Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.11:1-2a.11-12.25-29; Mzm.94:12-13a.14-15; Luk.14:1.7-11.
Hari ini ada peringatan wajib S.Alfonsus Rodriguez. Ada serikat hidup bakti yang merayakan hari wafat Pendiri (JMJ). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, berbicara tentang sopan santun dalam memenuhi undangan seseorang. Etiket yang diajarkan Yesus ialah bahwa orang harus menempatkan diri pada tempat yang rendah. Tidak usah harus menonjol-nonjolkan diri. Yesus terdorong mengungkapkan perumpamaan ini karena melihat bagaimana orang sibuk mencari tempat terhormat dalam pesta. Sebab memang begitulah adat kebiasaan Yahudi pada jaman itu. Apalagi kalau Rabi yang datang ke tempat pesta. Pasti ia berusaha mencari tempat terhormat. Melihat itu Yesus menyatakan bahwa orang harus datang dan menempatkan diri pada tempat rendah. Agar jangan sampai kita direndahkan karena terlalu meninggikan diri. Sebab menurut Yesus, barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Semoga hal ini dapat menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita semua. Tetapi itu tidak berarti bahwa di gereja kita harus mencari tempat-tempat yang paling belakang. Di gereja kita harus mencari tempat yang sepatutnya, tanpa sampai harus rebutan dengan orang lain. Perlu ketenangan. Sebab sekali lagi, siapa meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa merendahkan diri akan ditinggikan.
Sabtu, 31 Oktober 2009
JUM'AT, 30 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.9:1-5; Mzm.147:12-13.14-15.19-20; Luk.14:1-6.
Hari ini ada peringatan fakultatif Beato Angelus dari Acri dan Dominikus Collins. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, mementaskan salah satu adegan terkenal dalam hidup Yesus, yaitu merombak pelaksanaan Sabat. Secara tradisional ditetapkan bahwa pada Sabat orang tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun. Orang harus berdiam total. Tetapi pertanyaannya ialah bagaimana dengan hal melakukan pekerjaan yang baik yang menuntut tindakan yang segera, demi menyelamatkan dan membebaskan hidup seseorang? Misalnya, dokter yang harus mengoperasi seorang ibu demi menyelamatkan sang ibu dan anak dalam rahimnya. Kalau ia menunda setelah lewat Sabat maka ibu tidak tertolong dan demikian juga anak. Pada suatu hari Sabat, di rumah seorang pemimpin Farisi, ada seorang yang sakit busung air. Ia memohon kesembuhan dari Yesus. Yesus tahu ada larangan melakukan pekerjaan pada Sabat. Tetapi di hadapanNya berdiri seorang manusia menderita. Maka Ia mau menolong orang itu, biarpun hari itu hari Sabat. Sebab kalau seekor anak lembu terperosok ke sumur, pasti pemilik menariknya keluar, biarpun itu Sabat. Hari ini, ada manusia terbelenggu penyakit. Ia segera harus disembuhkan. Itu yang dilakukan Yesus. Semoga kita berani melakukan sesuatu demi kemanusiaan, dan bukan demi ketaatan dalam pelaksanaan hukum belaka.
BcE.Rm.9:1-5; Mzm.147:12-13.14-15.19-20; Luk.14:1-6.
Hari ini ada peringatan fakultatif Beato Angelus dari Acri dan Dominikus Collins. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, mementaskan salah satu adegan terkenal dalam hidup Yesus, yaitu merombak pelaksanaan Sabat. Secara tradisional ditetapkan bahwa pada Sabat orang tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun. Orang harus berdiam total. Tetapi pertanyaannya ialah bagaimana dengan hal melakukan pekerjaan yang baik yang menuntut tindakan yang segera, demi menyelamatkan dan membebaskan hidup seseorang? Misalnya, dokter yang harus mengoperasi seorang ibu demi menyelamatkan sang ibu dan anak dalam rahimnya. Kalau ia menunda setelah lewat Sabat maka ibu tidak tertolong dan demikian juga anak. Pada suatu hari Sabat, di rumah seorang pemimpin Farisi, ada seorang yang sakit busung air. Ia memohon kesembuhan dari Yesus. Yesus tahu ada larangan melakukan pekerjaan pada Sabat. Tetapi di hadapanNya berdiri seorang manusia menderita. Maka Ia mau menolong orang itu, biarpun hari itu hari Sabat. Sebab kalau seekor anak lembu terperosok ke sumur, pasti pemilik menariknya keluar, biarpun itu Sabat. Hari ini, ada manusia terbelenggu penyakit. Ia segera harus disembuhkan. Itu yang dilakukan Yesus. Semoga kita berani melakukan sesuatu demi kemanusiaan, dan bukan demi ketaatan dalam pelaksanaan hukum belaka.
KAMIS, 29 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.8:31b-39; Mzm.109:21-22.26-27.30-31; Luk.13:31-35.
Hari ini ada peringatan wajib Beato Michaelis Rua. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, berbicara tentang dua hal. Pertama, mengenai perjalanan Yesus ke Yerusalem. Orang-orang Farisi berusaha mencegah perjalanan itu, karena ada ancaman terhadap hidup Yesus yang dilakukan Herodes. Terhadap hal itu Yesus menanggapi dengan pernyataan bahwa Ia mau melanjutkan perjalanan ke Yerusalem karena “tidak selayaknya seorang nabi, mati dibunuh di luar Yerusalem.” Kedua, mengenai ratapan Yesus atas Yerusalem. Yerusalem mempunyai sejarah panjang dalam hal kekejaman terhadap para nabi. Sudah ada banyak nabi yang mati dibunuh di Yerusalem. Nasib itu juga kini bakal mengancam hidup Yesus sendiri. Itulah yang menjadi penyebab Yesus merasa sedih dan mau mengeluh terhadap Yerusalem. Sesungguhnya Ia mau datang dan memperlakukan Yerusalem seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah naungan kepak sayapnya, tetapi karena mereka menolak maka mereka pun akan tercerai-berai. Yerusalem akan dihancurkan. Semoga pada hari ini kita tidak menjadi orang yang tidak mau menerima Yesus. Sebaliknya, kita harus dengan rendah hati membuka hati dan seluruh diri kita untuk menerima Yesus dalam hidup kita, agar Yesus sudi mengatur dan menyelenggarakan hidup kita dari hari ke hari, dari waktu ke waktu.
BcE.Rm.8:31b-39; Mzm.109:21-22.26-27.30-31; Luk.13:31-35.
Hari ini ada peringatan wajib Beato Michaelis Rua. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, berbicara tentang dua hal. Pertama, mengenai perjalanan Yesus ke Yerusalem. Orang-orang Farisi berusaha mencegah perjalanan itu, karena ada ancaman terhadap hidup Yesus yang dilakukan Herodes. Terhadap hal itu Yesus menanggapi dengan pernyataan bahwa Ia mau melanjutkan perjalanan ke Yerusalem karena “tidak selayaknya seorang nabi, mati dibunuh di luar Yerusalem.” Kedua, mengenai ratapan Yesus atas Yerusalem. Yerusalem mempunyai sejarah panjang dalam hal kekejaman terhadap para nabi. Sudah ada banyak nabi yang mati dibunuh di Yerusalem. Nasib itu juga kini bakal mengancam hidup Yesus sendiri. Itulah yang menjadi penyebab Yesus merasa sedih dan mau mengeluh terhadap Yerusalem. Sesungguhnya Ia mau datang dan memperlakukan Yerusalem seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah naungan kepak sayapnya, tetapi karena mereka menolak maka mereka pun akan tercerai-berai. Yerusalem akan dihancurkan. Semoga pada hari ini kita tidak menjadi orang yang tidak mau menerima Yesus. Sebaliknya, kita harus dengan rendah hati membuka hati dan seluruh diri kita untuk menerima Yesus dalam hidup kita, agar Yesus sudi mengatur dan menyelenggarakan hidup kita dari hari ke hari, dari waktu ke waktu.
RABU, 28 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Ef.2:19-22; Mzm.19:2-3.4-5; Luk.6:12-19.
Hari ini ada pesta St.Simon dan Yudas, Rasul. Mari kita mengenang kedua Rasul ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, berbicara tentang dua hal. Pertama, tentang pemanggilan para murid. Beberapa orang dari antaranya dipilih (ditetapkan) Tuhan menjadi anggota kelompok duabelas orang yang disebut Rasul. Di sinilah kita dapat menemukan salah satu versi daftar para murid Yesus. Kedua, mengenai pengajaran Yesus dan perbuatanNya yang menyembuhkan banyak orang. Ketika Yesus turun dari perahu, Ia menemui di sana banyak orang yang datang kepadaNya dengan beberapa tujuan. Ada yang datang untuk mendengarkan pengajaranNya. Ada juga yang datang untuk memohon kesembuhan, juga memohon pembebasan dari roh jahat. Saya bisa membayangkan betapa Tuhan Yesus kerepotan karena ada begitu banyak orang yang mengikuti Dia. Mereka beramai-ramai berebut kesempatan untuk menyentuh ujung jubahNya saja, sebab mereka yakin sentuhan itu saja pun sudah cukup untuk menyembuhkan mereka dari segala beban derita mereka. Kehadiran orang besar dan luar biasa memang selalu ditunggu. Semoga kita yang datang kepadaNya sekarang ini, tidak hanya berhenti pada motif-motif seperti di atas tadi saja. Kita harus melangkah lebih jauh: kita harus datang kepada Yesus untuk mencintaiNya dan sedapat mungkin menjadi muridNya yang terbaik. Itu yang menjadi pesan khusus bagi kita pada hari ini.
BcE.Ef.2:19-22; Mzm.19:2-3.4-5; Luk.6:12-19.
Hari ini ada pesta St.Simon dan Yudas, Rasul. Mari kita mengenang kedua Rasul ini dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini, berbicara tentang dua hal. Pertama, tentang pemanggilan para murid. Beberapa orang dari antaranya dipilih (ditetapkan) Tuhan menjadi anggota kelompok duabelas orang yang disebut Rasul. Di sinilah kita dapat menemukan salah satu versi daftar para murid Yesus. Kedua, mengenai pengajaran Yesus dan perbuatanNya yang menyembuhkan banyak orang. Ketika Yesus turun dari perahu, Ia menemui di sana banyak orang yang datang kepadaNya dengan beberapa tujuan. Ada yang datang untuk mendengarkan pengajaranNya. Ada juga yang datang untuk memohon kesembuhan, juga memohon pembebasan dari roh jahat. Saya bisa membayangkan betapa Tuhan Yesus kerepotan karena ada begitu banyak orang yang mengikuti Dia. Mereka beramai-ramai berebut kesempatan untuk menyentuh ujung jubahNya saja, sebab mereka yakin sentuhan itu saja pun sudah cukup untuk menyembuhkan mereka dari segala beban derita mereka. Kehadiran orang besar dan luar biasa memang selalu ditunggu. Semoga kita yang datang kepadaNya sekarang ini, tidak hanya berhenti pada motif-motif seperti di atas tadi saja. Kita harus melangkah lebih jauh: kita harus datang kepada Yesus untuk mencintaiNya dan sedapat mungkin menjadi muridNya yang terbaik. Itu yang menjadi pesan khusus bagi kita pada hari ini.
Senin, 26 Oktober 2009
SELASA, 27 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.8:18-25; Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Luk.13:18-21.
Injil hari ini, berbicara tentang biji sesawi dan ragi. Tuhan Yesus memakai kedua hal ini (biji sesawi dan ragi) sebagai perumpamaan mengenai Kerajaan Allah. Sebuah biji kecil kalau ditabur ke tanah akan bertumbuh menjadi sebuah pohon besar, pohon raksasa, dengan dedauan lebat dan rindang. Di sanalah bersarang segala macam jenis burung. Pohon itu mempunyai sifat melindungi, menaungi, mengayomi, dan dengan itu memberi kesegaran dan hidup kepada makhluk lain di sekitarnya. Itulah Kerajaan Allah; di sana semua orang mendapat tempat naungan, tempat perlindungan, suaka yang aman, hidup dan segar, nyaman. Tuhan Yesus juga memakai ragi sebagai perumpamaan mengenai kerajaan Allah. Ragi jika dicampur dengan tepung atau adonan kue, akan meragi seluruh racikan bahan kue itu. Ragi itu “serba hadir” (omnipresence) mengkamirkan seluruh adonan. Kehadiran Ragi itu seperti kehadiran Kerajaan Allah yang tidak selalu kentara tetapi amat efektif mendatangkan efek perubahan. Saya teringat akan ucapan seorang peserta Muspas Keuskupan Bandung awal bulan kemarin, yang mengutip seorang yang bernama Joko Lelono: konon menurut dia ilmu garam dan terang itu tidak begitu relevan lagi. Oleh karena itu, Joko Lelono mengajak orang untuk membuka mata terhadap analisis dia: tentang ilmu garam, ilmu terang, dan ilmu ragi. Garam dan terang itu relatif lebih gampang. Maka ia mengunggulkan ilmu ragi: tidak kelihatan wujudnya tetapi terasa pengaruhnya. Seharusnya begitulah daya pengaruh kehadiran gereja. Oleh karena itu, mari kita belajar di sekolah ragi.
BcE.Rm.8:18-25; Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6; Luk.13:18-21.
Injil hari ini, berbicara tentang biji sesawi dan ragi. Tuhan Yesus memakai kedua hal ini (biji sesawi dan ragi) sebagai perumpamaan mengenai Kerajaan Allah. Sebuah biji kecil kalau ditabur ke tanah akan bertumbuh menjadi sebuah pohon besar, pohon raksasa, dengan dedauan lebat dan rindang. Di sanalah bersarang segala macam jenis burung. Pohon itu mempunyai sifat melindungi, menaungi, mengayomi, dan dengan itu memberi kesegaran dan hidup kepada makhluk lain di sekitarnya. Itulah Kerajaan Allah; di sana semua orang mendapat tempat naungan, tempat perlindungan, suaka yang aman, hidup dan segar, nyaman. Tuhan Yesus juga memakai ragi sebagai perumpamaan mengenai kerajaan Allah. Ragi jika dicampur dengan tepung atau adonan kue, akan meragi seluruh racikan bahan kue itu. Ragi itu “serba hadir” (omnipresence) mengkamirkan seluruh adonan. Kehadiran Ragi itu seperti kehadiran Kerajaan Allah yang tidak selalu kentara tetapi amat efektif mendatangkan efek perubahan. Saya teringat akan ucapan seorang peserta Muspas Keuskupan Bandung awal bulan kemarin, yang mengutip seorang yang bernama Joko Lelono: konon menurut dia ilmu garam dan terang itu tidak begitu relevan lagi. Oleh karena itu, Joko Lelono mengajak orang untuk membuka mata terhadap analisis dia: tentang ilmu garam, ilmu terang, dan ilmu ragi. Garam dan terang itu relatif lebih gampang. Maka ia mengunggulkan ilmu ragi: tidak kelihatan wujudnya tetapi terasa pengaruhnya. Seharusnya begitulah daya pengaruh kehadiran gereja. Oleh karena itu, mari kita belajar di sekolah ragi.
SENIN, 26 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.8:12-17; Mzm.68:2.6-7ab.20-21; Luk.13:10-17.
Injil hari ini, berbicara tentang tindakan Yesus yang menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Ada seorang perempuan tua yang sudah delapan belas tahun kerasukan roh sehingga ia tidak dapat berjalan tegak. Punggungnya bungkuk. Itulah fakta penderitaan seorang anak manusia. Itulah salah satu persoalan kemanusiaan. Ketika melihat fakta derita itu, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan (misericordia). Ia pun menyembuhkan perempuan itu. Tetapi kepala rumah ibadat protes terhadap tindakan itu. Ia menerangkan bahwa ada enam hari untuk mencari penyembuhan: mengapa tidak datang pada salah satu dari enam hari itu dan tidak datang pada hari Sabat. Ini prioritas lain: lebih mempedulikan pelaksanaan hukum dari pada menolong orang menderita. Terhadap itu Yesus memberi tanggapan telak berikut ini. Mula-mula Ia mencap kepala rumah ibadat itu munafik. Sesudahnya Yesus mengatakan bahwa sesungguhnya Sabat itu bukan istirahat murni, sebab masih ada kemungkinan orang berbuat sesuatu yakni melepaskan hewan peliharaan dari dalam kandang dan memasukkannya kembali. Kalau ada kemungkinan orang melepaskan hewan peliharaan pada hari Sabat, sudah sepatutnya perempuan tadi, yang adalah keturunan Abraham, dilepaskan dari belenggu deritanya, biarpun itu hari Sabat. Yesus mengecam sikap kesalehan seperti ini yang beku, kaku, dan munafik. Rupanya jawaban itu membuat para lawannya mati langkah. Maka orang banyak pun bersorak kegirangan. Semoga kita tidak menghayati kehidupan iman dan agama kita sebatas tuntutan legalistik belaka.
BcE.Rm.8:12-17; Mzm.68:2.6-7ab.20-21; Luk.13:10-17.
Injil hari ini, berbicara tentang tindakan Yesus yang menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Ada seorang perempuan tua yang sudah delapan belas tahun kerasukan roh sehingga ia tidak dapat berjalan tegak. Punggungnya bungkuk. Itulah fakta penderitaan seorang anak manusia. Itulah salah satu persoalan kemanusiaan. Ketika melihat fakta derita itu, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan (misericordia). Ia pun menyembuhkan perempuan itu. Tetapi kepala rumah ibadat protes terhadap tindakan itu. Ia menerangkan bahwa ada enam hari untuk mencari penyembuhan: mengapa tidak datang pada salah satu dari enam hari itu dan tidak datang pada hari Sabat. Ini prioritas lain: lebih mempedulikan pelaksanaan hukum dari pada menolong orang menderita. Terhadap itu Yesus memberi tanggapan telak berikut ini. Mula-mula Ia mencap kepala rumah ibadat itu munafik. Sesudahnya Yesus mengatakan bahwa sesungguhnya Sabat itu bukan istirahat murni, sebab masih ada kemungkinan orang berbuat sesuatu yakni melepaskan hewan peliharaan dari dalam kandang dan memasukkannya kembali. Kalau ada kemungkinan orang melepaskan hewan peliharaan pada hari Sabat, sudah sepatutnya perempuan tadi, yang adalah keturunan Abraham, dilepaskan dari belenggu deritanya, biarpun itu hari Sabat. Yesus mengecam sikap kesalehan seperti ini yang beku, kaku, dan munafik. Rupanya jawaban itu membuat para lawannya mati langkah. Maka orang banyak pun bersorak kegirangan. Semoga kita tidak menghayati kehidupan iman dan agama kita sebatas tuntutan legalistik belaka.
Kamis, 22 Oktober 2009
SABTU, 24 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.8:1-11; Mzm.24:1-2.34ab.5-6; Luk.13:1-9.
Hari ini ada Peringatan fakultatif Antonius Maria Claret, Aloysius Guanella. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini membahas dua hal penting ini. Pertama, mengenai dosa dan penderitaan. Ada dua penyebab terjadinya sengsara, penderitaan dan kematian di sini. Yang satu ialah kekejaman sesama (dalam hal ini penguasa politik, terwakili Pilatus), yang lain ialah bencana alam (bangunan roboh yang menimpa orang di dalamnya). Kita cenderung mengkaitkan kedua penyebab ini dengan dosa: Orang yang mati dibunuh atau mati karena tertimpa reruntuhan gedung adalah orang berdosa. Yesus menentang anggapan seperti itu. Yesus tidak mengkaitkan kematian, sengsara dengan dosa. Karena itu, kalau orang tidak bertobat maka akan tertimpa bencana dan kekejaman yang sama. Jadi sebenarnya secara implisit juga diakui bahwa ada kaitan antara dosa dan sengsara dan maut. Kedua, mengenai pohon ara yang tidak berbuah. Sudah ada keputusan mengenai nasibnya, yaitu ditebang karena tidak berbuah. Tetapi yang menarik ialah bahwa perawat taman meminta kelonggaran, meminta agar diberi kesempatan satu kali lagi. Sesudah kesempatan satu kali nanti akan ada sebuah evaluasi. Betapa cukup banyak kita diberi kesempatan satu kali lagi oleh Tuhan dalam hidup ini, hanya sering sekali kita tidak menyadarinya. Semoga renungan ini dapat menjadi sebuah penyadaran yang penting.
BcE.Rm.8:1-11; Mzm.24:1-2.34ab.5-6; Luk.13:1-9.
Hari ini ada Peringatan fakultatif Antonius Maria Claret, Aloysius Guanella. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini membahas dua hal penting ini. Pertama, mengenai dosa dan penderitaan. Ada dua penyebab terjadinya sengsara, penderitaan dan kematian di sini. Yang satu ialah kekejaman sesama (dalam hal ini penguasa politik, terwakili Pilatus), yang lain ialah bencana alam (bangunan roboh yang menimpa orang di dalamnya). Kita cenderung mengkaitkan kedua penyebab ini dengan dosa: Orang yang mati dibunuh atau mati karena tertimpa reruntuhan gedung adalah orang berdosa. Yesus menentang anggapan seperti itu. Yesus tidak mengkaitkan kematian, sengsara dengan dosa. Karena itu, kalau orang tidak bertobat maka akan tertimpa bencana dan kekejaman yang sama. Jadi sebenarnya secara implisit juga diakui bahwa ada kaitan antara dosa dan sengsara dan maut. Kedua, mengenai pohon ara yang tidak berbuah. Sudah ada keputusan mengenai nasibnya, yaitu ditebang karena tidak berbuah. Tetapi yang menarik ialah bahwa perawat taman meminta kelonggaran, meminta agar diberi kesempatan satu kali lagi. Sesudah kesempatan satu kali nanti akan ada sebuah evaluasi. Betapa cukup banyak kita diberi kesempatan satu kali lagi oleh Tuhan dalam hidup ini, hanya sering sekali kita tidak menyadarinya. Semoga renungan ini dapat menjadi sebuah penyadaran yang penting.
JUM'AT 23 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.7:8-25a; Mzm.119:66.68.76.77.93.94; Luk.12:54-59.
