersama mereka. Sebab akan tiba saatnya mempelai itu diambil atau pergi dari mereka. Baru saat itulah mereka berpuasa. Sesudah itu, berturut-turut Yesus memberikan dua perumpamaan menarik. Pertama, perumpamaan tentang kain baru dan kain lama. Tidaklah lazim menambal kain baru pada kain lama, sebab hal itu akan semakin memperparah kerusakan pada kain lama. Praksis baru Yesus, memang tidak dapat dipahami dalam konteks praksis lama. Memaksakan praksis baru dalam atau di atas praksis lama, akan menimbulkan masalah besar. Kemudian hal itu dipertegas lagi dalam perumpamaan kedua, anggur baru dalam kantong lama. Ini juga tidak baik. Anggur baru harus dalam kantong baru. Jika tidak, maka anggur baru bisa merusak kantong lama, dan kantong itu rusak, dan anggurnya habis. Sekali lagi, Yesus memang membawa kebaruan dan pembaruan yang tidak memadai lagi dalam konteks dunia lama.

JUM'AT 03 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Ef.2:19-22; Mzm.117:1.2; Yoh.20:24-29.


Hari ini ada pesta Thomas Rasul. Mari kita mengenang dia dalam perayaan iman kita. Injil hari ini berkisah tentang penampakan Yesus kepada Tomas. Teks ini sangat terkenal dan menurut amat menarik. Menarik karena di sini kita melihat sosok Tomas yang tidak mau percaya begitu saja akan omongan orang lain. Ia rasul otentik, yang mau cari bukti pertama dan langsung. Yang menarik ialah bahwa ketika apa yang ia tuntut sebagai bukti dan landasan kepercayaan ada dan diberikan di hadapan matanya, ia merasa tidak membutuhkan lagi bukti itu. Ia segera meloncat ke dalam pengakuan iman yang amat mulia dan terkenal: Ya, Tuhanku, dan Allahku. Ia meloncat dari “menuntut bukti,” ke “pengakuan iman.” Loncatan itulah yang melahirkan sebuah ucapan terkenal dari Yesus. Yesus mengucapkan sabda bahagia versi Yohanes. Sabda bahagia pertama, tertuju kepada Tomas: ia dikatakan berbahagia karena ia percaya setelah melihat Tuhan. Sabda bahagia kedua, tertuju kepada semua orang beriman dari jaman para rasul hingga sekarang. Mereka ini disebut bahagia, karena walau tidak melihat namun percaya. Ya, sebab kita percaya bukan karena melihat, melainkan terutama karena mendengar, yaitu mendengar pewartaan para rasul. Fides ex auditu, demikian kata Paulus.

KAMIS, 02 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.22:1-19; Mzm.115:1-2.3-4.5-6.8-9; Mat.9:1-8.

Hari ini ada dua serikat hidup bakti yang mempunyai pesta khusus (FIC, HK). Serikat Yesus mempunyai peringatan untuk beberapa orang sucinya (Bernardino Realino, Fransiskus Regis, dll). Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang menyembuhkan orang lumpuh. Ada beberapa tokoh atau pelaku dalam peristiwa ini. Pertama, tentu saja Yesus. Kemudian orang lumpuh dan orang-orang yang mengusungnya ke hadapan Yesus. Mereka ini mengharapkan penyembuhan dari Yesus. Mereka menampakkan iman kepercayaan dan harapan akan Yesus. Yesus bisa melihat dan merasakan iman dan harapan itu. Selain itu, ada beberapa ahli Taurat. Mereka menuduh Yesus melakukan penghojatan terhadap Allah. Akhirnya, masih ada orang banyak. Mereka ini melihat dan menyaksikan mukjizat yang terjadi. Reaksi mereka ialah: ketakutan, tetapi bermuara kepada tindakan memuliakan Allah. Jadi, kalau dilihat dengan baik, ada dua reaksi iman (positif) dalam perikop ini. Ada satu reaksi negatif, berupa mempersoalkan tindakan dan perkataan Yesus. Menarik bahwa dua reaksi iman positif itu membingkai konflik Yesus dan ahli taurat. Itu adalah isyarat sastrawi bahwa kita mulai dalam iman, hendaknya juga berakhir dalam iman. Iman tidak lain berarti percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus.

Rabu, 01 Juli 2009

RABU, 01 JULI 2009

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm).
BcE.Kej.21:5.8-20a; Mzm.34:7-8.10-11.12-13; Mat.8:28-34.

Pada hari ini, menurut penanggalan liturgi kita, ada dua serikat hidup bakti yang mempunyai pesta khusus: Darah Mulia Tuhan Yesus (CP, ADM). Mari kita ikut bersama dalam pesta ini dalam hidup dan doa kita. Injil berkisah tentang tindakan Yesus menyembuhkan dua orang kerasukan setan di daerah Gedara. Karena kerasukan setan, maka mereka pun tinggal di daerah pekuburan. Kehadiran Yesus di tempat itu membuat mereka merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, mereka meminta agar sudi dibolehkan masuk ke dalam babi-babi. Maka kini giliran babi-babi itu yang kerasukan setan. Babi-babi itu menceburkan diri ke danau. Setelah penduduk kota tahu bahwa Yesus-lah yang melakukan hal itu, maka mereka memintaNya agar segera pergi dari situ. Tetapi mengapa? Mungkin karena mereka takut dengan kuasa itu? Sebab di tempat lain Yesus dituduh mengusir setan dengan kuasa kepala setan. Boleh jadi ada anggapan terselubung seperti itu juga di sini. Kita tidak tahu persis. Tetapi pesannya bagi kita sangat jelas: Kalau kita bersama Yesus, maka setan-setan akan pergi menjauh dari kita. Maka hiduplah selalu dalam, dan bersama dengan Yesus.