Hari ini ada peringatan wajib St.Yohanes dari Capestrano, Gulielmus, Yohanes Bono. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masnig-masing. Injil hari ini mendorong kita untuk mampu membaca tanda-tanda jaman, signs of time. Selain tanda-tanda jaman, kita juga sering mengamati tanda-tanda alam. Itu sangat penting bagi para petani dan peternak terutama di masa silam. Kemampuan membaca tanda-tanda alam itu akan membawa berkah bagi pertanian dan peternakan. Ternyata menurut Yesus, yang dibutuhkan tidak hanya kemampuan membaca tanda-tanda alam saja, melainkan juga kemampuan membaca tanda-tanda waktu, tanda-tanda jaman. Tetapi tidak mudah membaca tanda-tanda jaman. Karena itu tidak semua orang mampu melakukannya. Yesus mengecam ketidak-mampuan itu. Itu hal pertama yang disampaikan injil hari ini. Hal kedua ialah soal kemampuan memutuskan sendiri apa yang benar dan hal berdamai dengan orang lain. Yesus berharap agar kita mampu memutuskan bagi diri sendiri apa yang benar. Hal itu penting dalam situasi konflik. Dalam situasi konflik, adalah jauh lebih baik mengupayakan perdamaian lewat jalan kekeluargaan, pemecahan konflik dari hati ke hati, dari muka ke muka, dari pada harus menempuh jalur hukum dan pengadilan. Sebab kalau jalur terkahir ini yang dipakai maka bisa saja akan bermuara pada bencana berupa pengurungan. Kalau kita menang, tidak akan mendapat apa-apa, selain fakta bahwa hukum sudah ditegakkan. Mungkin ada baiknya kita ingat lagi pepatah Melayu klasik ini: Menang jadi arang, kalah jadi abu. Artinya sama-sama tidak jadi apa-apa. Terserah kita mau memilih yang mana. Pilihan ada di tangan kita masing-masing.
BcE.Rm.7:8-25a; Mzm.119:66.68.76.77.93.94; Luk.12:54-59.
Hari ini ada peringatan wajib St.Yohanes dari Capestrano, Gulielmus, Yohanes Bono. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masnig-masing. Injil hari ini mendorong kita untuk mampu membaca tanda-tanda jaman, signs of time. Selain tanda-tanda jaman, kita juga sering mengamati tanda-tanda alam. Itu sangat penting bagi para petani dan peternak terutama di masa silam. Kemampuan membaca tanda-tanda alam itu akan membawa berkah bagi pertanian dan peternakan. Ternyata menurut Yesus, yang dibutuhkan tidak hanya kemampuan membaca tanda-tanda alam saja, melainkan juga kemampuan membaca tanda-tanda waktu, tanda-tanda jaman. Tetapi tidak mudah membaca tanda-tanda jaman. Karena itu tidak semua orang mampu melakukannya. Yesus mengecam ketidak-mampuan itu. Itu hal pertama yang disampaikan injil hari ini. Hal kedua ialah soal kemampuan memutuskan sendiri apa yang benar dan hal berdamai dengan orang lain. Yesus berharap agar kita mampu memutuskan bagi diri sendiri apa yang benar. Hal itu penting dalam situasi konflik. Dalam situasi konflik, adalah jauh lebih baik mengupayakan perdamaian lewat jalan kekeluargaan, pemecahan konflik dari hati ke hati, dari muka ke muka, dari pada harus menempuh jalur hukum dan pengadilan. Sebab kalau jalur terkahir ini yang dipakai maka bisa saja akan bermuara pada bencana berupa pengurungan. Kalau kita menang, tidak akan mendapat apa-apa, selain fakta bahwa hukum sudah ditegakkan. Mungkin ada baiknya kita ingat lagi pepatah Melayu klasik ini: Menang jadi arang, kalah jadi abu. Artinya sama-sama tidak jadi apa-apa. Terserah kita mau memilih yang mana. Pilihan ada di tangan kita masing-masing.
KAMIS, 22 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.6:19-23; Mzm.1:1-2.3.4.6; Luk.12:49-53.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa serikat hidup bakti yang mempunyai pesta dan peringatan khusus pada hari ini (FIC, MTB, PMY). Mari kita menghayati bersama mereka sukacita perayaan itu. Injil hari ini mungkin akan sangat mengejutkan bagi sementara pembaca. Karena di sana dikatakan bahwa Yesus datang untuk membawa pemisahan. Ini paradoksal sekali, karena Yesus mempunyai gelar raja damai, dan juga Immanuel. Bagaimana itu mungkin terjadi? Itu tidak lain karena kedatangan Yesus menantang orang untuk menentukan sikap dan pilihan hidup. Mau ikut Dia atau tidak. Kalau orang sudah memutuskan untuk mengikuti Dia maka keputusan itu akan mempunyai dampak dan konsekwensi yang sangat besar dan dahsyat atas hidup pribadinya, atas relasi kekerabatannya, atas relasi sosial-primordialnya. Ia akan menjadi manusia lain terhadap dirinya sendiri di masa silam, akan menjadi manusia lain dalam relasinya dengan keluarganya. Tidak jarang relasi itu bersifat konfliktual karena hidup mengikut Yesus, kalau mau dijalani dengan sungguh-sungguh, berarti hidup dalam konteks kehadiran kerajaan Allah. Dalam konteks itu, maka pasti akan ada nilai-nilai yang tidak lagi dapat dipertahankan bahkan mungkin harus ditinggalkan. Mungkin dalam dirinya sendiri nilai-nilai itu tetap berguna, tetapi tidak demikian halnya dalam konteks kehadiran kerajaan Allah. Ya, Yesus, seperti telah dinubuatkan Simeon, akan menjadi tanda perbantahan, sign of contradiction, tanda yang menimbulkan perbantahan. Hal itu berlaku juga bagi orang yang mengikuti Dia. Tidak bisa tidak. Semoga kita siap untuk itu.
BcE.Rm.6:19-23; Mzm.1:1-2.3.4.6; Luk.12:49-53.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa serikat hidup bakti yang mempunyai pesta dan peringatan khusus pada hari ini (FIC, MTB, PMY). Mari kita menghayati bersama mereka sukacita perayaan itu. Injil hari ini mungkin akan sangat mengejutkan bagi sementara pembaca. Karena di sana dikatakan bahwa Yesus datang untuk membawa pemisahan. Ini paradoksal sekali, karena Yesus mempunyai gelar raja damai, dan juga Immanuel. Bagaimana itu mungkin terjadi? Itu tidak lain karena kedatangan Yesus menantang orang untuk menentukan sikap dan pilihan hidup. Mau ikut Dia atau tidak. Kalau orang sudah memutuskan untuk mengikuti Dia maka keputusan itu akan mempunyai dampak dan konsekwensi yang sangat besar dan dahsyat atas hidup pribadinya, atas relasi kekerabatannya, atas relasi sosial-primordialnya. Ia akan menjadi manusia lain terhadap dirinya sendiri di masa silam, akan menjadi manusia lain dalam relasinya dengan keluarganya. Tidak jarang relasi itu bersifat konfliktual karena hidup mengikut Yesus, kalau mau dijalani dengan sungguh-sungguh, berarti hidup dalam konteks kehadiran kerajaan Allah. Dalam konteks itu, maka pasti akan ada nilai-nilai yang tidak lagi dapat dipertahankan bahkan mungkin harus ditinggalkan. Mungkin dalam dirinya sendiri nilai-nilai itu tetap berguna, tetapi tidak demikian halnya dalam konteks kehadiran kerajaan Allah. Ya, Yesus, seperti telah dinubuatkan Simeon, akan menjadi tanda perbantahan, sign of contradiction, tanda yang menimbulkan perbantahan. Hal itu berlaku juga bagi orang yang mengikuti Dia. Tidak bisa tidak. Semoga kita siap untuk itu.
Rabu, 21 Oktober 2009
RABU, 21 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M.(EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.6:12-18; Mzm.124:1-3.4-6.7-8; Luk.12:39-48.
Hari ini ada Pesta St.Ursula (bagi OSU, Hari Raya). Mari kita mengenang beliau dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini membeberkan beberapa hal sehubungan dengan tema kewaspadaan. Dilukiskan di sini dua sikap dari hamba terhadap tuan. Pertama, hamba yang tahu akan kehendak tuannya, dan karena itu ia melaksanakan tugasnya dengan baik (menjaga harta benda sang tuan, melindungi dan mengayomi bawahan, memberi mereka makan tepat pada waktunya). Hamba seperti ini akan mendapat pujian sang tuan dan bahkan ia akan dinaikkan jabatannya (bahasa masa kini, mendapat promosi) dan diberi tanggung-jawab yang lebih besar. Itu terjadi karena ia sudah membuktikan tanggung-jawab dan kesetiaannya kepada sang tuan. Kedua, hamba yang tidak tahu kehendak tuannya, dan karena itu ia berlaku sewenang-wenang terhadap para bawahannya (memukul mereka, tidak memperhatikan kesejahteraan mereka, dst). Hamba seperti itu pasti akan mendapat hukuman dari sang tuan karena ia tidak setia. Di bagian akhir perikopa injil ini ada sesuatu yang amat menarik, sehubungan dengan hal pengetahuan dan konsekwensinya secara etis-praktis. Di satu pihak, kalau ada hamba yang tahu kehendak tuannya, tetapi berbuat seakan-akan tidak mau tahu, orang itu akan mendapat banyak pukulan. Di pihak lain, kalau ada hamba yang tidak tahu kehendak tuannya, walaupun ia melakukan suatu kesalahan, ia akan menerima sedikit pukulan. Jadi, ada hubungan erat antara pengetahuan dan perbuatan serta tanggung-jawab etis. Itulah yang secara singkat dirumuskan dalam rumusan padat ini: Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, akan banyak dituntut dari dirinya, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, akan lebih banyak lagi dituntut dari dirinya. (Cetak miring dari saya). Tinggal kita sendiri, mau menempatkan diri dalam kategori yang mana. Hanya anda sendiri yang tahu akan hal itu. Selamat menempatkan diri.
BcE.Rm.6:12-18; Mzm.124:1-3.4-6.7-8; Luk.12:39-48.
Hari ini ada Pesta St.Ursula (bagi OSU, Hari Raya). Mari kita mengenang beliau dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini membeberkan beberapa hal sehubungan dengan tema kewaspadaan. Dilukiskan di sini dua sikap dari hamba terhadap tuan. Pertama, hamba yang tahu akan kehendak tuannya, dan karena itu ia melaksanakan tugasnya dengan baik (menjaga harta benda sang tuan, melindungi dan mengayomi bawahan, memberi mereka makan tepat pada waktunya). Hamba seperti ini akan mendapat pujian sang tuan dan bahkan ia akan dinaikkan jabatannya (bahasa masa kini, mendapat promosi) dan diberi tanggung-jawab yang lebih besar. Itu terjadi karena ia sudah membuktikan tanggung-jawab dan kesetiaannya kepada sang tuan. Kedua, hamba yang tidak tahu kehendak tuannya, dan karena itu ia berlaku sewenang-wenang terhadap para bawahannya (memukul mereka, tidak memperhatikan kesejahteraan mereka, dst). Hamba seperti itu pasti akan mendapat hukuman dari sang tuan karena ia tidak setia. Di bagian akhir perikopa injil ini ada sesuatu yang amat menarik, sehubungan dengan hal pengetahuan dan konsekwensinya secara etis-praktis. Di satu pihak, kalau ada hamba yang tahu kehendak tuannya, tetapi berbuat seakan-akan tidak mau tahu, orang itu akan mendapat banyak pukulan. Di pihak lain, kalau ada hamba yang tidak tahu kehendak tuannya, walaupun ia melakukan suatu kesalahan, ia akan menerima sedikit pukulan. Jadi, ada hubungan erat antara pengetahuan dan perbuatan serta tanggung-jawab etis. Itulah yang secara singkat dirumuskan dalam rumusan padat ini: Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, akan banyak dituntut dari dirinya, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, akan lebih banyak lagi dituntut dari dirinya. (Cetak miring dari saya). Tinggal kita sendiri, mau menempatkan diri dalam kategori yang mana. Hanya anda sendiri yang tahu akan hal itu. Selamat menempatkan diri.
Selasa, 20 Oktober 2009
SELASA, 20 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.5:12-15b.17-19.20b.21; Mzm.40:7-8a.8b-9.10-17; Luk.12:35-38.
Hari ini ada Peringatan wajib St.Magdalena dari Nagasaki, Pesta Mater Admirabilis, peringatan fakultatif St.Kaprasius. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini sangat menarik perhatian. Ini adalah nasihat agar selalu berjaga-jaga, menantikan datangnya sang tuan. Sebanyak dua kali Yesus menghimbau agar kita senantiasa berjaga-jaga. Itu tampak dari dipakainya kata “Hendaklah” sebanyak dua kali dalam perikopa ini. Memang seharusnya demikianlah tugas seorang hamba atau abdi, yaitu menanti kedatangan sang tuan kapanpun ia kembali. Jauh lebih menarik lagi ayat 37. Di sana muncullah kata istimewa: Berbahagialah (makarioi, makarios). Tetapi mengapa berbahagia? Karena mereka terbukti setia dalam menjalankan tugas. Masih ada alasan yang jauh lebih penting dan mendasar lagi dalam ayat 37b. Ternyata sang tuan yang dinanti-nanti kedatangannya itu, yang kini giliran menjadi “pelayan.” Saya merasa seakan-akan baru membaca teks ini untuk pertama kalinya ketika menyadari hal ini. Tuan yang datang itulah yang akan mengikat pinggangnya, mempersilakan mereka duduk makan, dan Tuan itulah yang akan melayani mereka. Ini luar biasa. Walau saya belum tahu persis apa makna dari hal ini. Tetapi fakta pembalikan peran itu bagi saya amat luar biasa. Kalau memang terjadi seperti itu, maka dalam ayat 38, diulangi lagi ucapan berbahagia itu. Tentu memang itulah yang paling ideal. Semoga kita didapati berada seperti itu sebagai abdi Kristus. Tidak mudah memang. Tetapi kita harus berusaha.
BcE.Rm.5:12-15b.17-19.20b.21; Mzm.40:7-8a.8b-9.10-17; Luk.12:35-38.
Hari ini ada Peringatan wajib St.Magdalena dari Nagasaki, Pesta Mater Admirabilis, peringatan fakultatif St.Kaprasius. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini sangat menarik perhatian. Ini adalah nasihat agar selalu berjaga-jaga, menantikan datangnya sang tuan. Sebanyak dua kali Yesus menghimbau agar kita senantiasa berjaga-jaga. Itu tampak dari dipakainya kata “Hendaklah” sebanyak dua kali dalam perikopa ini. Memang seharusnya demikianlah tugas seorang hamba atau abdi, yaitu menanti kedatangan sang tuan kapanpun ia kembali. Jauh lebih menarik lagi ayat 37. Di sana muncullah kata istimewa: Berbahagialah (makarioi, makarios). Tetapi mengapa berbahagia? Karena mereka terbukti setia dalam menjalankan tugas. Masih ada alasan yang jauh lebih penting dan mendasar lagi dalam ayat 37b. Ternyata sang tuan yang dinanti-nanti kedatangannya itu, yang kini giliran menjadi “pelayan.” Saya merasa seakan-akan baru membaca teks ini untuk pertama kalinya ketika menyadari hal ini. Tuan yang datang itulah yang akan mengikat pinggangnya, mempersilakan mereka duduk makan, dan Tuan itulah yang akan melayani mereka. Ini luar biasa. Walau saya belum tahu persis apa makna dari hal ini. Tetapi fakta pembalikan peran itu bagi saya amat luar biasa. Kalau memang terjadi seperti itu, maka dalam ayat 38, diulangi lagi ucapan berbahagia itu. Tentu memang itulah yang paling ideal. Semoga kita didapati berada seperti itu sebagai abdi Kristus. Tidak mudah memang. Tetapi kita harus berusaha.
Senin, 19 Oktober 2009
SENIN, 19 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rom.4:20-25; MT.Luk.1:69-70.71-72.73-75; Luk.12:13-21.
Hari ini ada Peringatan fakultas Paulus dari Salib. Ada juga Santo Petrus dari Alcantara, Yohanes de Brebeuf dan Issac Jogues. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang orang kaya yang bodoh. Kita tahu bahwa harta tidak selalu membawa kebaikan bagi hidup kita. Ternyata harta kekayaan bisa menimbulkan pertikaian dan perbantahan. Karena itu Yesus memberi nasihat agar waspada terhadap ketamakan yang mau menumpuk harta kekayaan. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya hidup tidak tergantung pada harta itu. Itulah yang menjadi inti ajaran Yesus. Ia memberi sebuah ilustrasi yang sederhana dan mengena. Ada orang yang berusaha menjadi kaya, dan setelah menjadi kaya, ia malah mati. Ia tidak dapat menikmati lagi kekayaannya. Ia tidak dapat membawa harta kekayaannya juga ke alam kuburan. Begitulah nasib manusia. Lalu apa yang terpenting dalam hidup ini? Yaitu menjadi kaya di hadapan Allah. Kongkretnya? Yakni sikap adil dan penuh cinta kasih, jujur dan mau memberi amal dan sedekah. Tidak jarang orang bisa mengumpulkan harta karena mengabaikan keadilan dan cinta kasih, mengabaikan kejujuran dan tindakan amal dan sedekah. Memang tanpa ini semua, kita amat miskin di hadapan allah. Hidup yang paling baik ialah hidup dari hari ke hari, mengharapkan roti setiap hari (daily bread) dari Bapa di Surga. Kalau orang hidup dari hari ke hari, maka ia akan mengandalkan Allah, mengandalkan penyelenggaraan ilahi dan bukan kemampuannya sendiri saja. Semoga kita dapat sampai ke kesadaran hidup seperti itu dalam menghadapi harta dan kekayaan.
BcE.Rom.4:20-25; MT.Luk.1:69-70.71-72.73-75; Luk.12:13-21.
Hari ini ada Peringatan fakultas Paulus dari Salib. Ada juga Santo Petrus dari Alcantara, Yohanes de Brebeuf dan Issac Jogues. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang orang kaya yang bodoh. Kita tahu bahwa harta tidak selalu membawa kebaikan bagi hidup kita. Ternyata harta kekayaan bisa menimbulkan pertikaian dan perbantahan. Karena itu Yesus memberi nasihat agar waspada terhadap ketamakan yang mau menumpuk harta kekayaan. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya hidup tidak tergantung pada harta itu. Itulah yang menjadi inti ajaran Yesus. Ia memberi sebuah ilustrasi yang sederhana dan mengena. Ada orang yang berusaha menjadi kaya, dan setelah menjadi kaya, ia malah mati. Ia tidak dapat menikmati lagi kekayaannya. Ia tidak dapat membawa harta kekayaannya juga ke alam kuburan. Begitulah nasib manusia. Lalu apa yang terpenting dalam hidup ini? Yaitu menjadi kaya di hadapan Allah. Kongkretnya? Yakni sikap adil dan penuh cinta kasih, jujur dan mau memberi amal dan sedekah. Tidak jarang orang bisa mengumpulkan harta karena mengabaikan keadilan dan cinta kasih, mengabaikan kejujuran dan tindakan amal dan sedekah. Memang tanpa ini semua, kita amat miskin di hadapan allah. Hidup yang paling baik ialah hidup dari hari ke hari, mengharapkan roti setiap hari (daily bread) dari Bapa di Surga. Kalau orang hidup dari hari ke hari, maka ia akan mengandalkan Allah, mengandalkan penyelenggaraan ilahi dan bukan kemampuannya sendiri saja. Semoga kita dapat sampai ke kesadaran hidup seperti itu dalam menghadapi harta dan kekayaan.
SABTU, 17 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.4:13.16-18; Mzm.105:67.8-9.42-43; Luk.12:8-12.
Hari ini ada Peringatan wajib St.Ignatius dari Antiokhia, Wafat Kardinal Celso Constantini (pendiri CDD). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang keberanian untuk saling mengakui. Kalau kita berani mengakui Anak Manusia di depan manusia, maka Anak Manusia akan mengakui kita juga di depan para malaekat dan Allah. Pengakuan berarti pengenalan. Pengenalan dalam bahasa Kitab Suci perjanjian Lama mengandung bahasa kasih, jadi berarti masuk dalam relasi kasih, mengasihi. Lawan dari pengakuan dan pengenalan itu ialah penyangkalan. Kalau kita menyangkal Anak Manusia, maka kita juga akan disangkal olehNya. Sesudah itu injil memberitahu kita mengenai sebuah dosa yang tidak dapat diampuni. Dosa itu ialah dosa melawan Roh Kudus. Sampai sekarang saya masih berusaha mencari penjelasan paling baik mengapa hal ini dikatakan seperti itu. Setelah berbicara tentang dosa yang tidak dapat diampuni itu, Injil memberitahukan kita mengenai peranan dari Roh itu dalam hidup kita terutama di masa-masa sulit. Jaman tidak selalu berjalan mulus. Ada saatnya di mana gereja mengalami kesulitan. Kalau sedang mengalami kesulitan seperti itu, injil mengatakan kita tidak usah takut, dan juga tidak usah repot-repot memikirkan kata-kata pembelaan diri kita. Mengapa? Karena Roh Kudus itu akan mengajar kita apa yang harus kita katakana. Itulah peranan Roh Kudus di masa-masa sulit hidup kita. Semoga kita dapat meyakini hal ini. Walau mungkin dalam kenyataannya tidak selalu mudah untuk dihayati dan dilaksanakan.
BcE.Rm.4:13.16-18; Mzm.105:67.8-9.42-43; Luk.12:8-12.
Hari ini ada Peringatan wajib St.Ignatius dari Antiokhia, Wafat Kardinal Celso Constantini (pendiri CDD). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang keberanian untuk saling mengakui. Kalau kita berani mengakui Anak Manusia di depan manusia, maka Anak Manusia akan mengakui kita juga di depan para malaekat dan Allah. Pengakuan berarti pengenalan. Pengenalan dalam bahasa Kitab Suci perjanjian Lama mengandung bahasa kasih, jadi berarti masuk dalam relasi kasih, mengasihi. Lawan dari pengakuan dan pengenalan itu ialah penyangkalan. Kalau kita menyangkal Anak Manusia, maka kita juga akan disangkal olehNya. Sesudah itu injil memberitahu kita mengenai sebuah dosa yang tidak dapat diampuni. Dosa itu ialah dosa melawan Roh Kudus. Sampai sekarang saya masih berusaha mencari penjelasan paling baik mengapa hal ini dikatakan seperti itu. Setelah berbicara tentang dosa yang tidak dapat diampuni itu, Injil memberitahukan kita mengenai peranan dari Roh itu dalam hidup kita terutama di masa-masa sulit. Jaman tidak selalu berjalan mulus. Ada saatnya di mana gereja mengalami kesulitan. Kalau sedang mengalami kesulitan seperti itu, injil mengatakan kita tidak usah takut, dan juga tidak usah repot-repot memikirkan kata-kata pembelaan diri kita. Mengapa? Karena Roh Kudus itu akan mengajar kita apa yang harus kita katakana. Itulah peranan Roh Kudus di masa-masa sulit hidup kita. Semoga kita dapat meyakini hal ini. Walau mungkin dalam kenyataannya tidak selalu mudah untuk dihayati dan dilaksanakan.
JUM'AT 16 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.4:1-8; Mzm.32:1-2.5.11; Luk.12:1-7.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Hedwig, St.Margarita Maria Alacoque, Gerhardus Mayella, dll. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Terutama untuk St.Margareta yang dianggap sebagai pendasar dari devosi Hati Kudus Yesus, Hati yang penuh cinta dan kerahiman Allah. Injil hari ini berbicara tentang pengajaran khusus yang diberikan Yesus kepada muridNya. Salah satu pokok ajaran itu ialah agar mereka waspada terhadap ragi orang Farisi. Rupanya mereka bekerja diam-diam untuk menentang Yesus dan muridNya. Tetapi Yesus memastikan bahwa pada waktunya semuanya akan terbuka dengan sendirinya. Juga perkataan para murid Yesus akan menjadi terang benderang, tidak ada lagi yang tersembunyi. Rupanya saat itu jemaat Lukas sedang mengalami hambatan serius sampai mengancam jiwa. Itu sebabnya Yesus di sini memberi nasihat dan penghiburan yang menguatkan: Jangan takut terhadap orang yang bisa membunuh badan kita, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa terhadap jiwa kita. Inilah sumber keberanian para martir dulu, juga perawan yang membela keperawanannya di hadapan orang-orang kasar (seperti Maria Goretti di hadapan Alexander). Yang harus ditakuti ialah setan, yang bisa membunuh badan, tetapi juga bisa mencampakkan jiwa ke neraka. Walau ada kemungkinan seperti itu, Yesus tetap memberi hiburan dan kekuatan karena Ia mengatakan bahwa kita akan tetap dijaga, dipelihara dan diperhatikan Allah. Burung pipit saja tetap diperhatikan Allah, apalagi kita manusia. Kita jauh lebih berharga dari banyak burung pipit. Semoga injil hari ini dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi kita di tengah masa-masa hambatan dan kesulitan yang kita alami.
BcE.Rm.4:1-8; Mzm.32:1-2.5.11; Luk.12:1-7.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Hedwig, St.Margarita Maria Alacoque, Gerhardus Mayella, dll. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Terutama untuk St.Margareta yang dianggap sebagai pendasar dari devosi Hati Kudus Yesus, Hati yang penuh cinta dan kerahiman Allah. Injil hari ini berbicara tentang pengajaran khusus yang diberikan Yesus kepada muridNya. Salah satu pokok ajaran itu ialah agar mereka waspada terhadap ragi orang Farisi. Rupanya mereka bekerja diam-diam untuk menentang Yesus dan muridNya. Tetapi Yesus memastikan bahwa pada waktunya semuanya akan terbuka dengan sendirinya. Juga perkataan para murid Yesus akan menjadi terang benderang, tidak ada lagi yang tersembunyi. Rupanya saat itu jemaat Lukas sedang mengalami hambatan serius sampai mengancam jiwa. Itu sebabnya Yesus di sini memberi nasihat dan penghiburan yang menguatkan: Jangan takut terhadap orang yang bisa membunuh badan kita, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa terhadap jiwa kita. Inilah sumber keberanian para martir dulu, juga perawan yang membela keperawanannya di hadapan orang-orang kasar (seperti Maria Goretti di hadapan Alexander). Yang harus ditakuti ialah setan, yang bisa membunuh badan, tetapi juga bisa mencampakkan jiwa ke neraka. Walau ada kemungkinan seperti itu, Yesus tetap memberi hiburan dan kekuatan karena Ia mengatakan bahwa kita akan tetap dijaga, dipelihara dan diperhatikan Allah. Burung pipit saja tetap diperhatikan Allah, apalagi kita manusia. Kita jauh lebih berharga dari banyak burung pipit. Semoga injil hari ini dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi kita di tengah masa-masa hambatan dan kesulitan yang kita alami.
KAMIS, 15 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.3:21-30; Mzm.130:1-2.3-4b.4c-6; Luk.11:47-54.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Teresia dari Yesus. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang sabda celaka yang diucapkan Yesus melawan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Ada dua sabda celaka dalam teks ini. Celaka yang pertama terkait dengan sikap orang-orang tadi terhadap para nabi. Mereka membangun makam para nabi (semacam monumen atau tugu peringatan), padahal para nabi itu dulu dibantai leluhur mereka. Kenyataan bahwa mereka membangun tugu peringatan bagi korban pembantaian, bagi Lukas adalah pengakuan implisit atas kekejaman leluhur mereka di masa silam. Tetapi nabi yang menjadi korban pembantaian itu tidak hanya berasal dari masa silam. Kekejaman itu masih tetap terjadi sampai jaman mendekati Perjanjian Baru. Secara khusus Lukas menyebut nabi Zakharia yang dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Sabda celaka yang kedua terkait dengan sikap para ahli Taurat yang dikatakan “telah mengambil kunci hikmat pengetahuan,” tetapi mereka tidak masuk ke dalam istana “hikmat” itu, malahan merintangi orang yang mau masuk ke dalamnya. Jadi, mereka hanya ada pada permukaan saja, pada apa yang tertulis, terjebak dalam legalisme dangkal. Tentu ini adalah kecaman dan kata-kata yang pedas. Itu sebabnya kedua kelompok tadi berusaha keras menangkap Yesus. Tetapi mereka ingin agar bisa mendapat alasan yang terlontar dari perkataan Yesus sendiri. Itu sebabnya mereka selalu membuntuti Yesus dengan intel, bukan untuk menjadi murid, atau belajar sesuatu dariNya, melainkan untuk menjebak Dia dengan kata-kataNya sendiri. Jelas ini perbuatan yang tidak terpuji. Betapa sering kita berbuat seperti itu dalam hidup kita: menangkap dan mempersalahkan orang berdasarkan kata-kata yang diucapkannya padahal kita tidak selalu bisa mengontrol kata-kata kita sendiri.
BcE.Rm.3:21-30; Mzm.130:1-2.3-4b.4c-6; Luk.11:47-54.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Teresia dari Yesus. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang sabda celaka yang diucapkan Yesus melawan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Ada dua sabda celaka dalam teks ini. Celaka yang pertama terkait dengan sikap orang-orang tadi terhadap para nabi. Mereka membangun makam para nabi (semacam monumen atau tugu peringatan), padahal para nabi itu dulu dibantai leluhur mereka. Kenyataan bahwa mereka membangun tugu peringatan bagi korban pembantaian, bagi Lukas adalah pengakuan implisit atas kekejaman leluhur mereka di masa silam. Tetapi nabi yang menjadi korban pembantaian itu tidak hanya berasal dari masa silam. Kekejaman itu masih tetap terjadi sampai jaman mendekati Perjanjian Baru. Secara khusus Lukas menyebut nabi Zakharia yang dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Sabda celaka yang kedua terkait dengan sikap para ahli Taurat yang dikatakan “telah mengambil kunci hikmat pengetahuan,” tetapi mereka tidak masuk ke dalam istana “hikmat” itu, malahan merintangi orang yang mau masuk ke dalamnya. Jadi, mereka hanya ada pada permukaan saja, pada apa yang tertulis, terjebak dalam legalisme dangkal. Tentu ini adalah kecaman dan kata-kata yang pedas. Itu sebabnya kedua kelompok tadi berusaha keras menangkap Yesus. Tetapi mereka ingin agar bisa mendapat alasan yang terlontar dari perkataan Yesus sendiri. Itu sebabnya mereka selalu membuntuti Yesus dengan intel, bukan untuk menjadi murid, atau belajar sesuatu dariNya, melainkan untuk menjebak Dia dengan kata-kataNya sendiri. Jelas ini perbuatan yang tidak terpuji. Betapa sering kita berbuat seperti itu dalam hidup kita: menangkap dan mempersalahkan orang berdasarkan kata-kata yang diucapkannya padahal kita tidak selalu bisa mengontrol kata-kata kita sendiri.
RABU, 14 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.2:1-11; Mzm.62:2-3.6-7.9; Luk.11:42-46.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Kalistus I, Beato Gonzalo dari Lagos, Gundisalvus dari Lagos, Yohanes Ogilvie. Marilah kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang sabda celaka (kutukan) yang diucapkan Yesus melawan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mula-mula Yesus menyampaikan sabda celaka terhadap orang Farisi yang memang membayar persepuluhan tetapi mengabaikan kasih dan keadilan. Pada hal seharusnya, persepuluhan itu dilakukan tanpa mengabaikan kasih dan keadilan. Tanpa kasih dan keadilan, persepuluhan menjadi hampa makna. Sabda celaka berikutnya masih ditujukan kepada orang Farisi, yang suka mencari tempat menonjol untuk berdoa, mencari hormat di pasar. Yang lebih menyakitkan lagi Yesus menyamakan mereka dengan makam yang tidak bertanda dan karena itu diinjak-injak orang tanpa disadari. Seorang ahli Taurat mencoba menimpali untaian sabda celaka itu, dan giliran dia juga mendapat sabda celaka. Para ahli Taurat ini dianggap meletakkan beban yang terlalu berat kepada orang lain, tetapi tidak mereka pikul sendiri. Beban apa itu? Beban peraturan hukum Taurat yang sangat banyak yang mengatur cara hidup dan perilaku. Hukum itu memang baik, tetapi menjadi beban kalau terlalu banyak. Apalagi kalau ada pihak yang membebankan hukum itu kepada orang lain, sementara mereka tidak melaksanakannya. Itu namanya, menuntut terlalu banyak dari orang lain, sementara kita sendiri tidak mau dituntut sama sekali. Dalam bahasa HAM modern, itu namanya standar ganda (double standard). Itu adalah sebentuk ketidak-adilan hukum, sebentuk legalisme kaku, beku, dan karena itu mematikan. Maka kita harus melawannya. Hukum dibuat demi manusia, dan bukan manusia dikorbankan demi hukum.
BcE.Rm.2:1-11; Mzm.62:2-3.6-7.9; Luk.11:42-46.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Kalistus I, Beato Gonzalo dari Lagos, Gundisalvus dari Lagos, Yohanes Ogilvie. Marilah kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang sabda celaka (kutukan) yang diucapkan Yesus melawan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mula-mula Yesus menyampaikan sabda celaka terhadap orang Farisi yang memang membayar persepuluhan tetapi mengabaikan kasih dan keadilan. Pada hal seharusnya, persepuluhan itu dilakukan tanpa mengabaikan kasih dan keadilan. Tanpa kasih dan keadilan, persepuluhan menjadi hampa makna. Sabda celaka berikutnya masih ditujukan kepada orang Farisi, yang suka mencari tempat menonjol untuk berdoa, mencari hormat di pasar. Yang lebih menyakitkan lagi Yesus menyamakan mereka dengan makam yang tidak bertanda dan karena itu diinjak-injak orang tanpa disadari. Seorang ahli Taurat mencoba menimpali untaian sabda celaka itu, dan giliran dia juga mendapat sabda celaka. Para ahli Taurat ini dianggap meletakkan beban yang terlalu berat kepada orang lain, tetapi tidak mereka pikul sendiri. Beban apa itu? Beban peraturan hukum Taurat yang sangat banyak yang mengatur cara hidup dan perilaku. Hukum itu memang baik, tetapi menjadi beban kalau terlalu banyak. Apalagi kalau ada pihak yang membebankan hukum itu kepada orang lain, sementara mereka tidak melaksanakannya. Itu namanya, menuntut terlalu banyak dari orang lain, sementara kita sendiri tidak mau dituntut sama sekali. Dalam bahasa HAM modern, itu namanya standar ganda (double standard). Itu adalah sebentuk ketidak-adilan hukum, sebentuk legalisme kaku, beku, dan karena itu mematikan. Maka kita harus melawannya. Hukum dibuat demi manusia, dan bukan manusia dikorbankan demi hukum.
SELASA, 13 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.1:16-25; Mzm.19:2-3.4-5; Luk.11:37-41.
Hari ini ada Peringatan fakultatif beato Honoratus Kosminski. Mari kita mengenang beliau dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang pelbagai peraturan hidup orang Farisi. Yesus diundang makan ke rumah salah seorang Farisi. Yesus memenuhi undangan itu. Tanpa basi-basi Yesus langsung makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan. Padahal cuci-tangan itu adalah ritual hukum yang harus dilakukan orang Yahudi sebelum makan. Tentu itu baik juga dari segi kesehatan. Tetapi kalau hal itu dikaitkan dengan dosa, pasti itu keterlaluan. Jangan sampai orang dianggap berdosa, hanya karena tidak melaksanakan satu detail peraturan hukum. Yesus mau melawan legalisme kaku, dan beku seperti itu. Kiranya Yesus melakukan hal tadi (makan tanpa cuci tangan) dengan sengaja untuk memancing reaksi orang-orang Farisi. Dan memang benar, orang Farisi tadi bertanya dalam hati. Terhadap hal itulah Yesus menyampaikan sebuah ibarat: Mereka itu ibarat orang yang mencuci cawan di sebelah luarnya, tetapi tidak bisa dan tidak mau mencuci bagian dalamnya. Dengan kata lain, cuci tangan itu adalah perbuatan lahiriah belaka, dari satu sikap batin yang jauh lebih mendalam dan mendasar dari perbuatan mencuci tangan (hal jasmani). Yang bagian dalam itu juga diciptakan Tuhan sendiri. Kalau bagian yang dalam itu dipersembahkan sebagai sedekah, maka semuanya akan menjadi bersih. Dengan kata lain, pencucian dan pemurnian bagian dalam mengandaikan bagian luar juga sudah bersih. Pencucian dan pemurnian bagian luar tidak otomatis mengandaikan bagian dalam juga sudah beres. Harus terbalik. Itulah yang diajarkan Yesus kepada kita para hari ini. Semoga kita dapat menerimanya dengan baik.
BcE.Rm.1:16-25; Mzm.19:2-3.4-5; Luk.11:37-41.
Hari ini ada Peringatan fakultatif beato Honoratus Kosminski. Mari kita mengenang beliau dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang pelbagai peraturan hidup orang Farisi. Yesus diundang makan ke rumah salah seorang Farisi. Yesus memenuhi undangan itu. Tanpa basi-basi Yesus langsung makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan. Padahal cuci-tangan itu adalah ritual hukum yang harus dilakukan orang Yahudi sebelum makan. Tentu itu baik juga dari segi kesehatan. Tetapi kalau hal itu dikaitkan dengan dosa, pasti itu keterlaluan. Jangan sampai orang dianggap berdosa, hanya karena tidak melaksanakan satu detail peraturan hukum. Yesus mau melawan legalisme kaku, dan beku seperti itu. Kiranya Yesus melakukan hal tadi (makan tanpa cuci tangan) dengan sengaja untuk memancing reaksi orang-orang Farisi. Dan memang benar, orang Farisi tadi bertanya dalam hati. Terhadap hal itulah Yesus menyampaikan sebuah ibarat: Mereka itu ibarat orang yang mencuci cawan di sebelah luarnya, tetapi tidak bisa dan tidak mau mencuci bagian dalamnya. Dengan kata lain, cuci tangan itu adalah perbuatan lahiriah belaka, dari satu sikap batin yang jauh lebih mendalam dan mendasar dari perbuatan mencuci tangan (hal jasmani). Yang bagian dalam itu juga diciptakan Tuhan sendiri. Kalau bagian yang dalam itu dipersembahkan sebagai sedekah, maka semuanya akan menjadi bersih. Dengan kata lain, pencucian dan pemurnian bagian dalam mengandaikan bagian luar juga sudah bersih. Pencucian dan pemurnian bagian luar tidak otomatis mengandaikan bagian dalam juga sudah beres. Harus terbalik. Itulah yang diajarkan Yesus kepada kita para hari ini. Semoga kita dapat menerimanya dengan baik.
SENIN, 12 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Rm.1:1-7; Mzm.98:1.2-3ab.3cd-4; Luk.11:29-32.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Serafinus dari Montegranaro, Beata Maria Teresa Fasce. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang tanda Yunus. Tetapi tanda Yunus itu sudah lewat. Ia memang bisa menjadi sebuah pelajaran sejarah untuk masa kini. Sebab untuk jaman ini sudah ada tanda lain yaitu tanda Anak Manusia. Ia akan menjadi tanda untuk orang-orang zaman ini. Lalu Yesus membuat paralelisme antara jaman dulu dan jaman sekarang yang dikaitkan dengan apa yang bakal terjadi pada hari penghakiman kelak. Yesus mengangkat dua hal. Pertama, Ratu dari Selatan akan bangkit melawan angkatan ini, sebab ia dulu datang ke Yerusalem untuk melihat kemegangan dan keagungan Salomo, padahal Anak Manusia jauh lebih megah dan agung dari pada Salomo. Kedua, orang-orang Niniwe juga akan bangkit melawan orang-orang dari angkatan ini, sebab dulu ketika mereka mendengarkan suara Yunus, mereka bertobat, sedangkan orang dari angkatan ini, walau sudah melihat dan mendengarkan suara sang Anak Manusia, mereka tidak juga mau bertobat. Padahal sang Anak Manusia jauh leih besar dan lebih berkuasa daripada Yunus. Bagaimana dengan kita sendiri? Semoga kita mau dan sudi menerima kehadiran Yesus dalam hidup kita. Jangan sampai kita juga menjadi objek kecaman dan cercaan nanti.
BcE.Rm.1:1-7; Mzm.98:1.2-3ab.3cd-4; Luk.11:29-32.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Serafinus dari Montegranaro, Beata Maria Teresa Fasce. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang tanda Yunus. Tetapi tanda Yunus itu sudah lewat. Ia memang bisa menjadi sebuah pelajaran sejarah untuk masa kini. Sebab untuk jaman ini sudah ada tanda lain yaitu tanda Anak Manusia. Ia akan menjadi tanda untuk orang-orang zaman ini. Lalu Yesus membuat paralelisme antara jaman dulu dan jaman sekarang yang dikaitkan dengan apa yang bakal terjadi pada hari penghakiman kelak. Yesus mengangkat dua hal. Pertama, Ratu dari Selatan akan bangkit melawan angkatan ini, sebab ia dulu datang ke Yerusalem untuk melihat kemegangan dan keagungan Salomo, padahal Anak Manusia jauh lebih megah dan agung dari pada Salomo. Kedua, orang-orang Niniwe juga akan bangkit melawan orang-orang dari angkatan ini, sebab dulu ketika mereka mendengarkan suara Yunus, mereka bertobat, sedangkan orang dari angkatan ini, walau sudah melihat dan mendengarkan suara sang Anak Manusia, mereka tidak juga mau bertobat. Padahal sang Anak Manusia jauh leih besar dan lebih berkuasa daripada Yunus. Bagaimana dengan kita sendiri? Semoga kita mau dan sudi menerima kehadiran Yesus dalam hidup kita. Jangan sampai kita juga menjadi objek kecaman dan cercaan nanti.
SABTU, 10 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yl.3:12-21; Mzm.97:1-2.5-6.11-12; Luk.11:27-28.
Hari ini ada Peringatan wajib St.Daniel, Thomas dari Villanova. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini berbicara tentang siapa yang paling berbahagia di muka bumi ini. Hal ini muncul karena atau sehubungan dengan ucapan seorang perempuan. Perempuan itu memuji perempuan yang telah mengandung Engkau (Yesus). Ia juga memuji susu yang telah menyusui Engkau (Yesus). Jelas, yang dipuji di sini ialah Maria, ibu Yesus. Jadi, yang dipuja-puja dan diagungkan di sini adalah relasi ibu dengan anak. Relasi itulah yang dipuji sang perempuan itu. Tetapi Yesus menggeser objek pujian itu. Yang berbahagia bukan lagi terutama perempuan yang telah mengandung sang Firman itu (Maria), bukan lagi susu yang telah menyusui sang Firman itu (Maria), melainkan yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya. Menarik ialah bahwa kata kerja yang dipakai dalam kalimat terakhir ini ialah kata kerja memelihara. Kita harus memahaminya demikian: memelihara berarti membuat firman itu tetap hidup dalam hati kita. Dan itu hanya mungkin dengan cara melaksanakannya. Jadi, kata kerja memelihara itu di sini berarti, melaksanakan. Dengan melaksanakannya, maka firman itu terpelihara dan menjadi hidup. Itulah yang menjadi tantangan dan kewajiban bagi kita semua.
BcE.Yl.3:12-21; Mzm.97:1-2.5-6.11-12; Luk.11:27-28.
Hari ini ada Peringatan wajib St.Daniel, Thomas dari Villanova. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini berbicara tentang siapa yang paling berbahagia di muka bumi ini. Hal ini muncul karena atau sehubungan dengan ucapan seorang perempuan. Perempuan itu memuji perempuan yang telah mengandung Engkau (Yesus). Ia juga memuji susu yang telah menyusui Engkau (Yesus). Jelas, yang dipuji di sini ialah Maria, ibu Yesus. Jadi, yang dipuja-puja dan diagungkan di sini adalah relasi ibu dengan anak. Relasi itulah yang dipuji sang perempuan itu. Tetapi Yesus menggeser objek pujian itu. Yang berbahagia bukan lagi terutama perempuan yang telah mengandung sang Firman itu (Maria), bukan lagi susu yang telah menyusui sang Firman itu (Maria), melainkan yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya. Menarik ialah bahwa kata kerja yang dipakai dalam kalimat terakhir ini ialah kata kerja memelihara. Kita harus memahaminya demikian: memelihara berarti membuat firman itu tetap hidup dalam hati kita. Dan itu hanya mungkin dengan cara melaksanakannya. Jadi, kata kerja memelihara itu di sini berarti, melaksanakan. Dengan melaksanakannya, maka firman itu terpelihara dan menjadi hidup. Itulah yang menjadi tantangan dan kewajiban bagi kita semua.
JUM'AT, 09 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yl.1:13-15; 2:1-2; Mzm.9:2-3.6.16.8-9; Luk.11:15-26.
Hari ini ada Peringatan fakultatif Dionisius, Yohanes Leonardus, Innoncentius, Antonius Patrizi, Ludovikus Bertrandus. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang pengusiran setan oleh Yesus. Inilah salah satu mukjizat yang dikerjakan Yesus. Tetapi orang-orang menuduh bahwa Ia melakukan hal itu dengan kuasa pemimpin para setan. Di sini dimulailah perdebatan. Yesus mengatakan bahwa Ia tidak mungkin mengusir setan dengan kuasa setan, sebab hal itu berarti ada perpecahan di dalam kerajaan setan. Yesus pun bertanya balik: dengan kuasa apakah para murid mereka mengusir setan-setan? Tidak ada jawaban, karena memang tidak bisa dijawab. Jawaban implisitnya ialah mereka mengusir setan dengan kuasa Allah. Itu sebabnya Yesus menegaskan bahwa diriNya juga mengusir setan dengan kuasa Allah. Itulah pertanda dimulainya kerajaan Allah yang kini mendatangi mereka. Selain berbicara tentang hal pengusiran setan, Injil juga berbicara tentang hal kembalinya roh jahat. Kalau setan sudah diusir dari satu rumah (orang) setan itu akan mengembara. Kalau ia tidak menemukan tempat tinggal baru maka ia akan mencoba kembali. Hal itu amat berbahaya, sebab ia akan kembali membawa lebih banyak setan yang lebih jahat dari dia. Hal itu pasti amat buruk bagi rumah (orang) tadi. Karena itu, hidup harus senantiasa berjaga dan waspada agar tidak menjadi rumah setan, atau tidak menjadi bantal setan seperti kata St.Benediktus (Orang malas bantal setan). Karena itu, orang harus terus berdoa dan bekerja dan berjaga, ora et labora.
BcE.Yl.1:13-15; 2:1-2; Mzm.9:2-3.6.16.8-9; Luk.11:15-26.
Hari ini ada Peringatan fakultatif Dionisius, Yohanes Leonardus, Innoncentius, Antonius Patrizi, Ludovikus Bertrandus. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang pengusiran setan oleh Yesus. Inilah salah satu mukjizat yang dikerjakan Yesus. Tetapi orang-orang menuduh bahwa Ia melakukan hal itu dengan kuasa pemimpin para setan. Di sini dimulailah perdebatan. Yesus mengatakan bahwa Ia tidak mungkin mengusir setan dengan kuasa setan, sebab hal itu berarti ada perpecahan di dalam kerajaan setan. Yesus pun bertanya balik: dengan kuasa apakah para murid mereka mengusir setan-setan? Tidak ada jawaban, karena memang tidak bisa dijawab. Jawaban implisitnya ialah mereka mengusir setan dengan kuasa Allah. Itu sebabnya Yesus menegaskan bahwa diriNya juga mengusir setan dengan kuasa Allah. Itulah pertanda dimulainya kerajaan Allah yang kini mendatangi mereka. Selain berbicara tentang hal pengusiran setan, Injil juga berbicara tentang hal kembalinya roh jahat. Kalau setan sudah diusir dari satu rumah (orang) setan itu akan mengembara. Kalau ia tidak menemukan tempat tinggal baru maka ia akan mencoba kembali. Hal itu amat berbahaya, sebab ia akan kembali membawa lebih banyak setan yang lebih jahat dari dia. Hal itu pasti amat buruk bagi rumah (orang) tadi. Karena itu, hidup harus senantiasa berjaga dan waspada agar tidak menjadi rumah setan, atau tidak menjadi bantal setan seperti kata St.Benediktus (Orang malas bantal setan). Karena itu, orang harus terus berdoa dan bekerja dan berjaga, ora et labora.
KAMIS, 08 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Mal.3:13-20a; Mzm.1:1-2.3.4.6; Luk.11:5-13.
Injil hari ini juga sangat menarik perhatian kita. Dalam Injil kemarin kita membaca bahwa Yesus mengajarkan doa kepada para muridNya. Setelah itu, dalam injil hari ini, Yesus meminta agar orang tidak ada henti-hentinya berdoa. Yesus mengilustrasikan "berdoa tanpa henti" (continual prayer, oratio continua) itu dengan seorang teman yang dengan gigih meminta sesuatu ke rumah temannya karena ia memang sedang membutuhkan sesuatu dan ia pada malam itu tidak mempunyai apa-apa. Karena diminta dengan mendesak (bahkan cenderung memaksa) akhirnya permohonannya itu dikabulkan. Dengan paralelisme seperti itu Yesus lalu mengajarkan tentang ketekunan dalam hal berdoa: mintalah maka kamu akan diberi. Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Carilah maka kamu akan mendapat. Betapa benarnya semua ajaran ini. Akhirnya seluruh untaian itu ditutup dengan sebuah kesimpulan etis-teologis yang sangat jelas dan praktis: kalau kita saja yang jahat ini mau memberikan apa yang dimintakan orang kepada kita, apalagi Bapa kita yang ada di surga. Bahkan Bapa di surga tidak main-main dalam memberikan anugerah. Di sini dikatakan bahwa Ia menganugerahkan Roh Kudus kepada mereka. Anugerah apa lagikah yang lebih besar dari itu? Kiranya itulah yang tertinggi. Semoga kita didapati memang layak dan pantas untuk mendapatkan anugerah mahapenting itu.
BcE.Mal.3:13-20a; Mzm.1:1-2.3.4.6; Luk.11:5-13.
Injil hari ini juga sangat menarik perhatian kita. Dalam Injil kemarin kita membaca bahwa Yesus mengajarkan doa kepada para muridNya. Setelah itu, dalam injil hari ini, Yesus meminta agar orang tidak ada henti-hentinya berdoa. Yesus mengilustrasikan "berdoa tanpa henti" (continual prayer, oratio continua) itu dengan seorang teman yang dengan gigih meminta sesuatu ke rumah temannya karena ia memang sedang membutuhkan sesuatu dan ia pada malam itu tidak mempunyai apa-apa. Karena diminta dengan mendesak (bahkan cenderung memaksa) akhirnya permohonannya itu dikabulkan. Dengan paralelisme seperti itu Yesus lalu mengajarkan tentang ketekunan dalam hal berdoa: mintalah maka kamu akan diberi. Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Carilah maka kamu akan mendapat. Betapa benarnya semua ajaran ini. Akhirnya seluruh untaian itu ditutup dengan sebuah kesimpulan etis-teologis yang sangat jelas dan praktis: kalau kita saja yang jahat ini mau memberikan apa yang dimintakan orang kepada kita, apalagi Bapa kita yang ada di surga. Bahkan Bapa di surga tidak main-main dalam memberikan anugerah. Di sini dikatakan bahwa Ia menganugerahkan Roh Kudus kepada mereka. Anugerah apa lagikah yang lebih besar dari itu? Kiranya itulah yang tertinggi. Semoga kita didapati memang layak dan pantas untuk mendapatkan anugerah mahapenting itu.
RABU, 07 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yun.4:1-11; Mzm.86:3-4.5-6.9-10; Luk.11:1-4.
Hari ini ada Peringatan wajib SP Maria Ratu Rosario (Regna Rosari). Mari kita menghayati peringatan ini dalam hidup dan doa kita agar kita tidak lupa akan salah satu gelar ini dari Bunda Maria. Injil hari ini mengisahkan kepada kita beberapa hal. Pertama, Yesus mengajar para muridNya untuk berdoa atas permintaan mereka. Yesus mengajarkan doa Bapa Kami yang terkenal itu. Ini adalah versi Lukas. Kedua, melihat struktur doa ini secara singkat. Doa ini terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian pujian kepada Allah Bapa di surga dengan memakai kata “dikuduskanlah”. Ada kerelasediaan untuk menerima pemerintahan Allah itu dalam kata kerja “datanglah kerajaanMu.” Kedua, barulah disusul dengan untaian permohonan. Ada tiga permohonan utama di sini: meminta makanan secukupnya (tidak berlebihan, tidak ditumpuk), meminta pengampunan dosa, memohon agar jangan sampai terjeblos ke dalam pencobaan. Itulah doa yang diajarkan Yesus kepada kita. Tradisi gereja menyebutnya Doa Tuhan, Oratione Dominika. Ada juga versi Arabnya (Sholat al Robaniah). Maka doa ini paling tepat kita ucapkan setiap hari. Inilah doa utama kita. Kalau kita mengucapkan doa lain, paling tidak kita mengatur doa itu dengan mengikuti pola doa ini. Sebab inilah model doa paling mendasar bagi kita. Sejauh kita mengikutinya maka dapat dipastikan bahwa doa kita itu benar, baik secara metode, maupun isi. Sebab kita sering sekali tidak tahu apa yang kita doakan, dan bagaimana kita mendoakannya. Semoga kita akrab dengan doa Tuhan ini.
BcE.Yun.4:1-11; Mzm.86:3-4.5-6.9-10; Luk.11:1-4.
Hari ini ada Peringatan wajib SP Maria Ratu Rosario (Regna Rosari). Mari kita menghayati peringatan ini dalam hidup dan doa kita agar kita tidak lupa akan salah satu gelar ini dari Bunda Maria. Injil hari ini mengisahkan kepada kita beberapa hal. Pertama, Yesus mengajar para muridNya untuk berdoa atas permintaan mereka. Yesus mengajarkan doa Bapa Kami yang terkenal itu. Ini adalah versi Lukas. Kedua, melihat struktur doa ini secara singkat. Doa ini terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian pujian kepada Allah Bapa di surga dengan memakai kata “dikuduskanlah”. Ada kerelasediaan untuk menerima pemerintahan Allah itu dalam kata kerja “datanglah kerajaanMu.” Kedua, barulah disusul dengan untaian permohonan. Ada tiga permohonan utama di sini: meminta makanan secukupnya (tidak berlebihan, tidak ditumpuk), meminta pengampunan dosa, memohon agar jangan sampai terjeblos ke dalam pencobaan. Itulah doa yang diajarkan Yesus kepada kita. Tradisi gereja menyebutnya Doa Tuhan, Oratione Dominika. Ada juga versi Arabnya (Sholat al Robaniah). Maka doa ini paling tepat kita ucapkan setiap hari. Inilah doa utama kita. Kalau kita mengucapkan doa lain, paling tidak kita mengatur doa itu dengan mengikuti pola doa ini. Sebab inilah model doa paling mendasar bagi kita. Sejauh kita mengikutinya maka dapat dipastikan bahwa doa kita itu benar, baik secara metode, maupun isi. Sebab kita sering sekali tidak tahu apa yang kita doakan, dan bagaimana kita mendoakannya. Semoga kita akrab dengan doa Tuhan ini.
SELASA, 06 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yun.3:1-10; Mzm.130:1-2.3-4ab.7-8; Luk.10:38-42.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Bruno, Isidorus, Diego de san Vitores. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini sangat terkenal, yang berkisah tentang perjumpaan Yesus dengan Marta dan Maria. Dalam diri kedua perempuan ini, kita dapat menemukan dua pola atau dua cara dalam mendekati dan bergaul dengan Yesus. Cara pertama ialah cara Marta yang sibuk menyiapkan segala macam yang perlu untuk kepentingan bersama, seperti makanan dan minuman dan apa saja. Kedua, ialah cara Maria, yang tidak begitu banyak merepotkan diri dengan hal-hal yang direpotkan Marta tadi. Maria langsung mengarahkan seluruh perhatiannya kepada kehadiran Tuhan Yesus sendiri. Dan ternyata cara Maria inilah yang dinilai lebih baik oleh Tuhan sendiri: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia. Apa itu? Yaitu berusaha untuk selalu berada bersama Yesus, berusaha untuk selalu dekat dengan Yesus. Saya tidak mau masuk ke dalam penilaian positif atau negatif atas kedua peran ini. Tetapi menurut saya, kiranya jelas bahwa keduanya sama-sama pentingnya, walau Yesus sendiri sudah memberi prioritas. Barangkali yang terbaik ialah perpaduan yang seimbang di antara kedua model pendekatan itu. Semoga kita selalu berusaha berada dekat dengan Yesus. Misalnya dengan sesering mungkin mengikuti perayaan ekaristi, dan dengan membaca kitab suci, sebab di sana kita bertemu dengan Tuhan sendiri, baik itu di altar perjamuan maupun di altar firman.
BcE.Yun.3:1-10; Mzm.130:1-2.3-4ab.7-8; Luk.10:38-42.
Hari ini ada Peringatan fakultatif St.Bruno, Isidorus, Diego de san Vitores. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini sangat terkenal, yang berkisah tentang perjumpaan Yesus dengan Marta dan Maria. Dalam diri kedua perempuan ini, kita dapat menemukan dua pola atau dua cara dalam mendekati dan bergaul dengan Yesus. Cara pertama ialah cara Marta yang sibuk menyiapkan segala macam yang perlu untuk kepentingan bersama, seperti makanan dan minuman dan apa saja. Kedua, ialah cara Maria, yang tidak begitu banyak merepotkan diri dengan hal-hal yang direpotkan Marta tadi. Maria langsung mengarahkan seluruh perhatiannya kepada kehadiran Tuhan Yesus sendiri. Dan ternyata cara Maria inilah yang dinilai lebih baik oleh Tuhan sendiri: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia. Apa itu? Yaitu berusaha untuk selalu berada bersama Yesus, berusaha untuk selalu dekat dengan Yesus. Saya tidak mau masuk ke dalam penilaian positif atau negatif atas kedua peran ini. Tetapi menurut saya, kiranya jelas bahwa keduanya sama-sama pentingnya, walau Yesus sendiri sudah memberi prioritas. Barangkali yang terbaik ialah perpaduan yang seimbang di antara kedua model pendekatan itu. Semoga kita selalu berusaha berada dekat dengan Yesus. Misalnya dengan sesering mungkin mengikuti perayaan ekaristi, dan dengan membaca kitab suci, sebab di sana kita bertemu dengan Tuhan sendiri, baik itu di altar perjamuan maupun di altar firman.
SENIN, 05 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Yun.1:1-17.2:10; MT Yun.2:2-4.7; R 7c; Luk.10:25-37.
Hari ini ada Peringatan fakultatif Eugenius Bossilkoff, Maria Clara Pfander, Raymundus dari Kapua. Mari kita mengenang mereka semua dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini mengisahkan tentang orang Samaria yang murah hati. Kisah ini sangat terkenal. Yesus mengisahkan kisah ini untuk menerangkan secara kongkret apa itu cinta kasih dan siapa sesama kita. Kasih ialah perbuatan yang rela dan berani bertindak menolong kesusahan dan sengsara. Sesama, ialah orang yang berani memberi bantuan pada kita ketika kita dalam kesulitan. A friend indeed is a friend in need. Begitu kata orang Inggris. (sahabat sejati adalah sahabat dalam derita). Orang yang mampu dan berani menunjukkan belas kasih kepada orang yang menderita sengsara. Orang yang mampu memberi hati kepada sesama yang menderita. Bahkan mau dan berani menggantikan tempatnya. Ketika menulis ini saya teringat akan catatan pinggir Goenawan Muhamad Januari 2005 silam. Ada Sri Ambar yang menderita. Ada bapa tua yang datang membawa balsam meringankan derita Sri Ambar (Bertahan Hidup di Gulag Indonesia). Saya juga teringat akan Veronika dalam jalan salib Yesus. Veronika menembus barikade serdadu penyiksa dan memberi handuknya untuk mengusapi wajah Yesus yang penuh luka, darah, keringat dan duka. Hasilnya, wajah itu tergambar di sana. Juga teringat akan Maximilianus Maria Kolbe yang menggantikan seorang bapa yang berkeluarga ketika akan dihukum mati di bawah kekejaman Nazi. Itu hanya mungkin kalau ada kasih, kalau ada hati, per-hati-an. Dasarnya: tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih seseorang yang rela dan berani mengorbankan nyawa bagi orang yang dikasihinya.
BcE.Yun.1:1-17.2:10; MT Yun.2:2-4.7; R 7c; Luk.10:25-37.
Hari ini ada Peringatan fakultatif Eugenius Bossilkoff, Maria Clara Pfander, Raymundus dari Kapua. Mari kita mengenang mereka semua dalam hidup dan doa kita. Injil hari ini mengisahkan tentang orang Samaria yang murah hati. Kisah ini sangat terkenal. Yesus mengisahkan kisah ini untuk menerangkan secara kongkret apa itu cinta kasih dan siapa sesama kita. Kasih ialah perbuatan yang rela dan berani bertindak menolong kesusahan dan sengsara. Sesama, ialah orang yang berani memberi bantuan pada kita ketika kita dalam kesulitan. A friend indeed is a friend in need. Begitu kata orang Inggris. (sahabat sejati adalah sahabat dalam derita). Orang yang mampu dan berani menunjukkan belas kasih kepada orang yang menderita sengsara. Orang yang mampu memberi hati kepada sesama yang menderita. Bahkan mau dan berani menggantikan tempatnya. Ketika menulis ini saya teringat akan catatan pinggir Goenawan Muhamad Januari 2005 silam. Ada Sri Ambar yang menderita. Ada bapa tua yang datang membawa balsam meringankan derita Sri Ambar (Bertahan Hidup di Gulag Indonesia). Saya juga teringat akan Veronika dalam jalan salib Yesus. Veronika menembus barikade serdadu penyiksa dan memberi handuknya untuk mengusapi wajah Yesus yang penuh luka, darah, keringat dan duka. Hasilnya, wajah itu tergambar di sana. Juga teringat akan Maximilianus Maria Kolbe yang menggantikan seorang bapa yang berkeluarga ketika akan dihukum mati di bawah kekejaman Nazi. Itu hanya mungkin kalau ada kasih, kalau ada hati, per-hati-an. Dasarnya: tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih seseorang yang rela dan berani mengorbankan nyawa bagi orang yang dikasihinya.
SABTU, 03 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Bar.4:5-12.27-29; Mzm.69:33-35.36-37; Luk.10:17-24.
Hari ini, bagi keluarga besar para Fransiskan, merupakan hari yang sangat penting, sebab pada sore hari ini mereka merayakan apa yang disebut Transitus itu. Dalam upacara ini mereka mengenang dengan cara mementaskan kembali peristiwa peralihan (transitus) yang dialami Fransiskus dari hidup di dunia ini ke dalam hidup baru, hidup surgawi. Dan itu terjadi lewat perjumpaan dengan saudari Maut, kematian. Injil hari ini mengisahkan sesuatu yang bagi saya amat menarik, yaitu sebuah pengalaman rohani yang dialami Yesus Kristus. Dilukiskan di sana ialah bahwa Ia melihat iblis jatuh dari langit. Berarti Iblis itu kalah; ia tidak mampu lagi bertahan. Dengan itu dimulai sebuah jaman baru, jaman kerajaan surga yang ditandai kehadiran Yesus di dunia ini. Itulah sebabnya Ia memberi kepada para murid kuasa untuk menginjak ular dan kalajengking dan segala kuasa yang menindas. Dengan itu tidak ada lagi yang bakal bisa mencelakakan para murid. Yesus pun bergembira dalam Roh Kudus. Lalu ada doa ucapan syukur: misteri pengenalan, adalah misteri relasi. Itu sesuatu hal yang teramat istimewa: patut dilihat. Happy minded. Tidak semua orang bisa melihat hal ini. Hanya orang pilihan saja. Bagaimana dengan kita? Hanya kita sendiri yang tahu akan hal itu.
BcE.Bar.4:5-12.27-29; Mzm.69:33-35.36-37; Luk.10:17-24.
Hari ini, bagi keluarga besar para Fransiskan, merupakan hari yang sangat penting, sebab pada sore hari ini mereka merayakan apa yang disebut Transitus itu. Dalam upacara ini mereka mengenang dengan cara mementaskan kembali peristiwa peralihan (transitus) yang dialami Fransiskus dari hidup di dunia ini ke dalam hidup baru, hidup surgawi. Dan itu terjadi lewat perjumpaan dengan saudari Maut, kematian. Injil hari ini mengisahkan sesuatu yang bagi saya amat menarik, yaitu sebuah pengalaman rohani yang dialami Yesus Kristus. Dilukiskan di sana ialah bahwa Ia melihat iblis jatuh dari langit. Berarti Iblis itu kalah; ia tidak mampu lagi bertahan. Dengan itu dimulai sebuah jaman baru, jaman kerajaan surga yang ditandai kehadiran Yesus di dunia ini. Itulah sebabnya Ia memberi kepada para murid kuasa untuk menginjak ular dan kalajengking dan segala kuasa yang menindas. Dengan itu tidak ada lagi yang bakal bisa mencelakakan para murid. Yesus pun bergembira dalam Roh Kudus. Lalu ada doa ucapan syukur: misteri pengenalan, adalah misteri relasi. Itu sesuatu hal yang teramat istimewa: patut dilihat. Happy minded. Tidak semua orang bisa melihat hal ini. Hanya orang pilihan saja. Bagaimana dengan kita? Hanya kita sendiri yang tahu akan hal itu.
JUM'AT 02 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kel.23:20-23a; Mzm.27:7-8a.8b-9c.13-14; Mat.18:1-5.10.
Hari ini ada peringatan wajib Para Malaekat Pelindung. Mungkin sekarang kita tidak begitu lagi tertarik dengan hal ini. Tetapi dulu, ini menjadi salah satu alat pendidikan moral, pendidikan nilai bagi anak-anak, alat pendidikan suara hati. Dikatakan bahwa ada seorang malaekat yang selalu menjaga, melindungi, dan menyertai kita. Dialah yang mengatakan apa yang baik yang harus kita lakukan, dan apa yang jahat yang harus kita hindarkan. Hal itu tampak terasa dalam lagu-lagu yang diciptakan khusus untuk malaekat pelindung ini. Injil hari ini berbicara tentang hal menjadi kecil. Jelas ini bertentangan dengan apa yang ada dan terjadi dalam masyarakat. Sebab yang terjadi ialah megalomania, orang dilanda untuk menjadi besar, diperlakukan sebagai orang besar, mau menampilkan diri sebagai orang besar. Injil juga mementaskan sebuah paradox tertentu: tobat, dan menjadi seperti anak kecil, rendahkan diri. Polos. Tidak ada ambisi untuk ke arah megalomania. Injil mementaskan sebuah jalan menurun. Jadi, jangan sampai kita meremehkan anak kecil. Sebab malaekat anak-anak kecil itu hidup di hadirat Allah. Semoga kita bisa dan selalu menyadari akan hal itu.
BcE.Kel.23:20-23a; Mzm.27:7-8a.8b-9c.13-14; Mat.18:1-5.10.
Hari ini ada peringatan wajib Para Malaekat Pelindung. Mungkin sekarang kita tidak begitu lagi tertarik dengan hal ini. Tetapi dulu, ini menjadi salah satu alat pendidikan moral, pendidikan nilai bagi anak-anak, alat pendidikan suara hati. Dikatakan bahwa ada seorang malaekat yang selalu menjaga, melindungi, dan menyertai kita. Dialah yang mengatakan apa yang baik yang harus kita lakukan, dan apa yang jahat yang harus kita hindarkan. Hal itu tampak terasa dalam lagu-lagu yang diciptakan khusus untuk malaekat pelindung ini. Injil hari ini berbicara tentang hal menjadi kecil. Jelas ini bertentangan dengan apa yang ada dan terjadi dalam masyarakat. Sebab yang terjadi ialah megalomania, orang dilanda untuk menjadi besar, diperlakukan sebagai orang besar, mau menampilkan diri sebagai orang besar. Injil juga mementaskan sebuah paradox tertentu: tobat, dan menjadi seperti anak kecil, rendahkan diri. Polos. Tidak ada ambisi untuk ke arah megalomania. Injil mementaskan sebuah jalan menurun. Jadi, jangan sampai kita meremehkan anak kecil. Sebab malaekat anak-anak kecil itu hidup di hadirat Allah. Semoga kita bisa dan selalu menyadari akan hal itu.
KAMIS, 01 OKTOBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Neh.1:4a.5-6.7b-12; Mzm.19:8.9.10.11; Luk.10:1-12.
Pada hari ini ada Pesta Teresia dari Kanak-kanak Yesus. Santa yang satu ini memberi teladan kepada kita mengenai sebuah relasi yang sangat dekat dan akrab dengan Yesus. Kiranya hal itu menjadi cita-cita dan harapan kita semua. Beliau ini dipestakan oleh banyak lembaga hidup bakti. Marilah kita mengenang dia dalam seluruh hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini berbicara tetnang kenyataan bahwa dalam hidup yang mencoba mengikuti Yesus ternyata ada tugas juga yang melekat erat di sana. Dan tugas itu tidak selalu mudah, melainkan tugas yang sulit. Tugas itu ialah pergi mewartakan warta Kerajaan Allah. Para murid harus melaksanakan tugas itu dalam sikap sederhana, sikap ugahari; mereka harus memberi salam, dan bersikap ramah kepada orang yang mereka datangi dan jumpai. Mereka juga diharuskan untuk hidup sederhana selama mereka menumpang di rumah orang. Jangan memperlihatkan diri sebagai penguasa yang rakus dan tidak tahu diri. Juga mereka dinasihatkan agar tidak berpindah-pindah, untuk mencari rasa enak sendiri, dengan membanding-bandingkan (bahkan menjelek-jelekkan) tumpangan mereka yang terdahulu. Ini semua tidak diperbolehkan. Fokus mereka ialah mewartakan Kerajaan Allah yang sudah dekat: mereka harus menuntut sikap yang siap menerima. Kalau tidak menerima maka akan ada hukuman berat yang bakal menimpa. Bagaimana dengan kita sendiri? Hanya anda sendiri saja yang tahu. Semoga hari ini Tuhan berkenan tersenyum kepada kita.
BcE.Neh.1:4a.5-6.7b-12; Mzm.19:8.9.10.11; Luk.10:1-12.
Pada hari ini ada Pesta Teresia dari Kanak-kanak Yesus. Santa yang satu ini memberi teladan kepada kita mengenai sebuah relasi yang sangat dekat dan akrab dengan Yesus. Kiranya hal itu menjadi cita-cita dan harapan kita semua. Beliau ini dipestakan oleh banyak lembaga hidup bakti. Marilah kita mengenang dia dalam seluruh hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini berbicara tetnang kenyataan bahwa dalam hidup yang mencoba mengikuti Yesus ternyata ada tugas juga yang melekat erat di sana. Dan tugas itu tidak selalu mudah, melainkan tugas yang sulit. Tugas itu ialah pergi mewartakan warta Kerajaan Allah. Para murid harus melaksanakan tugas itu dalam sikap sederhana, sikap ugahari; mereka harus memberi salam, dan bersikap ramah kepada orang yang mereka datangi dan jumpai. Mereka juga diharuskan untuk hidup sederhana selama mereka menumpang di rumah orang. Jangan memperlihatkan diri sebagai penguasa yang rakus dan tidak tahu diri. Juga mereka dinasihatkan agar tidak berpindah-pindah, untuk mencari rasa enak sendiri, dengan membanding-bandingkan (bahkan menjelek-jelekkan) tumpangan mereka yang terdahulu. Ini semua tidak diperbolehkan. Fokus mereka ialah mewartakan Kerajaan Allah yang sudah dekat: mereka harus menuntut sikap yang siap menerima. Kalau tidak menerima maka akan ada hukuman berat yang bakal menimpa. Bagaimana dengan kita sendiri? Hanya anda sendiri saja yang tahu. Semoga hari ini Tuhan berkenan tersenyum kepada kita.
Minggu, 18 Oktober 2009
RABU, 30 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Neh.2:1-8; Mzm.137:1-2.3.4-5; Luk.9:57-62.
Hari ini ada peringatan wajib Santo Hieronimus, seorang rahib dan sekaligus juga seorang ahli kitab suci. Ia terkenal sebagai penerjemah Kitab Suci dari bahasa Yunani ke Latin. Terjemahan itu dikenal dengan sebutan Vulgata. Itu menjadi sebuah teks standar dalam tradisi Katolik. Ia amat mendalami kitab suci. Dari dialah ucapan yang terkenal ini berasal: Siapa tidak mendalami dan mengakrabi Kitab Suci, berarti orang itu tidak mengenal Kristus. Mari kita menekuni membawa Kitab Suci agar dengan itu kita semakin dapat mencintaiNya. Ucapan itu dapat kita rasakan pengaruhnya hingga dewasa ini, sebab teks itu dikutip atau terdapat dalam Dei Verbum. Injil pada hari ini berbicara tentang hal mengikuti Yesus ke mana saja. Tanpa memiliki apa-apa, termasuk memiliki tempat tinggal untuk menaruh kepala. Jadi, orang harus mengikuti Yesus di dalam kebebasan, tidak terikat oleh ruang, dan tidak terikat oleh harta milik, tidak terkendala oleh uang. Injil hari ini juga mengandung teks-teks tertentu yang terasa amat sulit untuk dipahami dan dijelaskan: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Memang ternyata mengikuti Yesus itu tidak selalu serba mudah. Prioritas Kerajaan Allah. Yang lain dijadikan sebagai nomor sekian dalam tata urutan prioritas hidup. Bagaimana dengan kita? Hanya anda sendiri yang tahu. Semoga kita semakin mengakrabi Kitab Suci, agar kita semakin mengenal dan mencintai Yesus, sebagaimana diharapkan oleh Hieronimus.
BcE.Neh.2:1-8; Mzm.137:1-2.3.4-5; Luk.9:57-62.
Hari ini ada peringatan wajib Santo Hieronimus, seorang rahib dan sekaligus juga seorang ahli kitab suci. Ia terkenal sebagai penerjemah Kitab Suci dari bahasa Yunani ke Latin. Terjemahan itu dikenal dengan sebutan Vulgata. Itu menjadi sebuah teks standar dalam tradisi Katolik. Ia amat mendalami kitab suci. Dari dialah ucapan yang terkenal ini berasal: Siapa tidak mendalami dan mengakrabi Kitab Suci, berarti orang itu tidak mengenal Kristus. Mari kita menekuni membawa Kitab Suci agar dengan itu kita semakin dapat mencintaiNya. Ucapan itu dapat kita rasakan pengaruhnya hingga dewasa ini, sebab teks itu dikutip atau terdapat dalam Dei Verbum. Injil pada hari ini berbicara tentang hal mengikuti Yesus ke mana saja. Tanpa memiliki apa-apa, termasuk memiliki tempat tinggal untuk menaruh kepala. Jadi, orang harus mengikuti Yesus di dalam kebebasan, tidak terikat oleh ruang, dan tidak terikat oleh harta milik, tidak terkendala oleh uang. Injil hari ini juga mengandung teks-teks tertentu yang terasa amat sulit untuk dipahami dan dijelaskan: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Memang ternyata mengikuti Yesus itu tidak selalu serba mudah. Prioritas Kerajaan Allah. Yang lain dijadikan sebagai nomor sekian dalam tata urutan prioritas hidup. Bagaimana dengan kita? Hanya anda sendiri yang tahu. Semoga kita semakin mengakrabi Kitab Suci, agar kita semakin mengenal dan mencintai Yesus, sebagaimana diharapkan oleh Hieronimus.
SELASA, 29 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Dan.7:9-10.13-14 (Why.12:7-12a); Mzm.138:1-2a.2bc-3.4-5; Yoh.1:47-51.
Pada hari ini ada pesta tiga malaekat agung, Mikael, Gabriel, Rafael. Ketiganya mempunyai peranan masing-masing dalam sejarah keterlibatan Allah dalam hidup umat manusia manusia. Mikael menjadi panglima bala tentara surgawi yang mengalahkan iblis dan para antek-anteknya. Lalu Gabriel menjadi sang pembawa kabar gembira surgawi kepada manusia di dunia, termasuk kepada SP-Maria. Sedangkan Rafael adalah sang kesembuhan yang berasal dari Allah. Ada banyak lembaga hidup bakti yang ikut merayakan pesta ini. Mari kita hidup dan mengenang teladan hidup mereka dalam hidup kita hari ini. Injil hari ini berbicara tentang dialog yang terjadi antara Yesus dan Natanael. Di sana kita mendengar sebuah pujian yang keluar dari mulut Yesus sendiri terhadap Natanael: Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya. Sebab Natanael memang rupanya bukan orang yang suka basa-basi. Kalau ia tidak percaya, maka ia tidak mau percaya. Simak saja pendapatnya tentang Yesus sebelum terjadi perjumpaan itu: Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Tetapi di ujung perjumpaan dan pengakuan itu, kita mendengar pengakuan iman Natanael. Ia yang tadinya tidak percaya, kini menjadi percaya. Ia yang tadinya skeptic kini menjadi percaya. Jadi, ada peralihan dari tidak percaya menjadi percaya. Dan itu terjadi berkat pengalaman perjumpaan. Memang pengalaman perjumpaan dan pengenalan dengan Yesus Kristus bisa membawa orang kepada peristiwa-peristiwa besar lain selain pertobatan dan perubahan hidup. Hal itu ditegaskan dalam ay.51: Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu.
BcE.Dan.7:9-10.13-14 (Why.12:7-12a); Mzm.138:1-2a.2bc-3.4-5; Yoh.1:47-51.
Pada hari ini ada pesta tiga malaekat agung, Mikael, Gabriel, Rafael. Ketiganya mempunyai peranan masing-masing dalam sejarah keterlibatan Allah dalam hidup umat manusia manusia. Mikael menjadi panglima bala tentara surgawi yang mengalahkan iblis dan para antek-anteknya. Lalu Gabriel menjadi sang pembawa kabar gembira surgawi kepada manusia di dunia, termasuk kepada SP-Maria. Sedangkan Rafael adalah sang kesembuhan yang berasal dari Allah. Ada banyak lembaga hidup bakti yang ikut merayakan pesta ini. Mari kita hidup dan mengenang teladan hidup mereka dalam hidup kita hari ini. Injil hari ini berbicara tentang dialog yang terjadi antara Yesus dan Natanael. Di sana kita mendengar sebuah pujian yang keluar dari mulut Yesus sendiri terhadap Natanael: Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya. Sebab Natanael memang rupanya bukan orang yang suka basa-basi. Kalau ia tidak percaya, maka ia tidak mau percaya. Simak saja pendapatnya tentang Yesus sebelum terjadi perjumpaan itu: Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Tetapi di ujung perjumpaan dan pengakuan itu, kita mendengar pengakuan iman Natanael. Ia yang tadinya tidak percaya, kini menjadi percaya. Ia yang tadinya skeptic kini menjadi percaya. Jadi, ada peralihan dari tidak percaya menjadi percaya. Dan itu terjadi berkat pengalaman perjumpaan. Memang pengalaman perjumpaan dan pengenalan dengan Yesus Kristus bisa membawa orang kepada peristiwa-peristiwa besar lain selain pertobatan dan perubahan hidup. Hal itu ditegaskan dalam ay.51: Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu.
SENIN, 28 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Za.8:1-8; Mzm.102:1-18.19-21.29.22-23; Luk.9:46-50.
Pada hari ini ada peringatan fakultatif untuk beberapa orang kudus. Ada yang dirayakan secara pribadi saja; ada juga yang dirayakan secara berkelompok: Wenseslaus, Laurensius Ruiz, Dominikus Ibanez, Yakobus Kyushei Tomonaga, para martir Agustinian Jepang, para martir OSA Jepang, wafatnya pendiri kongregasi SPC, Louis Chauvet. Mari kita mengenang teladan hidup dan doa mereka dalam doa dan hidup kita sendiri pada hari ini. Injil hari ini berbicara tentang siapa yang terbesar. Ada sebuah jawaban sangat menarik dan paradoksal di dalam injil itu sendiri: yang terbesar adalah yang terkecil. Oleh karena itu kita dituntut untuk menjadi seperti anak-anak. Diskusi seperti ini biasanya dilatarbelakangi oleh ambisi, oleh obsesi megalomania, keinginan untuk menjadi orang besar. Di hadapan fenomena ambisius megalomania itu Yesus menyerukan agar orang mau menjadi alamiah, natural seperti anak kecil. Be Natural as a Child. Selain itu injil ini juga berbicara tentang adanya orang yang merasa ada dan membangun sebuah batas tegas antara kita dan mereka. Tetapi Yesus meretas dan menghilangkan batas itu. Patokannya sederhana saja, yaitu ayat 50: “Jangan kamu cegah, sebab siapa saja yang tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”
BcE.Za.8:1-8; Mzm.102:1-18.19-21.29.22-23; Luk.9:46-50.
Pada hari ini ada peringatan fakultatif untuk beberapa orang kudus. Ada yang dirayakan secara pribadi saja; ada juga yang dirayakan secara berkelompok: Wenseslaus, Laurensius Ruiz, Dominikus Ibanez, Yakobus Kyushei Tomonaga, para martir Agustinian Jepang, para martir OSA Jepang, wafatnya pendiri kongregasi SPC, Louis Chauvet. Mari kita mengenang teladan hidup dan doa mereka dalam doa dan hidup kita sendiri pada hari ini. Injil hari ini berbicara tentang siapa yang terbesar. Ada sebuah jawaban sangat menarik dan paradoksal di dalam injil itu sendiri: yang terbesar adalah yang terkecil. Oleh karena itu kita dituntut untuk menjadi seperti anak-anak. Diskusi seperti ini biasanya dilatarbelakangi oleh ambisi, oleh obsesi megalomania, keinginan untuk menjadi orang besar. Di hadapan fenomena ambisius megalomania itu Yesus menyerukan agar orang mau menjadi alamiah, natural seperti anak kecil. Be Natural as a Child. Selain itu injil ini juga berbicara tentang adanya orang yang merasa ada dan membangun sebuah batas tegas antara kita dan mereka. Tetapi Yesus meretas dan menghilangkan batas itu. Patokannya sederhana saja, yaitu ayat 50: “Jangan kamu cegah, sebab siapa saja yang tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”
SABTU, 26 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Za.2:5-9.14-15a; MT Yer.31:10.11-12ab.13; Luk.9:43b-45.
Hari ini ada peringatan fakultatif Kosmas dan Damianus. Mari kita mengenang kedua tokoh ini dalam hidup dan doa kita sendiri. Semoga mereka bisa menjadi teladan hidup bagi kita semua. Injil hari ini adalah pemberitahuan kedua akan sengsara dan penderitaan Yesus, sang Anak Manusia: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Tidak selalu mudah untuk menangkap dan memahami alur kisah dalam Injil-injil. Sebab sebelum pemberitahun kedua ini, ada sebuah mukjizat agung yang dikerjakan Yesus. Seharusnya alur logis kisah yang biasa ialah orang terheran-heran menyaksikan mukjizat agung itu. Sampai di situ masih belum mejadi masalah. Yang menjadi masalah ialah bahwa di tengah situasi seperti itu (di mana orang terkagum akan Keagungan dan kuasa Yesus sendiri), tiba-tiba Yesus mewartakan tentang penderitaan. Warta atau nubuat tentang penderitaan ini, seakan-akan mementahkan kembali mukjizat agung yang telah dikerjakan Yesus sebelumnya. Hanya sayangnya ialah bahwa para murid tidak dapat mengerti akan hal itu. Dan untuk sementara Yesus mendiamkan saja hal itu. Semoga kita tidak menjadi pihak yang menyebabkan Sang Anak Manusia itu diserahkan.
BcE.Za.2:5-9.14-15a; MT Yer.31:10.11-12ab.13; Luk.9:43b-45.
Hari ini ada peringatan fakultatif Kosmas dan Damianus. Mari kita mengenang kedua tokoh ini dalam hidup dan doa kita sendiri. Semoga mereka bisa menjadi teladan hidup bagi kita semua. Injil hari ini adalah pemberitahuan kedua akan sengsara dan penderitaan Yesus, sang Anak Manusia: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Tidak selalu mudah untuk menangkap dan memahami alur kisah dalam Injil-injil. Sebab sebelum pemberitahun kedua ini, ada sebuah mukjizat agung yang dikerjakan Yesus. Seharusnya alur logis kisah yang biasa ialah orang terheran-heran menyaksikan mukjizat agung itu. Sampai di situ masih belum mejadi masalah. Yang menjadi masalah ialah bahwa di tengah situasi seperti itu (di mana orang terkagum akan Keagungan dan kuasa Yesus sendiri), tiba-tiba Yesus mewartakan tentang penderitaan. Warta atau nubuat tentang penderitaan ini, seakan-akan mementahkan kembali mukjizat agung yang telah dikerjakan Yesus sebelumnya. Hanya sayangnya ialah bahwa para murid tidak dapat mengerti akan hal itu. Dan untuk sementara Yesus mendiamkan saja hal itu. Semoga kita tidak menjadi pihak yang menyebabkan Sang Anak Manusia itu diserahkan.
JUM'AT 25 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Hag.2:1b-9; Mzm.43:1.2.3.4; Luk.9:18-22.
Injil hari ini berbicara tentang pelbagai ragam Kristologi dalam Perjanjian Baru. Jadi, ternyata dalam Perjanjian Baru pun terdapat beragam kristologi. Kristologi itu tidak serba tunggal, melainkan jamak (plural). Kejamakan kristologi itu tampak dalam dialog yang terjadi antara Yesus dan para murid. Dalam teks singkat itu, kita temukan empat Kristologi. Yang menarik ialah bahwa tidak satupun dari visi kristologis itu yang ditolak atau dikecam Yesus. Ia membiarkan itu semua berada di sana, dan bahkan dibiarkan hidup. Tetapi itu adalah pendapat dan anggapan orang banyak di luar sana. Memang mudah menjawab apa pendapat orang lain. Tetapi ketika para murid itu ditanya langsung tentang pendapat mereka sendiri, mereka sejenak kebingungan dan seperti tidak berani menjawab. Di tengah situasi kebingungan dan ketakutan itu, Petrus tampil ke depan memberikan jawabannya. Pengakuan Petrus itu sangat eksistensial dan fundamental dalam penghayatan iman Kristiani. Tetapi dalam pembacaan saya, pengakuan ini seperti dimentahkan lagi oleh dua hal: pertama, oleh pelarangan agar hal itu tidak diberitahu kepada orang lain, kepada orang banyak. Kedua, nubuat tentang derita yang bakal diderita oleh Anak Manusia. Jelas di sini ada sebuah paradoks. Tetapi itu adalah sesuatu yang biasa dalam penghayatan hidup iman. Semoga kita juga mampu menerima dan menghayati banyak paradoks dalam hidup iman kita sendiri, mampu mengambil sikap seperti Nicolaus dari Cusanus: coincindentia oppositorum. Semoga demikian adanya.
BcE.Hag.2:1b-9; Mzm.43:1.2.3.4; Luk.9:18-22.
Injil hari ini berbicara tentang pelbagai ragam Kristologi dalam Perjanjian Baru. Jadi, ternyata dalam Perjanjian Baru pun terdapat beragam kristologi. Kristologi itu tidak serba tunggal, melainkan jamak (plural). Kejamakan kristologi itu tampak dalam dialog yang terjadi antara Yesus dan para murid. Dalam teks singkat itu, kita temukan empat Kristologi. Yang menarik ialah bahwa tidak satupun dari visi kristologis itu yang ditolak atau dikecam Yesus. Ia membiarkan itu semua berada di sana, dan bahkan dibiarkan hidup. Tetapi itu adalah pendapat dan anggapan orang banyak di luar sana. Memang mudah menjawab apa pendapat orang lain. Tetapi ketika para murid itu ditanya langsung tentang pendapat mereka sendiri, mereka sejenak kebingungan dan seperti tidak berani menjawab. Di tengah situasi kebingungan dan ketakutan itu, Petrus tampil ke depan memberikan jawabannya. Pengakuan Petrus itu sangat eksistensial dan fundamental dalam penghayatan iman Kristiani. Tetapi dalam pembacaan saya, pengakuan ini seperti dimentahkan lagi oleh dua hal: pertama, oleh pelarangan agar hal itu tidak diberitahu kepada orang lain, kepada orang banyak. Kedua, nubuat tentang derita yang bakal diderita oleh Anak Manusia. Jelas di sini ada sebuah paradoks. Tetapi itu adalah sesuatu yang biasa dalam penghayatan hidup iman. Semoga kita juga mampu menerima dan menghayati banyak paradoks dalam hidup iman kita sendiri, mampu mengambil sikap seperti Nicolaus dari Cusanus: coincindentia oppositorum. Semoga demikian adanya.
KAMIS, 24 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Hag.1:1-8; Mzm.149:1-2.3.4; Luk.9:7-9.
Pada hari ini ada peringatan wajib untupk Santo Vinsentius Maria Strambi. Selain itu ada juga sebuah Pesta Maria Bunda Berbelaskasih (Mater misericordiae). Mari kita menghayati dan merenungkan kedua misteri ini dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini berbicara tentang suatu hal yang biasa dalam masyarakat. Kemunculan orang atau tokoh fenomenal baru, pasti akan mencemaskan orang yang sedang berkuasa. Kiranya itu adalah suatu hal yang sangat biasa. Penguasa yang sedang berkuasa (incumbent) selalu merasa terganggu dengan munculnya saingan. Mereka merasa tidak nyaman. Tetapi dalam konteks itu, sang penguasa biasanya ingin sekali menegaskan lagi dan terus menerus kekuasaannya. Itulah yang terjadi dengan Herodes sebagaimana dilukiskan dalam injil hari ini. Ia ingin sekali bertemu dengan Yesus. Tetapi ia ingin bertemu bukan untuk menjadi pengikut, melainkan untuk membinasakan Dia. Orang baru itu cenderung diidentifikasi ke masa silam: yaitu dengan Yohanes, Elia, salah seorang nabi di masa silam. Tetapi ternyata Yesus bukan salah satu dari mereka itu. Ia adalah sosok pribadi yang lain sama sekali. Itulah yang memunculkan rasa penasaran dalam diri Herodes. Tetapi rasa penasaran itu menohok ambisinya akan kekuasaan. Kehadiran Yesus seakan-akan mengganggu dan menggerogoti kemapanan eksistensinya. Itulah permulaan konflik. Dan kita tahu mana ujungnya. Bagaimana dengan pengenalan kita akan Yesus? Semoga ini sebuah pengakuan iman dan kasih yang tulus dan murni.
BcE.Hag.1:1-8; Mzm.149:1-2.3.4; Luk.9:7-9.
Pada hari ini ada peringatan wajib untupk Santo Vinsentius Maria Strambi. Selain itu ada juga sebuah Pesta Maria Bunda Berbelaskasih (Mater misericordiae). Mari kita menghayati dan merenungkan kedua misteri ini dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini berbicara tentang suatu hal yang biasa dalam masyarakat. Kemunculan orang atau tokoh fenomenal baru, pasti akan mencemaskan orang yang sedang berkuasa. Kiranya itu adalah suatu hal yang sangat biasa. Penguasa yang sedang berkuasa (incumbent) selalu merasa terganggu dengan munculnya saingan. Mereka merasa tidak nyaman. Tetapi dalam konteks itu, sang penguasa biasanya ingin sekali menegaskan lagi dan terus menerus kekuasaannya. Itulah yang terjadi dengan Herodes sebagaimana dilukiskan dalam injil hari ini. Ia ingin sekali bertemu dengan Yesus. Tetapi ia ingin bertemu bukan untuk menjadi pengikut, melainkan untuk membinasakan Dia. Orang baru itu cenderung diidentifikasi ke masa silam: yaitu dengan Yohanes, Elia, salah seorang nabi di masa silam. Tetapi ternyata Yesus bukan salah satu dari mereka itu. Ia adalah sosok pribadi yang lain sama sekali. Itulah yang memunculkan rasa penasaran dalam diri Herodes. Tetapi rasa penasaran itu menohok ambisinya akan kekuasaan. Kehadiran Yesus seakan-akan mengganggu dan menggerogoti kemapanan eksistensinya. Itulah permulaan konflik. Dan kita tahu mana ujungnya. Bagaimana dengan pengenalan kita akan Yesus? Semoga ini sebuah pengakuan iman dan kasih yang tulus dan murni.
MINGGU, 13 DESEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Zef.3:14-18a; Flp.4:4-7; Luk.3:10-18.
Hari ini Pekan Adven III. Kita semakin mendekati Natal. Minggu lalu kita menyampaikan bahwa Yohanes menuntut tobat dan baptis. Minggu ini kita mendengar bagaimaPertna reaksi pendengar terhadap kotbah itu. Ada tiga kelompok pendengar. Pertama, orang banyak. Terhadap mereka Yohanes menuntut perbuatan moral-sosial umum seperti memberi makan kepada orang lapar. Kedua, pemungut cukai. Terhadap mereka Yohanes memberi nasihat agar tidak menagih lebih banyak dari yang ditentukan. Ini penting di tengah praksis “mark up” yang menindas orang banyak. Ketiga, militer (tentara). Terhadap mereka Yohanes menjawab: jangan merampas, jangan memeras. Rupanya ini adalah kebiasaan yang melekat dalam diri tentara dari dulu sampai sekarang. Maka perlu diberi peringatan moral. Yang terpenting ialah nasihat ini: cukupkanlah dirimu dengan gajimu. Orang yang tidak puas dengan gajinya, tergoda untuk korupsi, pungli (pungutan liar), atau mengerahkan “susu tante,” alias sumbangan sukarela tanpa tekanan. Ini pasti berbahaya, baik dalam artian harfiah maupun alegoris. Bac.I menyerukan agar Israel bersukacita dalam Tuhan karena tindakan Tuhan, yang dua di antaranya disebut khusus di sini. Pertama, Tuhan menyingkirkan hukuman atas Israel. Kedua, Tuhan bersedia berdiam di antara umatNya. Itulah Imanuel yang sebentar lagi kita rayakan. Di antara kita Tuhan menjadi pahlawan. Di tengah kita Tuhan membaharui kita dalam kasihNya. Luar biasa. Ajakan bersukacita ini diulang kembali oleh Paulus dalam Bac.II: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Kalau kita bersukacita dalam Tuhan maka tidak ada alasan lagi untuk takut dan kuatir. Semoga itu sungguh menjadi kenyataan dalam hidup kita setiap hari.
BcE.Zef.3:14-18a; Flp.4:4-7; Luk.3:10-18.
Hari ini Pekan Adven III. Kita semakin mendekati Natal. Minggu lalu kita menyampaikan bahwa Yohanes menuntut tobat dan baptis. Minggu ini kita mendengar bagaimaPertna reaksi pendengar terhadap kotbah itu. Ada tiga kelompok pendengar. Pertama, orang banyak. Terhadap mereka Yohanes menuntut perbuatan moral-sosial umum seperti memberi makan kepada orang lapar. Kedua, pemungut cukai. Terhadap mereka Yohanes memberi nasihat agar tidak menagih lebih banyak dari yang ditentukan. Ini penting di tengah praksis “mark up” yang menindas orang banyak. Ketiga, militer (tentara). Terhadap mereka Yohanes menjawab: jangan merampas, jangan memeras. Rupanya ini adalah kebiasaan yang melekat dalam diri tentara dari dulu sampai sekarang. Maka perlu diberi peringatan moral. Yang terpenting ialah nasihat ini: cukupkanlah dirimu dengan gajimu. Orang yang tidak puas dengan gajinya, tergoda untuk korupsi, pungli (pungutan liar), atau mengerahkan “susu tante,” alias sumbangan sukarela tanpa tekanan. Ini pasti berbahaya, baik dalam artian harfiah maupun alegoris. Bac.I menyerukan agar Israel bersukacita dalam Tuhan karena tindakan Tuhan, yang dua di antaranya disebut khusus di sini. Pertama, Tuhan menyingkirkan hukuman atas Israel. Kedua, Tuhan bersedia berdiam di antara umatNya. Itulah Imanuel yang sebentar lagi kita rayakan. Di antara kita Tuhan menjadi pahlawan. Di tengah kita Tuhan membaharui kita dalam kasihNya. Luar biasa. Ajakan bersukacita ini diulang kembali oleh Paulus dalam Bac.II: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Kalau kita bersukacita dalam Tuhan maka tidak ada alasan lagi untuk takut dan kuatir. Semoga itu sungguh menjadi kenyataan dalam hidup kita setiap hari.
RABU, 23 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Ezr.9:5-9; MT.Tb.13:2.3-4a.4bcd.5.8; Luk.9:1-6.
Pada hari ini ada peringatan wajib untuk Padre Pio dari Pietrelcina, yang diperingati oleh beberapa lembaga hidup bakti. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini berbicara tentang peristiwa pengutusan keduabelas murid. Selama ini mereka telah dipanggil untuk hidup bersama dengan Yesus. Hidup bersama itu telah membawa mereka kepada pengenalan secara intensif dan personal akan Yesus. Dari konteks itulah, kini mereka diutus. Untuk itu mereka diberi daya kekuasaan. Mereka diutus untuk melaksanakan dua tujuan (itulah yang menjadi tugas utama mereka): yaitu mewartakan Kerajaan Allah, dan menyembuhkan orang sakit. Dalam melaksanakan tugas itu, mereka harus pergi dengan tangan kosong, mereka tidak boleh membawa apa-apa, termasuk semua simbol-simbol kemapanan, seperti kantong uang, makanan, dll. Dalam hal ini mereka diandaikan sungguh-sungguh mengandalkan penyelenggaraan kasih Allah semata-mata. Dalam melaksanakan tugas itu mereka juga diharuskan untuk bersikap ramah tamah dan rendah hati. Jika mereka tidak diterima, maka jangan sampai melakukan pemaksaan. Kalau tidak diterima, maka dengan jiwa besar dan rendah hati mereka harus pergi saja dari sana dan pergi kepada orang atau kelompok lain. Saya kira hal itu masih tetap berlaku juga dewasa ini dalam konteks kita. Tidak boleh lagi ada pemaksaan di dalam pewartaan firman dan nama Yesus. Paling baik ialah mewartakan nama itu melalui perbuatan dan teladan hidup. Mungkin cara inilah yang kiranya paling efektif untuk dijalankan. Selamat mencoba. Semoga sukses selalu di dalam Tuhan.
BcE.Ezr.9:5-9; MT.Tb.13:2.3-4a.4bcd.5.8; Luk.9:1-6.
Pada hari ini ada peringatan wajib untuk Padre Pio dari Pietrelcina, yang diperingati oleh beberapa lembaga hidup bakti. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini berbicara tentang peristiwa pengutusan keduabelas murid. Selama ini mereka telah dipanggil untuk hidup bersama dengan Yesus. Hidup bersama itu telah membawa mereka kepada pengenalan secara intensif dan personal akan Yesus. Dari konteks itulah, kini mereka diutus. Untuk itu mereka diberi daya kekuasaan. Mereka diutus untuk melaksanakan dua tujuan (itulah yang menjadi tugas utama mereka): yaitu mewartakan Kerajaan Allah, dan menyembuhkan orang sakit. Dalam melaksanakan tugas itu, mereka harus pergi dengan tangan kosong, mereka tidak boleh membawa apa-apa, termasuk semua simbol-simbol kemapanan, seperti kantong uang, makanan, dll. Dalam hal ini mereka diandaikan sungguh-sungguh mengandalkan penyelenggaraan kasih Allah semata-mata. Dalam melaksanakan tugas itu mereka juga diharuskan untuk bersikap ramah tamah dan rendah hati. Jika mereka tidak diterima, maka jangan sampai melakukan pemaksaan. Kalau tidak diterima, maka dengan jiwa besar dan rendah hati mereka harus pergi saja dari sana dan pergi kepada orang atau kelompok lain. Saya kira hal itu masih tetap berlaku juga dewasa ini dalam konteks kita. Tidak boleh lagi ada pemaksaan di dalam pewartaan firman dan nama Yesus. Paling baik ialah mewartakan nama itu melalui perbuatan dan teladan hidup. Mungkin cara inilah yang kiranya paling efektif untuk dijalankan. Selamat mencoba. Semoga sukses selalu di dalam Tuhan.
SELASA, 22 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
Bc.E.Ezr.6:7-8.12b.14-20; Mzm.122:1-2.3-4a.4b-5; Luk.8:19-21.
Pada hari ini ada peringatan wajib Ignatius dari Santhi. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini, berbicara tentang satu pemahaman lain tentang relasi kekeluargaan. Barangkali hal itu amat mengejutkan banyak orang, tetapi hal itu sudah ada dalam injil itu sendiri. Kita tidak dapat membuang atau mengubahnya begitu saja. Pasti ada maknanya. Apa makna itu? Dikatakan bahwa dalam relasi kekeluargaan, hal yang menjadi tolok ukur bukan lagi prioritas hubungan darah, melainkan hubungan ketaatan akan sabda Allah. Lex sanguinis, kini diganti dengan lex verbi. Prioritas firman di atas prioritas relasi kekeluargaan. Dalam konteks ini tidak ada kolusi dan nepotisme. Mungkin itu sebabnya setiap kali setelah selesai pembacaan Injil, imam selalu berkata (dalam versi lama): berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya. Lalu kita sebagai umat menjawab: Tanamkanlah sabdaMu ya Tuhan, dalam hati kami (versi lama. Versi baru: SabdaMu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami). Tetapi prioritas relasi firman itu tidak berarti hubungan darah (lex atau relatio sanguinis) diabaikan begitu saja. Tidak. Relasi itu tetap ada di sana dan tetap diakui keberadaan dan keabsahannya. Tetapi dalam konteks dan relasi dengan sabda, ia menjadi relatif. Ia tidak lagi menjadi satu-satunya kriteria penentu. Kini yang menjadi prioritas ialah firman.
Bc.E.Ezr.6:7-8.12b.14-20; Mzm.122:1-2.3-4a.4b-5; Luk.8:19-21.
Pada hari ini ada peringatan wajib Ignatius dari Santhi. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini, berbicara tentang satu pemahaman lain tentang relasi kekeluargaan. Barangkali hal itu amat mengejutkan banyak orang, tetapi hal itu sudah ada dalam injil itu sendiri. Kita tidak dapat membuang atau mengubahnya begitu saja. Pasti ada maknanya. Apa makna itu? Dikatakan bahwa dalam relasi kekeluargaan, hal yang menjadi tolok ukur bukan lagi prioritas hubungan darah, melainkan hubungan ketaatan akan sabda Allah. Lex sanguinis, kini diganti dengan lex verbi. Prioritas firman di atas prioritas relasi kekeluargaan. Dalam konteks ini tidak ada kolusi dan nepotisme. Mungkin itu sebabnya setiap kali setelah selesai pembacaan Injil, imam selalu berkata (dalam versi lama): berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya. Lalu kita sebagai umat menjawab: Tanamkanlah sabdaMu ya Tuhan, dalam hati kami (versi lama. Versi baru: SabdaMu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami). Tetapi prioritas relasi firman itu tidak berarti hubungan darah (lex atau relatio sanguinis) diabaikan begitu saja. Tidak. Relasi itu tetap ada di sana dan tetap diakui keberadaan dan keabsahannya. Tetapi dalam konteks dan relasi dengan sabda, ia menjadi relatif. Ia tidak lagi menjadi satu-satunya kriteria penentu. Kini yang menjadi prioritas ialah firman.
SENIN, 21 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Ef.4:1-7.11-13; Mzm.19:2-3.4-5; Mat.9:9-13.
Hari ini ada Pesta Matius Penginjil. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang peristiwa pemanggilan Matius si pemungut cukai itu menjadi murid Yesus. Pada saat itu ia sedang sibuk menjalani profesinya sebagai tukang pajak. Tiba-tiba Yesus memanggil dia. Ya, panggilan itu terjadi dalam perisitwa yang serba biasa dan sehari-hari dalam hidup kita. Kita jangan membayangkan suatu peristiwa yang luar biasa. Dan yang menarik ialah bahwa Matius secara spontan menjawab dan menanggapi panggilan Yesus itu. Dengan segera ia meninggalkan pekerjaannya. Itu berarti ia meninggalkan kemapanan hidup, sebab pekerjaan itulah yang selama ini telah menjamin hidup dan bahkan status sosialnya di tengah masyarakat. Tampak jelas di sini bahwa Yesus mau merangkul dan menerima banyak orang, juga para pemungut cukai yang dianggap pendosa oleh orang Yahudi. Tetapi dalam perangkulan itu selalu ada yang merasa tidak dirangkul. Ini menyebabkan orang marah dan kecewa. Itulah sikap orang Farisi yang menganggap para pemungut pajak pendosa yang harus dikucilkan. Tetapi Yesus tidak mau mengucilkan mereka. Yesus menerima mereka dan sudi bergaul dengan mereka. Hal itulah yang justru mendatangkan perubahan dan pertobatan dalam diri mereka, termasuk dalam diri Matius sendiri. Tidak mungkin terjadi perubahan sikap hidup kalau tidak ada perubahan sikap dari Yesus sendiri. Mungkin agak terdengar aneh bagi orang lain, tetapi begitulah cara saya membaca dan menafsirkan teks ini.
BcE.Ef.4:1-7.11-13; Mzm.19:2-3.4-5; Mat.9:9-13.
Hari ini ada Pesta Matius Penginjil. Mari kita mengenang dia dalam hidup dan doa kita masing-masing. Injil hari ini berbicara tentang peristiwa pemanggilan Matius si pemungut cukai itu menjadi murid Yesus. Pada saat itu ia sedang sibuk menjalani profesinya sebagai tukang pajak. Tiba-tiba Yesus memanggil dia. Ya, panggilan itu terjadi dalam perisitwa yang serba biasa dan sehari-hari dalam hidup kita. Kita jangan membayangkan suatu peristiwa yang luar biasa. Dan yang menarik ialah bahwa Matius secara spontan menjawab dan menanggapi panggilan Yesus itu. Dengan segera ia meninggalkan pekerjaannya. Itu berarti ia meninggalkan kemapanan hidup, sebab pekerjaan itulah yang selama ini telah menjamin hidup dan bahkan status sosialnya di tengah masyarakat. Tampak jelas di sini bahwa Yesus mau merangkul dan menerima banyak orang, juga para pemungut cukai yang dianggap pendosa oleh orang Yahudi. Tetapi dalam perangkulan itu selalu ada yang merasa tidak dirangkul. Ini menyebabkan orang marah dan kecewa. Itulah sikap orang Farisi yang menganggap para pemungut pajak pendosa yang harus dikucilkan. Tetapi Yesus tidak mau mengucilkan mereka. Yesus menerima mereka dan sudi bergaul dengan mereka. Hal itulah yang justru mendatangkan perubahan dan pertobatan dalam diri mereka, termasuk dalam diri Matius sendiri. Tidak mungkin terjadi perubahan sikap hidup kalau tidak ada perubahan sikap dari Yesus sendiri. Mungkin agak terdengar aneh bagi orang lain, tetapi begitulah cara saya membaca dan menafsirkan teks ini.
SABTU, 19 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.1Tim.6:13-16; Mzm.100:2.3.4.5; Luk.8:4-15.
Pada hari ini ada peringatan fakultatif dari Yanuarius. Juga SP Maria La Salette, Alfons dari Orozco, Fransiskus Maria dari Camporosso. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini berbicara tentang perumpamaan penabur. Sebuah perumpamaan yang amat terkenal karena indah dan juga karena mudah untuk memahami dan menerangkannya. Bahkan anak sekolah dasar pun bisa memahaminya dengan sangat baik. Dalam perumpamaan itu kita dapat melihat empat jenis tanah ke atas mana benih yang ditaburkan itu jatuh. Tanah itu dilukiskan masing-masing dengan karakteristiknya yang amat khas. Yang lebih menarik lagi bagi saya ialah bahwa dalam injil itu sendiri disediakan tafsir atas perumpamaan itu sendiri. Ini adalah sebuah contoh yang sangat baik bahwa Kitab Suci menyediakan tafsir atas dirinya sendiri. Penafsiran itu tidak harus menunggu sesuatu penafsir dari luar, melainkan dalam hal ini, Kitab Suci sudah menampilkan penafsir atas dirinya sendiri. Itu sebabnya injil hari ini sangat terkenal, sangat mudah, sangat indah. Pesannya juga sangat jelas. Tinggal bagaimana penerapannya dalam hidup personal dan komunal kita. Ke mana dan dengan tanah jenis yang mana kita mau mengidentifikasi diri kita. Jenis-jenis tanah itu dengan amat mudah dapat menjadi cermin sempurna (speculum perfectionis) bagi diri kita sendiri. Di dalam cermin itu kita dapat melihat sikap dan perilaku hidup kita dalam kaitan dengan firman yang kita dengar dari Yesus. Hanya anda sendiri yang tahu bagaimana identifikasi itu. Semoga kita jujur dalam proses identifikasi diri itu. Semoga kita dapat menjadi tanah yang baik yang bisa menghasilkan buah berlimpah.
BcE.1Tim.6:13-16; Mzm.100:2.3.4.5; Luk.8:4-15.
Pada hari ini ada peringatan fakultatif dari Yanuarius. Juga SP Maria La Salette, Alfons dari Orozco, Fransiskus Maria dari Camporosso. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Injil hari ini berbicara tentang perumpamaan penabur. Sebuah perumpamaan yang amat terkenal karena indah dan juga karena mudah untuk memahami dan menerangkannya. Bahkan anak sekolah dasar pun bisa memahaminya dengan sangat baik. Dalam perumpamaan itu kita dapat melihat empat jenis tanah ke atas mana benih yang ditaburkan itu jatuh. Tanah itu dilukiskan masing-masing dengan karakteristiknya yang amat khas. Yang lebih menarik lagi bagi saya ialah bahwa dalam injil itu sendiri disediakan tafsir atas perumpamaan itu sendiri. Ini adalah sebuah contoh yang sangat baik bahwa Kitab Suci menyediakan tafsir atas dirinya sendiri. Penafsiran itu tidak harus menunggu sesuatu penafsir dari luar, melainkan dalam hal ini, Kitab Suci sudah menampilkan penafsir atas dirinya sendiri. Itu sebabnya injil hari ini sangat terkenal, sangat mudah, sangat indah. Pesannya juga sangat jelas. Tinggal bagaimana penerapannya dalam hidup personal dan komunal kita. Ke mana dan dengan tanah jenis yang mana kita mau mengidentifikasi diri kita. Jenis-jenis tanah itu dengan amat mudah dapat menjadi cermin sempurna (speculum perfectionis) bagi diri kita sendiri. Di dalam cermin itu kita dapat melihat sikap dan perilaku hidup kita dalam kaitan dengan firman yang kita dengar dari Yesus. Hanya anda sendiri yang tahu bagaimana identifikasi itu. Semoga kita jujur dalam proses identifikasi diri itu. Semoga kita dapat menjadi tanah yang baik yang bisa menghasilkan buah berlimpah.
JUM'AT, 18 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
Bc.E.1Tim.6:2c-12; Mzm.49:6-7.8-9.17-18.20; Luk.8:1-3.
Hari ini ada peringatan wajib dari santo Yosef dari Copertino, Yohanes Makias. Santo yang pertama dirayakan oleh beberapa serikat hidup bakti. Santo yang terakhir ini dirayakan oleh satu lembaga hidup bakti saja. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Dewasa ini boleh disebut abad kaum perempuan. Mengapa? Karena dewasa ini muncul banyak sekali gerakan kaum perempuan, demi pembebasan, persamaan hak, persamaan (kesetaraan) dan keadilan gender. Dalam banyak agama, umumnya kaum perempuan tergeser dari tokoh religius, tersingkir dari tempat suci. Mereka tidak mendapat tempat di ruang suci. Tetapi pada diri Yesus, justru kaum perempuanlah yang berperan besar. Mereka itu dekat sekali pada tokoh Yesus. Memang Yesus adalah pembela kaum perempuan. Seorang teolog perempuan, Elisabet Johnson, dalam bukunya yang berjudul Considering Jesus (sudah diterjemahkan beberapa tahun silam ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan Penerbit Kanisius), juga mengangkat tema Yesus sebagai pembela dan pejuang hak-hak kaum perempuan. Memang, Yesus sebagai seorang rabbi, berbeda dari para rabbi Yahudi pada jamanNya dahulu: Ia menerima kaum perempuan sebagai bagian utuh dari rombongan para muridNya. Para Rabbi Yahudi, hanya secara eksklusif menerima para murid pria saja. Di sini Yesus melawan arus: menerima kaum perempuan juga sebagai muridNya. Jelas ini sebuah terobosan besar juga. Ia tidak mau melakukan diskriminasi. Semoga kita juga berani meniru dan mengikuti teladan Yesus ini: yaitu menjadi pembela dan pejuang kaum perempuan, sebab kita yakin bahwa persoalan perempuan adalah persoalan kemanusiaan, dan di dalam kemanusiaan itu tercakup juga kaum pria.
Bc.E.1Tim.6:2c-12; Mzm.49:6-7.8-9.17-18.20; Luk.8:1-3.
Hari ini ada peringatan wajib dari santo Yosef dari Copertino, Yohanes Makias. Santo yang pertama dirayakan oleh beberapa serikat hidup bakti. Santo yang terakhir ini dirayakan oleh satu lembaga hidup bakti saja. Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita pada hari ini. Dewasa ini boleh disebut abad kaum perempuan. Mengapa? Karena dewasa ini muncul banyak sekali gerakan kaum perempuan, demi pembebasan, persamaan hak, persamaan (kesetaraan) dan keadilan gender. Dalam banyak agama, umumnya kaum perempuan tergeser dari tokoh religius, tersingkir dari tempat suci. Mereka tidak mendapat tempat di ruang suci. Tetapi pada diri Yesus, justru kaum perempuanlah yang berperan besar. Mereka itu dekat sekali pada tokoh Yesus. Memang Yesus adalah pembela kaum perempuan. Seorang teolog perempuan, Elisabet Johnson, dalam bukunya yang berjudul Considering Jesus (sudah diterjemahkan beberapa tahun silam ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan Penerbit Kanisius), juga mengangkat tema Yesus sebagai pembela dan pejuang hak-hak kaum perempuan. Memang, Yesus sebagai seorang rabbi, berbeda dari para rabbi Yahudi pada jamanNya dahulu: Ia menerima kaum perempuan sebagai bagian utuh dari rombongan para muridNya. Para Rabbi Yahudi, hanya secara eksklusif menerima para murid pria saja. Di sini Yesus melawan arus: menerima kaum perempuan juga sebagai muridNya. Jelas ini sebuah terobosan besar juga. Ia tidak mau melakukan diskriminasi. Semoga kita juga berani meniru dan mengikuti teladan Yesus ini: yaitu menjadi pembela dan pejuang kaum perempuan, sebab kita yakin bahwa persoalan perempuan adalah persoalan kemanusiaan, dan di dalam kemanusiaan itu tercakup juga kaum pria.
KAMIS, 17 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.4:12-16; Mzm.111:7-8.9.10; Luk.7:36-50.
Hari ini ada peringatan fakultatif Robertus Bellarmino, Albertus dari Yerusalem, Martinus dari Finojosa, Hildegardis, stigmatisasi Bapa Fransiskus. Dalam tradisi Fransiskan pesta ini sangat penting, sebab pada hari ini dirayakan stigmatisasi Fransiskus Asisi. Ketika Gereja secara liturgis masih dalam suasana pesta peninggian Yesus di atas salib, Fransiskus mendapat kelima luka Kristus pada tubuhnya. Injil hari ini berbicara tentang peristiwa pertobatan seorang perempuan yang berdosa. Wujud pertobatan perempuan itu dilukiskan dengan sangat baik dan intens dan indah dalam injil hari ini. Ia tampak benar-benar total dalam menyatakan ekspresi pertobatan hidupnya. Ia tidak sungkan-sungkan bahkan berani menembus batas-batas tabu sosial. Sebab pada saat itu Yesus diundang untuk perjamuan makan di rumah Simon, seorang Farisi. Yesus membiarkan perempuan itu mewujudkan dan menyatakan rasa tobatnya. Hal itu menimbulkan rasa curiga dalam hati Simon. Maka Yesus menanggapi keraguan itu dengan sebuah kisah. Intinya dapat dirumuskan dalam rumusan verbal sbb: siapa yang diampuni lebih banyak, akan mencintai atau mengasihi lebih besar lagi. Hal itulah yang tampak dalam sikap si perempuan ini. Ia memperlakukan Yesus dengan sangat istimewa. Pengampunan dosa menimbulkan benih dan mataair cinta kasih dalam hati orang yang diampuni. Kasih juga mendatangkan efek pengampunan dosa. Kasih itu berakar dari iman. Iman itulah yang mendatangkan shalom. Itulah sebabnya Yesus berkata: pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau. Semoga kita juga mendapat ucapan yang sama dari Yesus, hari ini.
BcE.4:12-16; Mzm.111:7-8.9.10; Luk.7:36-50.
Hari ini ada peringatan fakultatif Robertus Bellarmino, Albertus dari Yerusalem, Martinus dari Finojosa, Hildegardis, stigmatisasi Bapa Fransiskus. Dalam tradisi Fransiskan pesta ini sangat penting, sebab pada hari ini dirayakan stigmatisasi Fransiskus Asisi. Ketika Gereja secara liturgis masih dalam suasana pesta peninggian Yesus di atas salib, Fransiskus mendapat kelima luka Kristus pada tubuhnya. Injil hari ini berbicara tentang peristiwa pertobatan seorang perempuan yang berdosa. Wujud pertobatan perempuan itu dilukiskan dengan sangat baik dan intens dan indah dalam injil hari ini. Ia tampak benar-benar total dalam menyatakan ekspresi pertobatan hidupnya. Ia tidak sungkan-sungkan bahkan berani menembus batas-batas tabu sosial. Sebab pada saat itu Yesus diundang untuk perjamuan makan di rumah Simon, seorang Farisi. Yesus membiarkan perempuan itu mewujudkan dan menyatakan rasa tobatnya. Hal itu menimbulkan rasa curiga dalam hati Simon. Maka Yesus menanggapi keraguan itu dengan sebuah kisah. Intinya dapat dirumuskan dalam rumusan verbal sbb: siapa yang diampuni lebih banyak, akan mencintai atau mengasihi lebih besar lagi. Hal itulah yang tampak dalam sikap si perempuan ini. Ia memperlakukan Yesus dengan sangat istimewa. Pengampunan dosa menimbulkan benih dan mataair cinta kasih dalam hati orang yang diampuni. Kasih juga mendatangkan efek pengampunan dosa. Kasih itu berakar dari iman. Iman itulah yang mendatangkan shalom. Itulah sebabnya Yesus berkata: pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau. Semoga kita juga mendapat ucapan yang sama dari Yesus, hari ini.
RABU, 16 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.1Tim.3:14-16; Mzm.111:1-2.3-4.5-6; Luk.7:31-35.
Ada beberapa santo yang diperingati hari ini: Kornelius (Paus) dan Siprianus (uskup dan Martir). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Semoga teladan hidup mereka dapat menjadi ilham bagi hidup iman dan moral kita sendiri. Injil hari ini berbicara tentang suatu hal yang menarik dalam fenomena kehidupan sosial kemasyarakatan kita. Sering sekali kita melihat bahwa reaksi orang terhadap tokoh besar ada bermacam-macam dan kadang-kadang sulit diduga. Ternyata tokoh besar tidak selalu memenuhi kategori keinginan banyak orang. Jelas itu adalah sebuah kesulitan tertentu. Itu yang dipentaskan dalam injil hari ini. Ketika Yohanes Pembaptis datang, ia dianggap gila karena ia banyak melakukan mati raga dalam hidupnya. Tetapi ketika Yesus datang, ia memperlihatkan wujud sikap solidaritas terhadap orang banyak dengan cara makan dan minum bersama mereka. Tetapi justru karena itulah Ia dianggap pelahap dan peminum. Cape deh. Lalu mau apa? Sulit juga menjawab pertanyaan ini. Tetapi menurut saya, jawabannya kiranya ada dalam ayat 35: “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.” Semoga kita memiliki hikmat seperti itu.
BcE.1Tim.3:14-16; Mzm.111:1-2.3-4.5-6; Luk.7:31-35.
Ada beberapa santo yang diperingati hari ini: Kornelius (Paus) dan Siprianus (uskup dan Martir). Mari kita mengenang mereka dalam hidup dan doa kita masing-masing. Semoga teladan hidup mereka dapat menjadi ilham bagi hidup iman dan moral kita sendiri. Injil hari ini berbicara tentang suatu hal yang menarik dalam fenomena kehidupan sosial kemasyarakatan kita. Sering sekali kita melihat bahwa reaksi orang terhadap tokoh besar ada bermacam-macam dan kadang-kadang sulit diduga. Ternyata tokoh besar tidak selalu memenuhi kategori keinginan banyak orang. Jelas itu adalah sebuah kesulitan tertentu. Itu yang dipentaskan dalam injil hari ini. Ketika Yohanes Pembaptis datang, ia dianggap gila karena ia banyak melakukan mati raga dalam hidupnya. Tetapi ketika Yesus datang, ia memperlihatkan wujud sikap solidaritas terhadap orang banyak dengan cara makan dan minum bersama mereka. Tetapi justru karena itulah Ia dianggap pelahap dan peminum. Cape deh. Lalu mau apa? Sulit juga menjawab pertanyaan ini. Tetapi menurut saya, jawabannya kiranya ada dalam ayat 35: “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.” Semoga kita memiliki hikmat seperti itu.
SELASA, 15 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Ibr.5:7-9; Mzm.31:2-3a.3bc-4.5-6.15-16.20; Yoh.19:25-27 atau Luk.2:33-35.
Hari ini ada peringatan wajib Maria Berdukacita. Ini juga peringatan yang besar pengaruhnya dalam sejarah gereja. Itu sebabnya peringatan ini diperingati oleh banyak lembaga hidup bakti. Itulah juga sebabnya untain peristiwa sedih dalam doa Rosario dilaksanakan hari Selasa. Injil hari ini disediakan dua. Tetapi saya memilih teks kedua untuk menjaga kesinambungan injil beberapa hari ini. Juga karena injil Lukas berbicara tentang Maria berdukacita. Dari mana datangnya dukacita itu? Injil membicarakan nubuat Simeon tentang nasib Maria kelak. Yesus juga dinubuatkan Simeon akan menjadi tanda perbantahan, sign of contradiction. Tanda ini akan menjadi penyingkap hati dan pikiran (budi) banyak orang. Ajaran dan pikiran Yesus menantang banyak orang. Hal ini mempunyai banyak akibat yang berat, baik bagi Yesus sendiri, maupun bagi Bunda Maria. Bagi Yesus, tanda perbantahan itu bermuara pada salib. Sedangkan bagi Maria, hal itu akan bermuara pada sebilah pedang, yang menurut nubuat Simeon akan menembus jiwanya. Kita baru bisa memahami arti nubuat ini ketika kelak Yesus wafat di kayu salib dan ibundanya menyaksikan itu dari bawah salib (menurut Yohanes). Bahkan tradisi gereja selanjutnya berbicara tentang bunda yang berdukacita dan meratap sedih di kaki salib puteranya (mater dolorosa, stabat mater). Adalah biasa kalau seorang anak meratapi ibunya yang meninggal. Tetapi alangkah menyedihkan hati seorang ibu, kalau ia meratapi kematian anak kandungnya. Itulah yang dialami Maria. Itulah yang kita peringati hari ini. Semoga peringatan ini berdampak secara hidup rohani dalam hidup kita masing-masing.
BcE.Ibr.5:7-9; Mzm.31:2-3a.3bc-4.5-6.15-16.20; Yoh.19:25-27 atau Luk.2:33-35.
Hari ini ada peringatan wajib Maria Berdukacita. Ini juga peringatan yang besar pengaruhnya dalam sejarah gereja. Itu sebabnya peringatan ini diperingati oleh banyak lembaga hidup bakti. Itulah juga sebabnya untain peristiwa sedih dalam doa Rosario dilaksanakan hari Selasa. Injil hari ini disediakan dua. Tetapi saya memilih teks kedua untuk menjaga kesinambungan injil beberapa hari ini. Juga karena injil Lukas berbicara tentang Maria berdukacita. Dari mana datangnya dukacita itu? Injil membicarakan nubuat Simeon tentang nasib Maria kelak. Yesus juga dinubuatkan Simeon akan menjadi tanda perbantahan, sign of contradiction. Tanda ini akan menjadi penyingkap hati dan pikiran (budi) banyak orang. Ajaran dan pikiran Yesus menantang banyak orang. Hal ini mempunyai banyak akibat yang berat, baik bagi Yesus sendiri, maupun bagi Bunda Maria. Bagi Yesus, tanda perbantahan itu bermuara pada salib. Sedangkan bagi Maria, hal itu akan bermuara pada sebilah pedang, yang menurut nubuat Simeon akan menembus jiwanya. Kita baru bisa memahami arti nubuat ini ketika kelak Yesus wafat di kayu salib dan ibundanya menyaksikan itu dari bawah salib (menurut Yohanes). Bahkan tradisi gereja selanjutnya berbicara tentang bunda yang berdukacita dan meratap sedih di kaki salib puteranya (mater dolorosa, stabat mater). Adalah biasa kalau seorang anak meratapi ibunya yang meninggal. Tetapi alangkah menyedihkan hati seorang ibu, kalau ia meratapi kematian anak kandungnya. Itulah yang dialami Maria. Itulah yang kita peringati hari ini. Semoga peringatan ini berdampak secara hidup rohani dalam hidup kita masing-masing.
SENIN, 14 SEPTEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Bil.21:4-9; atau Flp.2:6-11; Mzm.78:1-2.34-35.3-37.38; Yoh.3:13-17.
Hari ini adalah Pesta Salib Suci. Pesta ini dirayakan oleh beberapa lembaga hidup bakti, seperti OSC, BTD/CSD/FdCC/CP. Sebuah pesta yang sudah sangat tua usianya. Mungkin sudah dimulai sejak abad keempat setelah penemuan Salib Yesus yang disemarakkan oleh St.Helena (ibunda Kaisar Konstantinus Agung). Injil hari ini berbicara tentang peninggian Yesus di salib. Peristiwa peninggian itu sejajar (paralel) dengan peristiwa dalam Perjanjian Lama ketika Musa meninggikan ular tembaga di padang gurun. Ya kita tahu, memang Musa meninggikan ular tembaga dalam Perjanjian Lama. Sebagaimana halnya tindakan Musa itu menyelamatkan dan menghidupkan, demikian juga tindakan Yesus Kristus mendatangkan efek shalom. Yohanes dalam injilnya hari ini berbicara tentang Anak Manusia yang ditinggikan agar kita beroleh hidup kekal. Peninggian (exaltatio Christi) Kristus itu tidak lain ialah salib. Salib adalah tanda cinta kasih Yesus Kristus akan manusia. Sebab Ia memang datang karena cinta kasih. Yesus adalah wujud cinta kasih Allah akan manusia. Menurut injil Yohanes, Ia ditinggikan untuk dipercayai. Kepercayaan itu mendatangkan efek keselamatan, yaitu hidup kekal. Itu terjadi karena Yesus diutus untuk menyelamatkan dunia. Misteri cinta yang menyelamatkan inilah yang kita pestakan dan rayakan hari ini. Semoga hal itu dapat meningkatkan sikap hidup dan iman kita.
BcE.Bil.21:4-9; atau Flp.2:6-11; Mzm.78:1-2.34-35.3-37.38; Yoh.3:13-17.
Hari ini adalah Pesta Salib Suci. Pesta ini dirayakan oleh beberapa lembaga hidup bakti, seperti OSC, BTD/CSD/FdCC/CP. Sebuah pesta yang sudah sangat tua usianya. Mungkin sudah dimulai sejak abad keempat setelah penemuan Salib Yesus yang disemarakkan oleh St.Helena (ibunda Kaisar Konstantinus Agung). Injil hari ini berbicara tentang peninggian Yesus di salib. Peristiwa peninggian itu sejajar (paralel) dengan peristiwa dalam Perjanjian Lama ketika Musa meninggikan ular tembaga di padang gurun. Ya kita tahu, memang Musa meninggikan ular tembaga dalam Perjanjian Lama. Sebagaimana halnya tindakan Musa itu menyelamatkan dan menghidupkan, demikian juga tindakan Yesus Kristus mendatangkan efek shalom. Yohanes dalam injilnya hari ini berbicara tentang Anak Manusia yang ditinggikan agar kita beroleh hidup kekal. Peninggian (exaltatio Christi) Kristus itu tidak lain ialah salib. Salib adalah tanda cinta kasih Yesus Kristus akan manusia. Sebab Ia memang datang karena cinta kasih. Yesus adalah wujud cinta kasih Allah akan manusia. Menurut injil Yohanes, Ia ditinggikan untuk dipercayai. Kepercayaan itu mendatangkan efek keselamatan, yaitu hidup kekal. Itu terjadi karena Yesus diutus untuk menyelamatkan dunia. Misteri cinta yang menyelamatkan inilah yang kita pestakan dan rayakan hari ini. Semoga hal itu dapat meningkatkan sikap hidup dan iman kita.
MINGGU, 13 DESEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Zef.3:14-18a; Flp.4:4-7; Luk.3:10-18.
Hari ini Pekan Adven III. Kita semakin mendekati Natal. Minggu lalu kita menyampaikan bahwa Yohanes menuntut tobat dan baptis. Minggu ini kita mendengar bagaimana reaksi pendengar terhadap kotbah itu. Ada tiga kelompok pendengar. Pertama, orang banyak. Terhadap mereka Yohanes menuntut perbuatan moral-sosial umum seperti memberi makan kepada orang lapar. Kedua, pemungut cukai. Terhadap mereka Yohanes memberi nasihat agar tidak menagih lebih banyak dari yang ditentukan. Ini penting di tengah praksis “mark up” yang menindas orang banyak. Ketiga, militer (tentara). Terhadap mereka Yohanes menjawab: jangan merampas, jangan memeras. Rupanya ini adalah kebiasaan yang melekat dalam diri tentara dari dulu sampai sekarang. Maka perlu diberi peringatan moral. Yang terpenting ialah nasihat ini: cukupkanlah dirimu dengan gajimu. Orang yang tidak puas dengan gajinya, tergoda untuk korupsi, pungli (pungutan liar), atau mengerahkan “susu tante,” alias sumbangan sukarela tanpa tekanan. Ini pasti berbahaya, baik dalam artian harfiah maupun alegoris. Bac.I menyerukan agar Israel bersukacita dalam Tuhan karena tindakan Tuhan, yang dua di antaranya disebut khusus di sini. Pertama, Tuhan menyingkirkan hukuman atas Israel. Kedua, Tuhan bersedia berdiam di antara umatNya. Itulah Imanuel yang sebentar lagi kita rayakan. Di antara kita Tuhan menjadi pahlawan. Di tengah kita Tuhan membaharui kita dalam kasihNya. Luar biasa. Ajakan bersukacita ini diulang kembali oleh Paulus dalam Bac.II: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Kalau kita bersukacita dalam Tuhan maka tidak ada alasan lagi untuk takut dan kuatir. Semoga itu sungguh menjadi kenyataan dalam hidup kita setiap hari.
BcE.Zef.3:14-18a; Flp.4:4-7; Luk.3:10-18.
Hari ini Pekan Adven III. Kita semakin mendekati Natal. Minggu lalu kita menyampaikan bahwa Yohanes menuntut tobat dan baptis. Minggu ini kita mendengar bagaimana reaksi pendengar terhadap kotbah itu. Ada tiga kelompok pendengar. Pertama, orang banyak. Terhadap mereka Yohanes menuntut perbuatan moral-sosial umum seperti memberi makan kepada orang lapar. Kedua, pemungut cukai. Terhadap mereka Yohanes memberi nasihat agar tidak menagih lebih banyak dari yang ditentukan. Ini penting di tengah praksis “mark up” yang menindas orang banyak. Ketiga, militer (tentara). Terhadap mereka Yohanes menjawab: jangan merampas, jangan memeras. Rupanya ini adalah kebiasaan yang melekat dalam diri tentara dari dulu sampai sekarang. Maka perlu diberi peringatan moral. Yang terpenting ialah nasihat ini: cukupkanlah dirimu dengan gajimu. Orang yang tidak puas dengan gajinya, tergoda untuk korupsi, pungli (pungutan liar), atau mengerahkan “susu tante,” alias sumbangan sukarela tanpa tekanan. Ini pasti berbahaya, baik dalam artian harfiah maupun alegoris. Bac.I menyerukan agar Israel bersukacita dalam Tuhan karena tindakan Tuhan, yang dua di antaranya disebut khusus di sini. Pertama, Tuhan menyingkirkan hukuman atas Israel. Kedua, Tuhan bersedia berdiam di antara umatNya. Itulah Imanuel yang sebentar lagi kita rayakan. Di antara kita Tuhan menjadi pahlawan. Di tengah kita Tuhan membaharui kita dalam kasihNya. Luar biasa. Ajakan bersukacita ini diulang kembali oleh Paulus dalam Bac.II: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Kalau kita bersukacita dalam Tuhan maka tidak ada alasan lagi untuk takut dan kuatir. Semoga itu sungguh menjadi kenyataan dalam hidup kita setiap hari.
SELASA, 08 DESEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Kej.3:9-15.20; Ef.1:36.11-12; Luk.1:26-38.
Hari ini hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa. Ini adalah perayaan besar dalam kalender liturgi kita. Itu sebabnya perayaan ini dirayakan oleh seluruh gereja dan banyak serikat hidup bakti (lihat kalender liturgi kita). Injil hari ini, berkisah tentang kelahiran Yesus. Spontan saya mengajukan pertanyaan kritis: apa hubungan Injil ini dengan hari raya yang kita rayakan? Tidak mudah menjawabnya. Tetapi kiranya sbb: oleh karena Maria bersedia menjadi bunda penebus (mater redemptoris), sabda yang menjadi manusia, maka sang bunda pun diyakini dan dirayakan sebagai orang yang tidak berdosa. Keyakinan bahwa ia tidak berdosa itulah yang dirayakan dalam perayaan ini. Maria seutuhnya menyediakan diri bagi pelaksanaan rencana dan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia. Kerela-sediaan Maria itu tampak dalam jawaban Maria di akhir perikopa: aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu. Kerela-sediaan Maria dipertentangkan dengan tragedi Hawa dalam Bac.I. Berbeda dengan Maria, Hawa mendengar godaan setan dan dengan itu ia jatuh ke dalam dosa. Tetapi pembangkangan Hawa, dipulihkan dalam kerela-sediaan Maria. Bac.II menyediakan kunci bagi kita untuk memahami status keterpilihan Maria secara istimewa. Dalam teks itu kita baca: Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya. Apa yang berlaku bagi semua orang beriman, berlaku secara khusus dan istimewa bagi Bunda Penebus. Itulah yang kita rayakan hari ini. Bagi kita orang Katolik hari raya ini sangat istimewa, sebab Maria adalah teladan kita dalam iman dan cinta kasih.
BcE.Kej.3:9-15.20; Ef.1:36.11-12; Luk.1:26-38.
Hari ini hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa. Ini adalah perayaan besar dalam kalender liturgi kita. Itu sebabnya perayaan ini dirayakan oleh seluruh gereja dan banyak serikat hidup bakti (lihat kalender liturgi kita). Injil hari ini, berkisah tentang kelahiran Yesus. Spontan saya mengajukan pertanyaan kritis: apa hubungan Injil ini dengan hari raya yang kita rayakan? Tidak mudah menjawabnya. Tetapi kiranya sbb: oleh karena Maria bersedia menjadi bunda penebus (mater redemptoris), sabda yang menjadi manusia, maka sang bunda pun diyakini dan dirayakan sebagai orang yang tidak berdosa. Keyakinan bahwa ia tidak berdosa itulah yang dirayakan dalam perayaan ini. Maria seutuhnya menyediakan diri bagi pelaksanaan rencana dan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia. Kerela-sediaan Maria itu tampak dalam jawaban Maria di akhir perikopa: aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu. Kerela-sediaan Maria dipertentangkan dengan tragedi Hawa dalam Bac.I. Berbeda dengan Maria, Hawa mendengar godaan setan dan dengan itu ia jatuh ke dalam dosa. Tetapi pembangkangan Hawa, dipulihkan dalam kerela-sediaan Maria. Bac.II menyediakan kunci bagi kita untuk memahami status keterpilihan Maria secara istimewa. Dalam teks itu kita baca: Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya. Apa yang berlaku bagi semua orang beriman, berlaku secara khusus dan istimewa bagi Bunda Penebus. Itulah yang kita rayakan hari ini. Bagi kita orang Katolik hari raya ini sangat istimewa, sebab Maria adalah teladan kita dalam iman dan cinta kasih.
MINGGU, 06 DESEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE.Bar.5:1-9; Flp.1:4-6.8-11; Luk.3:1-6.
Tanpa terasa ini Pekan Adven II. Injil hari ini berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ia mendapat firman Allah, ketika ia ada di gurun. Kita tidak tahu persis isi firman itu, tetapi setelah mendengar firman itu, Yohanes datang ke Yordan dan mewartakan pertobatan dan mendorong orang agar dibaptis. Yohanes wartakan hal itu sebagai syarat pengampunan dosa. Tidak lupa Lukas memberikan pendasaran biblis-historis bagi tampilnya Yohanes yang menuntut tobat. Tidak kebetulan gereja membacakan teks ini pada pekan kedua Adven, sebab saat ini kita juga dituntut untuk bertobat dalam rangka mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Tuhan Yesus. Hal yang kita baca dalam Bac.I ialah buah tobat. Setelah Israel mengalami pembuangan, mereka bertobat dan buah pertobatan itu ialah pemulihan Bangsa Israel secara agung dan mulia oleh Allah. Pemulihan dan pemuliaan itu tampak dalam cara Israel diberi nama oleh Allah: “Damai sejahtera hasil kebenaran” dan “Kemuliaan hasil dari takwa.” Itu semua mendatangkan sukacita, tidak hanya bagi manusia melainkan juga atas seluruh alam raya, hutan rimba dan pepohonan. Dari Bac.II kita dengar doa Paulus yang amat indah. Ia meminta agar umat semakin dalam pengetahuannya akan yang baik dan benar, agar mereka hidup suci dan tidak bercela, menjelang hari Kristus. Apapun maksud Paulus dengan hari Kristus itu, tetapi bagi kita sekarang hari Kristus ialah Natal. Itulah yang kita upayakan pada hari-hari ini selama masa Adven, masa penantian akan kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Mari kita hidup dalam pertobatan yang tampak dalam buah kasih.
BcE.Bar.5:1-9; Flp.1:4-6.8-11; Luk.3:1-6.
Tanpa terasa ini Pekan Adven II. Injil hari ini berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ia mendapat firman Allah, ketika ia ada di gurun. Kita tidak tahu persis isi firman itu, tetapi setelah mendengar firman itu, Yohanes datang ke Yordan dan mewartakan pertobatan dan mendorong orang agar dibaptis. Yohanes wartakan hal itu sebagai syarat pengampunan dosa. Tidak lupa Lukas memberikan pendasaran biblis-historis bagi tampilnya Yohanes yang menuntut tobat. Tidak kebetulan gereja membacakan teks ini pada pekan kedua Adven, sebab saat ini kita juga dituntut untuk bertobat dalam rangka mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Tuhan Yesus. Hal yang kita baca dalam Bac.I ialah buah tobat. Setelah Israel mengalami pembuangan, mereka bertobat dan buah pertobatan itu ialah pemulihan Bangsa Israel secara agung dan mulia oleh Allah. Pemulihan dan pemuliaan itu tampak dalam cara Israel diberi nama oleh Allah: “Damai sejahtera hasil kebenaran” dan “Kemuliaan hasil dari takwa.” Itu semua mendatangkan sukacita, tidak hanya bagi manusia melainkan juga atas seluruh alam raya, hutan rimba dan pepohonan. Dari Bac.II kita dengar doa Paulus yang amat indah. Ia meminta agar umat semakin dalam pengetahuannya akan yang baik dan benar, agar mereka hidup suci dan tidak bercela, menjelang hari Kristus. Apapun maksud Paulus dengan hari Kristus itu, tetapi bagi kita sekarang hari Kristus ialah Natal. Itulah yang kita upayakan pada hari-hari ini selama masa Adven, masa penantian akan kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Mari kita hidup dalam pertobatan yang tampak dalam buah kasih.
Jumat, 16 Oktober 2009
MINGGU, 29 NOVEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Yer.33:14-16; 1Tes.3:12-4:2; Luk.21:25-28.34-36.
Hari ini adalah Pekan Adven Pertama. Dengan ini kita memasuki tahun baru liturgi dengan bacaan Mingguan tahun C, dan harian tahun II. Semoga kita terbiasa dengan itu semua. Injil hari ini berbicara tentang dua hal penting. Pertama, mengenai kedatangan Anak Manusia yang disertai dengan gejala-gejala alam yang dahsyat dan mengerikan. Tetapi sekaligus juga dianjurkan kepada orang yang percaya untuk mengangkat muka ketika semuanya itu terjadi, sebab itulah pertanda bahwa penyelamatan sudah dekat. Kedua, mengenai hal berjaga-jaga. Yang kedua ini konsekwensi logis dari yang pertama. Kita harus berjaga-jaga menantikan kedatangan Anak Manusia. Apa inti sikap berjaga-jaga itu? Ialah menghindarkan diri dari pesta pora dan kemabukan dan pelbagai kepentingan duniawi. Ini harus dilakukan dan dibiasakan agar hari Tuhan tidak tiba-tiba datang sebagai sesuatu yang mengejutkan. Sikap berjaga-jaga itu harus disertai dengan doa. Tujuannya dua: agar luput dari kengerian yang bakal terjadi, dan agar bisa bertahan berdiri di hadapan Anak Manusia. Dengan latar belakang janji keselamatan inilah kita membaca dan memahami Bac.I yang berbicara tentang nubuat keselamatan Allah kepada keturunan Daud dan Lewi. Keselamatan itu sekarang terwujud dalam pembebasan Yehuda dan Yerusalem. Itu semua terjadi karena Tuhan adalah keadilan kita. Bac.II harus dibaca dalam kaitan dengan nasihat hidup suci dalam Injil: ada permohonan agar semakin bertambah dalam kasih, agar hati menjadi kuat supaya tidak bercacat, melainkan kudus di hadapan Allah. Akhirnya ditegaskan agar semua nasihat ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dibandingkan dengan sebelumnya. Betapa hari ini kita mendapat pelajaran hidup rohani dan moral yang sangat berharga.
BcE. Yer.33:14-16; 1Tes.3:12-4:2; Luk.21:25-28.34-36.
Hari ini adalah Pekan Adven Pertama. Dengan ini kita memasuki tahun baru liturgi dengan bacaan Mingguan tahun C, dan harian tahun II. Semoga kita terbiasa dengan itu semua. Injil hari ini berbicara tentang dua hal penting. Pertama, mengenai kedatangan Anak Manusia yang disertai dengan gejala-gejala alam yang dahsyat dan mengerikan. Tetapi sekaligus juga dianjurkan kepada orang yang percaya untuk mengangkat muka ketika semuanya itu terjadi, sebab itulah pertanda bahwa penyelamatan sudah dekat. Kedua, mengenai hal berjaga-jaga. Yang kedua ini konsekwensi logis dari yang pertama. Kita harus berjaga-jaga menantikan kedatangan Anak Manusia. Apa inti sikap berjaga-jaga itu? Ialah menghindarkan diri dari pesta pora dan kemabukan dan pelbagai kepentingan duniawi. Ini harus dilakukan dan dibiasakan agar hari Tuhan tidak tiba-tiba datang sebagai sesuatu yang mengejutkan. Sikap berjaga-jaga itu harus disertai dengan doa. Tujuannya dua: agar luput dari kengerian yang bakal terjadi, dan agar bisa bertahan berdiri di hadapan Anak Manusia. Dengan latar belakang janji keselamatan inilah kita membaca dan memahami Bac.I yang berbicara tentang nubuat keselamatan Allah kepada keturunan Daud dan Lewi. Keselamatan itu sekarang terwujud dalam pembebasan Yehuda dan Yerusalem. Itu semua terjadi karena Tuhan adalah keadilan kita. Bac.II harus dibaca dalam kaitan dengan nasihat hidup suci dalam Injil: ada permohonan agar semakin bertambah dalam kasih, agar hati menjadi kuat supaya tidak bercacat, melainkan kudus di hadapan Allah. Akhirnya ditegaskan agar semua nasihat ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dibandingkan dengan sebelumnya. Betapa hari ini kita mendapat pelajaran hidup rohani dan moral yang sangat berharga.
MINGGU, 22 NOVEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Dan.7:13-14; Why.1:5-8; Yoh.18:33b-37.
Hari ini hari Minggu biasa Ke-34. Hari raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Ada dua cara menggambar tahun liturgi. Pertama, lingkaran. Kedua, sebuah grafik naik. Keduanya menarik. Tetapi jauh lebih menarik yang kedua, karena di sana ditampakkan dengan jelas sebagai penutup Tahun liturgi ialah Hari Raya. Akhir tahun liturgi ditutup dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Minggu depan kita mulai dengan lingkaran tahun liturgi baru. Injil hari ini berbicara tentang salah satu adegan dalam pengadilan Yesus di hadapan Pilatus. Salah satu pokok yang mereka bicarakan ialah identitas Yesus sebagai Raja. Tetapi kerajaanNya tidak berasal dari dunia ini. Tugas perutusan Yesus ialah untuk menyatakan martabat muliaNya sebagai Raja. Pada hari ini kita merayakan martabat agung itu: Tuhan Yesus Raja Semesta Alam. Mungkin baik jika kita merayakannya dengan meriah untuk menegaskan iman kepercayaan kita akan Yesus Kristus. Di beberapa tempat hari raya ini dirayakan dengan meriah, misalnya dengan perarakan Patung Kristus Raja. Bac.I dari Daniel berbicara tentang penglihatan yang dialami Daniel akan Anak Manusia yang tampak di angkasa. Kepadanya diberikan kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja. Dengan martabat itu, ia disembah, dihormati dan dipuja-puja segala bangsa. Kekuasaannya berlangsung hingga selamanya. Kerajaannya tidak binasa. Bac.II diambil dari kitab Wahyu yang berbicara tentang Yesus Kristus sebagai buah sulung kebangkitan. Ia mendapat martabat baru karena kepada Dia diberikan “....kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.” Dalam martabat itu Ia datang di atas awan-awan. Ia juga diwartakan sebagai Alfa dan Omega, rumusan yang akrab di telinga kita karena sering dipakai pada upacara pemberkatan api lilin Paskah. Pesannya juga jelas: kita mau mengabdi Dia sebagai raja, dan tidak membelokkan diri ke suatu arah yang tidak tentu, yang justru menjauhkan kita dari Tuhan Kita Yesus Kristus. Mari kita hidup di dalam Kristus sang Raja Alam semesta.
BcE. Dan.7:13-14; Why.1:5-8; Yoh.18:33b-37.
Hari ini hari Minggu biasa Ke-34. Hari raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Ada dua cara menggambar tahun liturgi. Pertama, lingkaran. Kedua, sebuah grafik naik. Keduanya menarik. Tetapi jauh lebih menarik yang kedua, karena di sana ditampakkan dengan jelas sebagai penutup Tahun liturgi ialah Hari Raya. Akhir tahun liturgi ditutup dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Minggu depan kita mulai dengan lingkaran tahun liturgi baru. Injil hari ini berbicara tentang salah satu adegan dalam pengadilan Yesus di hadapan Pilatus. Salah satu pokok yang mereka bicarakan ialah identitas Yesus sebagai Raja. Tetapi kerajaanNya tidak berasal dari dunia ini. Tugas perutusan Yesus ialah untuk menyatakan martabat muliaNya sebagai Raja. Pada hari ini kita merayakan martabat agung itu: Tuhan Yesus Raja Semesta Alam. Mungkin baik jika kita merayakannya dengan meriah untuk menegaskan iman kepercayaan kita akan Yesus Kristus. Di beberapa tempat hari raya ini dirayakan dengan meriah, misalnya dengan perarakan Patung Kristus Raja. Bac.I dari Daniel berbicara tentang penglihatan yang dialami Daniel akan Anak Manusia yang tampak di angkasa. Kepadanya diberikan kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja. Dengan martabat itu, ia disembah, dihormati dan dipuja-puja segala bangsa. Kekuasaannya berlangsung hingga selamanya. Kerajaannya tidak binasa. Bac.II diambil dari kitab Wahyu yang berbicara tentang Yesus Kristus sebagai buah sulung kebangkitan. Ia mendapat martabat baru karena kepada Dia diberikan “....kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.” Dalam martabat itu Ia datang di atas awan-awan. Ia juga diwartakan sebagai Alfa dan Omega, rumusan yang akrab di telinga kita karena sering dipakai pada upacara pemberkatan api lilin Paskah. Pesannya juga jelas: kita mau mengabdi Dia sebagai raja, dan tidak membelokkan diri ke suatu arah yang tidak tentu, yang justru menjauhkan kita dari Tuhan Kita Yesus Kristus. Mari kita hidup di dalam Kristus sang Raja Alam semesta.
MINGGU, 15 NOVEMBER 2009
Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
BcE. Dan.12:1-3; Ibr.10:11-14.18; Mrk.13:24-32. Hari ini hari Minggu biasa ke-33. Minggu terakhir menjelang penutup tahun liturgi kita. Itu sebabnya kita mendengar injil sekitar akhir jaman. Persisnya, Injil hari ini berbicara tentang beberapa hal penting. Pertama, mengenai tanda-tanda alami yang akan mengiringi kedatangan Anak Manusia di akhir jaman. Ia datang untuk mengadili manusia. Kedua, mengenai tanda pohon ara. Di sini ada paradoks. Di satu pihak dikatakan kalau kita melihat tanda-tanda itu, maka Anak Manusia segera datang. Di pihak lain, dikatakan bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang hari dan saatnya. Jangankan kita, malaekat saja tidak tahu, begitu juga Anak. Yang mengetahui hal itu hanya Bapa. Maka konsekwensi ketidaktahuan ini ialah bahwa kita diharuskan untuk berjaga-jaga. Bac.I juga berbicara tentang akhir jaman. Pada akhir jaman, nasib orang ditentukan oleh mutu etis hidup mereka di dunia ini. Kalau mereka baik mereka mendapat hidup kekal. Mereka akan bercahaya terang benderang selamanya. Kalau mereka jahat maka mereka akan mengalami kehinaan dan kengerian kekal. Bac.II berbicara tentang Sang Imam Agung yang “...duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah.” Itulah Yesus Kristus. Dialah yang akan datang pada akhir jaman, seperti dilukiskan dalam Injil. Dengan daya kuasa yang dimilikinya ia tampil sebagai Hakim yang mengadili manusia. Pesannya cukup jelas. Berjaga-jagalah selalu menantikan kedatangan hari Tuhan. Itu hanya bisa terjadi kalau kita hidup di dalam dan bersama Tuhan. Maka, marilah kita hidup selalu di dalam dan bersama Tuhan. Immanuel.
BcE. Dan.12:1-3; Ibr.10:11-14.18; Mrk.13:24-32. Hari ini hari Minggu biasa ke-33. Minggu terakhir menjelang penutup tahun liturgi kita. Itu sebabnya kita mendengar injil sekitar akhir jaman. Persisnya, Injil hari ini berbicara tentang beberapa hal penting. Pertama, mengenai tanda-tanda alami yang akan mengiringi kedatangan Anak Manusia di akhir jaman. Ia datang untuk mengadili manusia. Kedua, mengenai tanda pohon ara. Di sini ada paradoks. Di satu pihak dikatakan kalau kita melihat tanda-tanda itu, maka Anak Manusia segera datang. Di pihak lain, dikatakan bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang hari dan saatnya. Jangankan kita, malaekat saja tidak tahu, begitu juga Anak. Yang mengetahui hal itu hanya Bapa. Maka konsekwensi ketidaktahuan ini ialah bahwa kita diharuskan untuk berjaga-jaga. Bac.I juga berbicara tentang akhir jaman. Pada akhir jaman, nasib orang ditentukan oleh mutu etis hidup mereka di dunia ini. Kalau mereka baik mereka mendapat hidup kekal. Mereka akan bercahaya terang benderang selamanya. Kalau mereka jahat maka mereka akan mengalami kehinaan dan kengerian kekal. Bac.II berbicara tentang Sang Imam Agung yang “...duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah.” Itulah Yesus Kristus. Dialah yang akan datang pada akhir jaman, seperti dilukiskan dalam Injil. Dengan daya kuasa yang dimilikinya ia tampil sebagai Hakim yang mengadili manusia. Pesannya cukup jelas. Berjaga-jagalah selalu menantikan kedatangan hari Tuhan. Itu hanya bisa terjadi kalau kita hidup di dalam dan bersama Tuhan. Maka, marilah kita hidup selalu di dalam dan bersama Tuhan. Immanuel.
Langganan:
Postingan (Atom)